Amelia is Dead
3. Chapter tanpa judul #3

EXT – kelas sekolah mereka dulu

    Darrel: Ternyata ini gedung pagernya dibuka 24 jam.

    Erwin: Rel, emang hal itu bener?

Darrel: Beneran 24 jam, tadi gue tanya satpam

Erwin: Maksud gue, hal ‘itu’ beneran penyebab Amel meninggal?

Darrel terdiam dan menghela nafas.

Darrel: Gue juga gatau. Tunggu investigasi polisi aja.

Erwin: Kapan kelarnya kalo nunggu polisi? Apalagi Amel belum terkenal, masih pendatang baru. Rel, lo punya privilege terutama dari kita bertiga juga. Tinggal minta Rudi suruh koneksinya ke detektif swasta terus minta Jeremy ‘media play’ di media-media negeri ini. Gue juga bisa bantu pake lawyer Bapak gue. Kasus Amelia pasti jadi berita nasional dan kebenarannya cepet terungkap.

    Darrel: For what? Gak bakal bikin Amel balik lagi.

    Erwin: Well, that’s true.

    Keduanya terdiam.

Erwin: Gue jadi inget pertama ketemu Amelia. Jarang banget terjadi kita bertiga juga langsung jatuh cinta sama dia.

 

INT – Gedung Bioskop

Tertera tulisan: DUA TAHUN LALU

 

Darrel, Jeremy, Rudi, dan Erwin mengenakan jas. Darrel membawa bunga. Keempatnya berada di gedung bioskop, tepatnya di sebelah pintu keluar teater 1. Terlihat poster berjudul ‘Cinta Melankolis: Now Showing’.

Kemudian penonton dari teater tersebut mulai keluar. Dari artis pemeran utama, sutradara, pemain pendukung, produser, dan lain-lain keluar dari teater. Rombongan tersebut dikerubuti oleh orang-orang hingga membuat Darrel cs sedikit minggir ke samping.

Darrel cs masih terus menunggu hingga Amelia keluar agak terakhir. Amelia (24) berambut pendek berwarna merah, pakai jaket kulit hitam dan rok mini. Dirinya kaget melihat Darrel dan teman-temannya.

Amel: (terkejut) Whhat?

Darrel: Congratulations on your movie debut!

Darrel dan Amel berpelukan hangat.

Amel: Thankyou! (melihat ke arah teman-teman Darrel) hai! Akhirnya aku ketemu kalian. Ayo kita kesini.

Amel mengajak mereka ke bagian belakang, bagian lorong bioskop yang sepi. Kepala Amelia menengok ke kanan dan kiri. Seolah memastikan tak ada yang menganggu.

Darrel: This is for you!

Darrel memberikan bunga dan mencium pipi Amelia.

Darrel: (cont) Oh, ini Jeremy (menunjuk Jeremy), ini Rudi (menepuk pundak Rudi), dan ini yang baru dateng dari Amerika, Erwin!

Jeremy: Selamat Amel,kita udah lihat filmnya keren banget.

Amelia: Makasih banyak, kalian sebenarnya engga perlu repot-repot datang.

Darrel: Why? Kita harus merayakan Amelia yang berhasil memainkan peran ikonik pertamanya.. anggota geng motor nomor empat!

Mereka semua tertawa.

Amelia: (mengangkat bunga) Yeeahhh, aku anggota geng motor nomor empat!

Erwin: Give speech please!

Amelia: Aku ingin berterimakasih kepada Tuhan yang sudah memberikan kesempatan ini (keempatnya tertawa, dan tentu aja terimakasih pada fans nomor satu (memegang pipi Darrel dan menciumnya) Thankyou baby!

Jeremy: Oke, aku fans nomor 2.

Erwin: Aku nomor 3.

Rudi: What? Aku gamau nomor 4!

Amelia: (tertawa) Semua anggota Amelialicious berharga kok.

Keempatnya terus berbincang dan tertawa seiring kita melihat kamera menjauh dari lorong bioskop.

 

 

 

 

INT – Dapur rumah Darrel

Darrel baru bangun tidur dan menuju dapur. Ketiga temannya sedang memasak sarapan.

Jeremy: Good morning!

Darrel: Masak apa lo?

Jeremy: (menirukan Amelia) Baby, aku udah siapin kamu telur ceplok setengah mateng pake daun bawang dan mayonnaise.

Darrel, Rudi, dan Erwin melihat ke arah Jeremy. Rudi dan Erwin membeku seolah takut melihat reaksi Darrel.

Darrel: (terdiam dan pelan-pelan tersenyum) Haha elu ngga cuma bisa niruin emak gue ya ternyata.

Suasana sedikit canggung. Rudi dan Erwin menatap Jeremy seolah menyalahkannya.

Rudi: Eh, ini tadi ada kiriman paket dari nenek lo (memberikan paket)

Darrel melihat kotak kiriman itu dan menyobeknya sedikit.

Darrel: Oh, aromateraphy lagi. Ohiya, hari ini gue mau ke makam. Elo pada balik rumah masing-masing dulu aja.

Erwin: Gue ikut lo. Kan gue kemaren ga ikut prosesi pemakaman Amel sama sekali.

Darrel mengangguk.

 

EXT – Pemakaman Amelia

Darrel dan Erwin berdiri memandang makam Amelia yang masih basah.

Erwin: Kasian banget. Amelia cuma pengen mengejar mimpinya. Engga taunya mimpinya mengantarkan dia ke kematiannya.

Darrel masih diam.

Erwin: Gue gabisa ngebayangi betapa sakitnya Amelia. Terbakar di set studio film seorang diri tanpa ada yang berusaha nolongin dia walaupun udah teriak sekenceng mungkin.

Darrel tetap terdiam dan memandang makam Amelia. Pikirannya kemana-mana.

Kita melihat gambaran Amelia yang berada di set studio yang sudah terbakar. Amelia sudah terlihat lemas dengan air mata di pipinya.

Amelia: (lirih) tolong..

 

INT – Gedung kantor agensi film Garis Langit Entertainment

Rudi dan Jeremy melihat gedung itu dari luar dan kemudian masuk. Di dalam gedung banyak bunga ucapan duka. Seorang karyawan muncul.

Andi: Pagi mas, ada yang bisa dibantu?

Jeremy: Kita mau ketemu sama agennya almarhum Amelia.

Andi: Ada perlu apa ya? Sudah buat janji? Maaf karena sekarang sedang suasana duka, gabisa minta bertemu tanpa janji karena pada sibuk.

Rudi: Oke, bilangin sama bos anda ya, kalau Rudi Tjokroharyo yang punya 5 perusahaan penyelidikan swasta di Indonesia akan mencaritahu mengenai kasus kematian Amelia ini dan bakal mengajukan penyelidikan jika pihak agensi menolak memberikan pernyataan.

Dari dalam, terlihat langkah kaki yang kemudian berhenti. Pria berambut klimis itu melihat ke arah Jeremy dan Rudi.

Herman: Ada apa ini?

INT – Ruangan kantor Herman

Herman: Seperti yang saya bilang, semua ini murni kecelakaan. Kita tidak bisa menghindari yang namanya takdir Tuhan. Mau minta apalagi?

Rudi: Saya hanya heran dengan tingkah kalian sebagai agensi yang sangat dipercaya oleh Amelia. Melihat artis kalian meninggal, agensi tidak melakukan apapun. Nggak meminta ganti rugi. Nggak mengecek tim produksi, sutradara, set tempat, atau apapun yang membuat kecelakaan itu terjadi.

Herman: Kita sudah bekerja dengan tim tersebut lebih dari 10 tahun. Enggak mungkin mereka melakukan kesalahan sekecil apapun. Ini murni kecelakaan. Seperti yang sudah saya bilang.

Jeremy: Kecelakaan ya? Semua orang di lokasi berhasil menyelamatkan diri. Tapi Amelia engga. Apa yang sebenarnya terjadi?

Herman: Saya nggak ada di lokasi, jadi saya ngga tau. Mungkin Amelia sedang dalam posisi yang engga bisa melarikan diri.

Rudi: (mengecek hp) Terserah. Anda ternyata tidak bisa berkomunikasi. Tunggu surat panggilan dari polisi ya.

Herman: Hei heii, kenapa bawa-bawa polisi. Kalian itu siapanya Amelia sebenarnya? Saya ngga tau Amelia punya kenalan seperti kalian.

Jeremy: Kita mewakili kekasih dari Amelia (bersiap pergi).

Herman: Hah? Saya bahkan gatau kalo Rio bisa temenan dengan anggota Tjokroharyo.

Rudi: Siapa Rio?

Herman: Pacar Amelia kan? Rio?

Jeremy: Pacarnya namanya Darrel.

Herman: Tidak. Saya yakin sekali. Si Rio itu sudah berkali-kali menemani Amelia kok. Bahkan datang ke premiere film pertama Amelia.

Jeremy: Apa? Darrel juga datang bersama kita!

Herman: Apa Darrel ini diajak berfoto di red carpet sebelum film berlangsung?

Rudi: Engga, Amelia menyuruh Darrel dateng saat filmnya kelar (ekspresinya mulai curiga).

Jeremy: Dan kita ketemuan di lorong (Rudi dan Jeremy beradu pandang).

 

INT – Kamar Darrel

Empat sekawan ini berada di tempat tidur Darrel.

Darrel: Jadi cowok ini Rio?

Darrel melihat foto red carpet Amelia dan seorang pria.

Rudi: Kita baru cari tahu siapa itu Rio. Tenang aja pasti bentar lagi ketahuan.

Darrel: Dia nggak dateng ke pemakaman, kok gue baru tau soal dia ya?

Jeremy: Orang agensi bilang media emang ga ngepublikasiin foto itu karena Amel bukan artis terkenal.

Suara dari TV menghiasi kamar itu

TV: (narasi berita gosip) Update dari dunia perfilman, peran Amelia di film terbarunya akan digantikan oleh penyanyi dan aktris ngetop, Selena Sandy. Selena juga sempat menyatakan rasa dukanya atas kepergian Amelia.

Selena: Ya aku nggak nyangka banget ya, mana masih muda. Kita doain aja yang terbaik semoga almarhumah dikasih tempat yang indah. Saya juga nggak akan mengecewa..(dimatikan)

Jeremy: Udahlah, kita tidur aja.

Darrek berdiri dan mengambil dupa aromateraphy warna merah yang tadi baru dikirim sang nenek. Dupa merah tersebut disumat api dan menyala ujungnya. Sementara Rudi keluar kamar membawa bantal.

Jeremy: Mau kemana lo?

Rudi: Tidur di ruang tamu ajalah gue. Gak bisa tidur garagara ngorok lu!

Jeremy: Ngorok gue nggak kenceng kali! Ye, elunya aja lemah.

Erwin: Udah-udah, tidur yok. Besok pagi kita samperin rumah Papanya Amel.

Jeremy: Iya, besok kan Minggu, takutnya jalanan rame kalo kesiangan

 

 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar