Bintang Kemerdekaan
2. Scene 14-31

14.       EXT. TENGAH HUTAN – PAGI

Cast : Hanna, Nadia, Widi, Shinji, Narto, Asao

 

Narto, Shinji, dan Asao melongo melihat Hanna, Nadia, dan Widi make up.

 

CUT TO

 

15.       EXT. TENGAH HUTAN – PAGI

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi, Shinji, Narto, Asao

 

Semua cast berjalan menyusuri hutan dipimpin Narto, Shinji, dan Asao.

 

CUT TO

 

16.       EXT. TENGAH HUTAN – PAGI

Cast : Nadia, Narto

 

Nadia mengajarkan Narto beberapa jurus silat.

 

CUT TO

 

17.       EXT. TENGAH HUTAN – PAGI MENJELANG SIANG

Cast : Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi, Shinji, Narto, Asao

 

Semua cast berjalan menyusuri hutan dipimpin Narto, Shinji, dan Asao. Tiba-tiba Narto, Shinji, dan Asao menghentikan langkah mereka dan menyuruh Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, dan Widi bersembunyi di balik pohon. Sementara itu, Narto, Shinji, dan Asao perlahan dan mengendap-endap mendekati beberapa mayat tentara Indonesia yang terbaring tidak jauh dari sana, sambil mata mereka mengawasi sekeliling untuk berjaga-jaga.

 

ASAO

(memeriksa nadi mayat tersebut untuk memastikan apakah mereka masih hidup, kemudian menggelengkan kepalanya kepada Narto)

 

NARTO

(meninju tanah dengan kepalan tangannya) Sial..

 

SHINJI

(menatap Narto, kemudia mengambil beberapa senjata yang masih bisa digunakan dari mayat-mayat tersebut) Kita harus segera menjauh dari tempat ini. Badan mereka belum kaku, mungkin sekutu masih berada di sekitar sini.

 

Shinji, Narto, dan Asao sibuk memeriksa kondisi dan mengambil beberapa amunisi dan senjata dari para mayat tentara. Sementara Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, dan Widi shock bukan main melihat pemandangan tersebut dari balik pohon.

 

SIGIT

Apa kita juga akan mati di sini seperti mereka tanpa ada yang menyadari?

 

Mereka hanya membisu.

 

CUT TO

 

18.       EXT. TENGAH HUTAN DEKAT SUNGAI – SIANG

Cast : Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi, Shinji, Narto, Asao

 

Semua cast duduk melingkari api unggun sambil membakar ikan.

 

ASAO

Kenapa? (memperhatikan Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, dan Widi yang hanya termenung dengan ikan bakar di tangan mereka. Asao tersenyum) Perang ini bukan hal yang diinginkan siapapun. Tapi, tidak ada pilihan lain saat ini, kami harus perang untuk bertahan hidup dan mewujudkan kehidupan damai seperti yang kalian rasakan di jaman kalian. Karena itu, kalian juga harus makan untuk bertahan hidup.

 

Mendengar penjelasan Asao, akhirnya Nadia, Hasta, Sigit, dan Widi mulai makan ikan bakar di tangan mereka. Hanna pun hendak menyantap ikan bakarnya, namun tidak jadi setelah melihat Shinji yang duduk di sampingnya masih termenung menatap ikan bakar di tangannya.

 

HANNA

Kenapa? (tanya kepada Shinji)

 

SHINJI

Sepertinya saya sudah lupa rasanya beras Jepang.

 

Semua cast pun melihat ke arahnya. Sigit akhirnya mencoba mencairkan suasana.

 

SIGIT

Hmm.. Seandainya tidak ada perang, apa impian kalian?

Cukup lama suasana hening dengan pertanyaan Sigit.

SIGIT

Apa impianmu? (bertanya kepada Shinji)

 

SHINJI

Mungkin.. menerbitkan buku tentang taktik perang.

 

NARTO

Saya.. tetap akan menjadi tentara yang membela Indonesia di barisan paling depan. (menatap Shinji) Impian yang belum pernah terpikir oleh saya sebelum bertemu dengannya.

 

DISSOLVE TO FLASHBACK

 

19.       EXT. HALAMAN SEKOLAH – PAGI

Cast : Shinji, Narto, Asao

 

Narto tidur santai di bawah pohon di halaman sekolah. Shinji menghampirinya sambil mengeluarkan pulpen dan kertas catatannya.

 

SHINJI

Shinji dari Nippon Shinbun. Boleh saya mengajukan pertanyaan tentang pelatihan Seinendan?

 

NARTO

(membuka kedua matanya sebentar, lalu menutupnya lagi) Pergilah. Tanya saja murid lain di kelas.

 

SHINJI

(melihat ke lantai dua dimana kelas sedang berlangsung, kemudian menatap Narto kembali) Kamu tidak ikut kelas?

 

NARTO

Saya tidak mau mengikuti kata-kata Jepang.

 

SHINJI

(merasa sedikit tersinggung) Lalu untuk apa kamu di sini? Bukankah pelatihan ini dibentuk untuk mempersiapkan kemerdekaan negara kamu?

 

NARTO

(masih terdiam sambil mengernyitkan alisnya)

 

SHINJI

(menarik kerah Narto hingga terbangun) Kemerdekaan bukan hadiah dari Jepang! Itu adalah yang harus kalian, orang Indonesia ambil sendiri! Jepang juga hampir dijajah oleh barat, tapi bisa dicegah karena rakyatnya melawan! Kalau kamu seperti ini, jangan bermimpi Indonesia merdeka!

 

NARTO

(menonjok Shinji) Kurang ajar! Apa kamu bilang?! Jangan sombong!

 

SHINJI

Indonesia tidak butuh orang lemah seperti kamu! (balas menonjok Narto)

 

NARTO

Sialan! (menarik kerah Shinji dan mulai berkelahi)

 

ASAO

(kebetulan lewat sehabis dari toilet dan melihat Narto dan Shinji berkelahi, lalu berlari menghampiri mereka untuk melerai) Hei! Jangan berkelahi!

 

20.       EXT. LAPANGAN SEKOLAH – SIANG

Cast : Shinji, Narto, Asao

 

Bendera Indonesia dan berdera Jepang berkibar di dua tiang yang berdampingan. Shinji, Narto, dan Asao berdiri hormat ke arah bendera di tengah teriknya matahari.

 

END OF FLASHBACK

BACK TO

 

21.       EXT. TENGAH HUTAN DEKAT SUNGAI – SIANG

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Sigit, Widi, Shinji, Narto, Asao

 

NARTO

Karena itu, walaupun belum matang, saya akan latihan lebih keras di Barisan Pemuda untuk melindungi Indonesia dengan tangan saya sendiri. (sambil menggenggam kepalan tangannya)

 

Semua cast menatap Narto.

 

ASAO

Saya iri dengan kalian. (sambil tersenyum) Saya bukan murni Jepang, bahkan juga bukan murni Indonesia.

 

HASTA

Kamu berdarah Indonesia dan Jepang?

 

ASAO

(mengangguk)

 

HANNA

Ngomong-ngomong, berapa umur kalian?

 

ASAO, NARTO, SHINJI

(saling memandang satu sama lain, lalu menggeleng ke arah Hanna karena tidak tahu)

 

NADIA

Mungkin seumuran kita? (berbisik kepada Hanna)

 

NARTO

Oh iya, saya Sunarto, panggil saja Narto. Dia Asao. (menunjuk Asao) Kami murid pelatihan di Barisan Pemuda. Dia Shinji (menunjuk Shinji) wartawan Jepang. Dia tidak bisa menembak dengan senapan, tapi sangat mahir menggunakan bambu runcing, haha..

 

SHINJI

Aku sedang belajar menembak. Aku juga akan bergabung dengan militer.

 

HANNA

Hmm.. Oh iya, gimana kalo kita foto dulu?

 

SHINJI

Foto?

 

HANNA

(tersenyum mengangguk sambil mengangkat smartphone-nya) Ayo kumpul! Semua tangannya begini, ya! (sambil membentuk pose peace) 1, 2, 3, cheese~ (Hanna memperlihatkan foto di smartphone-nya dan mendapatkan sambutan yang sangat antusias dari Narto, Asao dan Shinji yang terkejut dengan kegunaan dari benda yang awalnya mereka sangka adalah senjata)

 

Tiba-tiba terdengar bunyi senapan yang menyasar ke pohon terdekat dengan mereka duduk. Semua cast langsung tiarap. Dalam sekejab mereka hampir dikepung oleh tentara sekutu. Nadia tertangkap oleh tentara sekutu dan membuat Hanna yang berdiri di sampingnya histeris. Sigit dan Widi pun tertangkap oleh tentara sekutu. Asao dan Narto ingin menyelamatkan mereka yang ada di depan matannya dengan menyerang tentara. Namun, Asao terkena tembakan di punggungnya dan jatuh tersungkur. Sigit, dan Widi histeris melihat hal itu.

 

NARTO

Asao! Asao! Bertahanlah, Asao! (histeri memanggil-manggil Asao sambil terus memasang kuda-kuda dengan senjatanya)

 

ASAO

Narto.. Shinji.. merdekakan.. Indonesia.. (berbicara terbata-bata sebelum menghembuskan napas terakhirnya)

 

NARTO

Asaaooo!!! (berteriak memanggil Asao dengan mata berair)

 

SHINJI

AAARGGGHH!!!! (mengamuk dengan bambu runcing menyerang tentara sekutu, lalu membebaskan Nadia) Larii!! (menyuruh Nadia, Hanna, Hasta lari lebih dulu, kemudian lari menyusul dengan Narto di belakang sambil memapah tubuh Asao)

 

CUT TO

 

22.       EXT. TENGAH HUTAN – SIANG

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Shinji, Narto, Asao

 

Semua cast berlari dari serangan tentara sekutu. Namun, tiba-tiba Hanna menyadari bahwa Sigit dan Widi tidak ada.

HANNA

Tunggu! Sigit sama Widi nggak ada! (menghentikan langkahnya)

 

Semua cast pun akhirnya mulai menyadarinya dan melihat sekeliling mereka. Hanna pun membalikkan badannya dan berjalan kembali ke arah penyerangan tadi.

 

SHINJI

(menarik tangan Hanna) Jangan.

 

HANNA

Tapi, gimana kalau mereka juga terbunuh?! (melepaskan tangan Shinji)

 

SHINJI

 (menarik tangan Hanna lagi dengan lebih kuat) Kamu sadar mereka siapa?! Kita dalam bahaya!

 

Hanna pun terdiam menatap Shinji.

 

CUT TO

 

23.   EXT. TENGAH HUTAN – SIANG

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Shinji, Narto, Asao

 

Suasana hujan rintik-rintik kecil. Perjalanan mereka berhenti. Narto dan Shinji menggali tanah di bawah pohon dengan tangan mereka untuk membuat makam Asao. Sementara Hanna, Nadia, dan Hasta hanya berdiri memandangi mereka. Namun, pada akhirnya mereka bertiga tidak tinggal diam dan membantu menggali tanah.

 

CUT TO

 

24.   EXT. TENGAH HUTAN – SIANG

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Shinji, Narto

 

Suasana masih hujan rintik-rintik kecil. Shinji menancapkan sebuah bambu runcing yang menjadi senjata Asao semasa hidupnya di atas makam Asao lalu berdoa bersama Narto. Kemudian Hanna meletakkan kembang-kembang kecil yang ia petik dari pepohonan sekitar di atas makam Asao dan ikut berdoa bersama Nadia, dan Hasta.

 

CUT TO

 

25.   INT. RUANG PERUNDINGAN DI BENTENG PERTAHANAN – SORE MENJELANG MALAM

Cast : Hanna, Nadia, Hasta, Shinji, Narto, Komandan Tentara Jepang, extras tentara Jepang, Papa Hanna

 

Semua cast duduk di meja dan kursi menghadap komandan militer Jepang di benteng pertahanan.

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Masa depan?

 

Hanna, Nadia, dan Hasta mengangguk.

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Apa kalian punya buktinya?

 

Hanna, Nadia, dan Hasta menatap satu sama lain. Tiba-tiba smartphone Hanna berbunyi dengan ringtone lagu Doraemon. Semua cast yang ada di ruangan tersebut terlompat kaget. Hanna langsung meraih smartphone-nya dari dalam tas dan menatapnya.

 

HASTA

Nggak mungkin.. (langsung meraih IPadnya dari dalam tas)

 

HANNA

(menganggak telepon) Ha, halo? (semua cast melongo ke arahnya)

 

PAPA HANNA

Halo, Hanna, putri kecil papa~ Tebak sekarang papa lagi dimana? (menelepon Hanna di dalam mobil di kursi penumpang)

 

HANNA

Amerika?

 

PAPA HANNA

Nggak dong, papa ‘kan udah janji setiap tahun kita bakal ngerayain ulang tahun kamu bareng-bareng. Sekarang papa udah di Jakarta, lagi jalan ke rumah kamu.

 

HANNA

(terdiam cukup lama, kedua matanya mulai berair)

 

KOMANDAN TENTARA JEPANG

Dia bicara dengan siapa?

 

NADIA

Sttt!!

HANNA

Maafin Hanna, tapi Hanna sekarang lagi nggak bisa pulang.. Hanna juga nggak tau bisa pulang atau nggak.. (sambil menahan tangis)

 

PAPA HANNA

Maksud kamu apa, sayang? Kamu sekarang dimana? Biar papa jemput.. (suara mulai putus-putus)

 

HANNA

Halo? Halo? (telepon terputus tiba-tiba)

 

HASTA

Sinyalnya hilang lagi.. (menatap Ipad-nya)

 

HANNA

 (terisak sambil menahan tangisnya. Nadia pun memeluk Hanna dan mengusap-usap punggungnya untuk menguatkannya. Sementara yang lain hanya menatap mereka)

 

CUT TO

 

26.   INT. KAMAR DALAM BENTENG – MALAM HARI

Cast : Hanna, Nadia

 

Hanna dan Nadia memandang langit malam berbintang dari jendela kamar. Tidak lama kemudian, Hanna melihat gelang anyaman di tangan kirinya.

 

DISSOLVE TO FLASHBACK

 

27.   INT. RUMAH, RUANG TENGAH – SIANG HARI

Cast : Hanna kecil, Kakak Perempuan Hanna, Papa Hanna, Mama Hanna

 

FLASHBACK masa kecil Hanna dan kakak perempuannya menyaksikan papa dan mama mereka bertengkar di ruang tengah.

 

MAMA HANNA

Amerika? Memangnya nggak ada pilihan lain? Kok kedengarannya kayak harus pisah?

 

PAPA HANNA

Ini project penting dari perusahaan. Aku ‘kan kerja juga untuk memenuhi kebutuhan kamu dan anak-anak.

 

CUT TO

 

28.   EXT. TAMAN – SORE

Cast : Hanna kecil, Kakak Perempuan Hanna

 

Hanna dan kakak perempuannya tersenyum sambil melakukan pinky promise. Hanna memakai gelang anyaman berwarna putih, sementara kakak perempuannya memakai gelang anyaman berwarna merah.

 

(VO) KAKAK HANNA

Walaupun Mama dan Papa udah nggak sama-sama, tapi kita akan selalu bersama-sama selamanya.

 

CUT TO

 

29.   INT. RUMAH SAKIT – SIANG

Cast : Hanna kecil, Kakak Perempuan Hanna, Papa Hanna, Mama Hanna

 

(VO) DOKTER

Benturannya sangat keras. Pasien kehilangan banyak darah saat menuju ke sini.

 

Papa Hanna menenangkan Mama Hanna yang terisak menangis memandang Kakak Perempuan Hanna yang sudah terbaring di ranjang rumah sakit ditutupi kain putih. Hanna hanya terpaku. Tidak lama kemudian ia mengguncang-guncang tubuh kakaknya sambil menangis histeris.

 

HANNA KECIL

Pembohong! Kenapa kakak tinggalin aku?! Kita udah janji bakal sama-sama terus, ‘kan?!

 

Papa dan Mama Hanna berusaha menenangkan Hanna kecil yang terus histeris tidak menerima kepergian kakaknya. Mama Hanna sampai harus menggendongnya sementara Hanna kecil hanya bisa menangis sambil meronta-ronta. Tidak sengaja, tangan kanan kakak Hanna tertarik dan jatuh ke pinggir ranjang karena hentakan Hanna kecil pada tubuhnya. Hanna kecil terus menatap gelang anyaman berwarna merah di tangan kanan kakaknya tersebut.

 

END OF FLASHBACK

BACK TO

 

30.   INT. KAMAR DALAM BENTENG – MALAM HARI

Cast : Hanna, Nadia

 

Hanna masih memandangi gelang anyaman berwarna merah dan putiih di tangan kirinya.

 

NADIA

Gimana, ya, kabarnya Sigit sama Widi?

 

Hanna tersadar dari lamunannya dan melihat Nadia, kemudian melihat langit malam kembali.

 

(VO) PEREMPUAN

(bernyanyi lagu Doraemon) Aku ingin begini, aku ingin begitu~ Ingin ini, ingin itu, banyak sekali~ Semua, semua, semua, dapat dikabulkan~ Dapat dikabulkan dengan kantong ajaib~ Aku ingin terbang bebas di angkasa~

 

HANNA, NADIA

(saling memandang) Baling-baling bambu! (kemudian lari keluar kamar mencari sumber suara perempuan tersebut)

 

CUT TO

 

31.   INT. KAMAR LAIN DI DALAM BENTENG – MALAM HARI

Cast : Hanna, Nadia, Kirana

 

Hanna, Nadia, dan Kirana duduk berhadapan di kamar Kirana.

 

KIRANA

Sudah lama saya mencari orang-orang dari masa depan juga. Sekarang, kita akan hidup bahagia di sini. Kita temenan, ya! (Kirana tersenyum menggenggam tangan Hanna, dan Nadia)

 

HANNA

Kamu tau ini tahun berapa?

 

KIRANA

1943.

 

NADIA

Masih jauh dari hari kemerdekaan..

 

KIRANA

Ini adalah awal dari gerakan perlawanan Indonesia atas penjajahan sekutu. Tapi, tenang aja. Di benteng ini, kita aman, kok! Mereka juga tidak akan menembak perawat!

 

HANNA

Apa kamu tau caranya kembali ke masa kita?

 

KIRANA

(tersenyum sambil menggeleng) Kalau tau, nggak mungkin saya tinggal di sini sampai 15 tahun.

 

HANNA, NADIA

15 tahun?!

 

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar