Sri, tok!
1. Pertemuan Tak Terduga

SRI, TOK!

 Writen by Sylviana Mustofa

Episode 1

Sc. 01 EXT. PINGGIR PANTAI - SORE

Senja sore yang menampakkan cahaya kemerahan. Debur ombak bersahut-sahutan menyapu pasir pinggir pantai. Terdengar percakapan masa lalu antara Nike dan Bagus.

NIKE (O.S)

... Mas, aku belum siap menjadi istrimu sekarang. Maaf, Aku lupa memberitahu kalau aku mau melanjutkan studyku ke Belanda. Apa Mas bersedia menungguku di sini?

BAGUS (O.S)

Berapa lama?

NIKE (O.S)

Aku tidak ingin berjanji. Yang pasti suami seperti Mas adalah suami idaman bagiku ...

Sementara ingatan suara masa lalu itu terus terdengar, kita lihat kaki Bagus tanpa alas berjalan di antara pasir yang basah, kemudian berhenti dan kini berdiri menghadap ke arah lautan.

BAGUS

(Dengan wajah yang sendu ia berucap sendiri) Jangan salahkan aku jika tiba-tiba jodoh itu datang sebelum kamu pulang.

CUT TO

DISSOLVE TO

Sc. 02 INT. RUMAH KONTRAKAN SRI - MALAM

(Ruang Tamu) Sri Menangis terisak-isak (P/20). Kepala dan tubuhnya terbalut baju dan hijab berwarna hitam. Tangannya memegang sebuah surat dari Ibunya yang baru saja wafat (Ibu Fatimah).

IBU FATIMAH (O.S)

Nduk, Ibu njaluk ngapuro, sebab Ibu ra iso ngancani koe rabi nganti ndue anak. Ibu ra iso maringi warisan kanggo koe. Nanging, Ibu njaluk tulung tekak'ke amanah iki kanggo budhe Nur Fatmawati. Beliau kancane Ibu kawet cilik. Isine ojo mbok woco, yo, Nduk. Alamate ono ning sampul surat werno cokelat kuwi. Ojo nangis wae kue, Nduk. Ibu sayang kamu. Ileng, pesene Ibu ojo mbok buka surate. Iku jenengane saru .... Njaluk doa'ne wae, yo, Sayang. Insyaallah, Ibu wes tenang neng Surga Allah.

Tulisan tangan di kertas yang cukup berantakan. Tangis Sri semakin kencang. Bahunya terguncang hebat. Sri luruh dari kursi ke lantai.

SRI

Ibu ... (Memeluk surat dengan mata terpejam.) Mengapa secepat ini, Bu? Aku belum siap ditinggal sama Ibu. Apa yang harus aku lakukan tanpa Ibu ... Aku ndak punya siapa-siapa, Bu. Huhuhu ... Ibuuu ... (Mulutnya meringis sambil memukul-mukul dadanya sendiri.)

Setelah tangisnya reda, tatapannya tertuju pada amplop berwarna coklat di meja (Beat). Tangan Sri terulur mengambilnya, lalu membaca nama pada amplop tersebut.

SRI (V.O)

Budhe Nur Fatmawati – Jawa Tengah

FADE OUT/FADE IN

Sc. 03. EXT. DEPAN MINI MARKET/JALAN RAYA - SIANG

Bagus (L/31) baru keluar dari mini market memegang sebotol minuman sambil hendak memasukkan dompet ke saku celana, tapi tiba-tiba seorang perempuan berhijab merebut dompetnya begitu saja.

BAGUS

Co ... co, copet! (Kaget dan tergagap) Copet! Tolong, ada copet! (Wajah panik)

Bagus segera berlari mengejar pencopet. Orang-orang yang melihat ikut mengejar dan berteriak.

WARGA

Copet!! Woy berhenti!

Perempuan itu berlari kencang diikuti Bagus dan orang yang mengejar di belakangnya menyusuri trotoar jalanan.

BAGUS

Berhenti kamu! Dasar!

Sampai di persimpangan pencopet menghilang. Bagus berhenti, napasnya terengah-engah, begitu juga yang lainnya. Sesekali tubuhnya membungkuk dengan telapak tangan menyangga tubuh di lutut.

(Di Salah satu sudut persimpangan) Sri duduk berjongkok, bersembunyi di balik dua kotak sampah. Wajahnya penuh keringat. Napasnya ngos-ngosan. Matanya terpejam kuat. Bibirnya komat-kamit membaca doa. Terdengar suara Bagus dan beberapa orang yang ikut mengejar.

BAGUS (O.S)

Ah, sial!

PENGEJAR 1 (O.S)

Kemana, Pak larinya?

BAGUS

Ndak, tahu. Kita kehilangan jejak, sial! Asem, asem tenan!

PENGEJAR 2

Wah, banyakkah isi dompetnya, Pak? (Penasaran)

BAGUS

Lumayan, Pak baru tarik tunai. Cuma bukan masalah uangnya sih. Di dalam dompet itu banyak kartu-kartu penting. (Geleng-geleng kepala, putus asa)

PENGEJAR 3

Sayang sekali, Pak. Semoga ketemu dan masih rejekinya, ya! (Menepuk-nepuk bahu Bagus)

BAGUS

Aamiin. Makasih ya Bapak-bapak semua ... (Mengatupkan kedua tangan di depan dada)

Masih terdengar kasak-kusuk mereka membicarakan sesuatu. Sri memeluk dompet itu semakin erat. Sesekali tubuhnya bergeser sedikit supaya tak terlihat oleh mereka yang mengejarnya.

SRI (VO)

(Wajahnya nampak bersedih) Ya Allah, saya berjanji akan mengembalikan dompet ini suatu saat nanti. Kalau harus bekerja, saya harus menunggu satu bulan untuk mendapatkan upah. Kalau kerja harian juga tidak akan cukup membayar ongkos ke jawa tengah untuk menemui sahabatnya Ibu, masih butuh berhari-hari juga untuk mengumpulkan uang. Hanya ini jalan satu-satunya supaya amanah Ibu segera terlaksana. Saya berjanji suatu saat akan kerja dan mengembalikan isi dalam dompet ini berapa pun yang terpakai nanti. Saya juga akan menitipkan dompet ini ke kantor polisi dan mengakui semuanya.

Setelah cukup lama akhirnya Bagus dan lainnya pergi dari persimpangan. Sri berucap syukur dan membuka mata, lalu mengawasi sekitar (Setengah berdiri). Yakin aman, perlahan ia berdiri. Memeluk kantung kresek berwarna hitam dan dompet yang baru saja dicurinya semakin erat.

Kakinya hendak melangkah, tapi terhenti karena ada sesuatu yang jatuh ke tanah. Sri menunduk dan memungut sebuah kartu yang ternyata KTP seseorang, ia lalu membacanya.

SRI (V.O)

(Nama pada KTP) Bagus Cahyo Purnomo.

CUT TO / INTERCUT

Bagus berjalan lesu di trotoar menuju mini market semula. Di sana sudah menunggu Pak Yanto, sopir pribadinya. Melihat Bagus tampak lesu Pak Yanto segera keluar dari mobilnya.

PAK YANTO

(L/50)Dari mana saja, Den? Saya cari-cari sejak tadi.

BAGUS

Sial, Pak. Dompet saya dijambret orang. Anehnya itu penjambret perempuan lengkap dengan gamis dan hijabnya. (Menyandarkan siku ke mobil sementara telapak tangan memijat kepala.)

PAK YANTO

Banyak kok Den yang begitu. Bukan salah hijabnya, Den. Salah orangnya, hijab kan emang sudah kewajiban seorang muslimah memakainya.

BAGUS

Saya nggak yakin itu perempuan. Larinya kenceng banget.

PAK YANTO

Dapet, Den?

BAGUS

Iya, Dapet. Telapak kakinya doang! (Membuka pintu mobil dan masuk, lalu menutup pintu dengan keras.)

Melihat itu Pak Yanto segera berlari kecil memutari kepala mobil dan bersiap mengemudi.

INT. DALAM MOBIL

PAK YANTO

Sabar ya, Den.

BAGUS

Wes sabar banget iki loh, Pak. Nek nggak sabar wes tak lempar karo sepatu.

PAK YANTO

(Tertawa kecil)

BAGUS

Lagi kena musibah kok yo diketawain.

PAK YANTO

Maaf, Den. InshaAllah nanti di ganti berkali-kali lipat sama yang di atas. Ikhlasin aja ya, Den.

BAGUS

Bukan uangnya, Pak. Aku males ngurus surat-suratnya. (Tiba-tiba memiliki ide, wajahnya berubah bersemangat) Tunggu bentar, Pak. Aku pengen cek cctv di mini marketnya, siapa tahu ada pencerahan.

Segera membuka pintu dan pergi begitu saja menuju mini market.

PAK YANTO

Percuma pamit kalau nggak denger aku jawab dulu.(Geleng-geleng kepala) Den Bagus Den Bagus ...

Setelah menunggu cukup lama Bagus kembali memasuki mobil. Wajahnya kembali lesu.

PAK YANTO

Gimana, Den?

BAGUS

Pegawai baru, Pak. Nggak berani liatin CCTV--nya dia, jadi aku tinggalkan nomor telepon saja. katanya mau ijin sama atasan dulu.

CUT TO

Sc. 04 INT. AULA HOTEL - SIANG/SORE

Bagus dan 10 manager hotelnya berkumpul untuk meeting membahas pembangunan hotel baru yang akan di bangun dua bulan mendatang di area Jawa Timur.

BAGUS

Oke, sudah jelas semua, ya! Lakukan pembangunan dua bulan mendatang. Tolong Pak Gio diurus semuanya. Untuk pembelian lahan atau tanah, pastikan kita tidak merugikan masyarakat setempat. Hargai lahan itu dengan harga yang pantas dan masuk akal. Untuk bentuk dan denahnya, cari arsitek yang handal. Saya mau bangunannya modern. Saya juga ingin hotel ini asri dan sejuk, memiliki halaman yang lumayan luas dan akses ke beberapa tempat itu dekat. Seperti ke mall dan lainnya. Untuk SDM, saya minta yang cekatan, bertanggung jawan dan disiplin waktu. Satu lagi, keamanan, perizinan dan tempat parkirnya jangan lupa juga dipikirkan. (Bagus menatap satu persatu para pekerjanya dengan seksama, sementara para pekerjanya mengangguk mengerti.) Pak Gio, Mbak Ani, Pak Erik dan lainnya, bagaimana? Cukup jelas?

GIO

(L/35)Jelas, Den.

ANI

(P/28)Alhamdulillah, mengerti, Den.

ERIK

(L/45)Cukup jelas, Den.

Yang lainnya juga mengangguk mengerti.

BAGUS

Syukurlah kalau semua paham. Baiklah meeting hari ini selesai. (Membenahi kancing di kemeja sebelah pergelangan tangan.) Hari ini saya sedang di uji. Sial banget pokoknya. (Menggeleng seraya tertawa)

ANI

Kenapa kalau boleh tahu, Den?

BAGUS

Saya kecopetan waktu jalan ke sini.

ERIK

Innalillahi, yang sabar, Den.

BAGUS

Yup. Makasih ... Asal jangan jodoh saya saja yang di rampas orang. (Semua orang tertawa termasuk Bagus.) Baiklah, saya duluan semuanya, ya! (Mengambil ransel di meja, lalu memakainya.) Assalamulaikum, semua ... (Berjalan pergi)

SEMUA PEGAWAI

Wa’alaikumsalam ...

CUT TO

FADE OUT / FADE IN

Sc. 05 EXT/INT DEPAN PAGAR RUMAH BAGUS - PAGI/SIANG

SRI

(Turun dari ojek dan memberikan ongkos) Makasih ya, Pak.

Tukang Ojek

Sama-sama, Neng (Berlalu pergi)

SRI

(Mengintip pagar, lalu berteriak) Assalamulaikum!

SATPAM

(Mengintip bersamaan saat Sri mengintip)

SRI

Allahuakbar! (Kaget dan meloncat mundur)

SATPAM

(Membuka sedikit pintu pagar dengan wajah sangar) Cari siapa?(L/28)

SRI

Anu, Pak. Ehh, Ibu Fatmawatinya, ada? (Bicara dengan sangat hati-hati)

SATPAM

(Memperhatikan penampilan tamu dari atas ke bawah) Kamu pengemis?

CUT TO

Sc. 6 INT. RUMAH BAGUS /RUANG TAMU - PAGI/SIANG

BAGUS

Membuka pintu, lalu masuk. Menghempaskan tubuh di sofa sambil memejam dan memijat kepala.

EXT. DEPAN PAGAR RUMAH BAGUS

SRI

(Duduk di pojokan bersama Pak Satpam sambil menangis) Jadi begitulah, Pak ceritanya.

SATPAM

(Raut bersedih) Kamu, yang sabar ya, Dek. InshaAllah Ibu kamu sudah ada di surga.

SRI

Aamiin.

SATPAM

Dilapangkan kuburnya.

SRI

Aamiin.

SATPAM

Dan di terima di sisiNya.

SRI

Aamiin. Sekarang apa saya boleh masuk, Pak?

SATPAM

Masuk ke mana? Ke hatiku? Maaf, Dek. Bukan Abang menolakmu. Beribu-ribu bunga mengantri tak satupun yang terpatri di hati, tapi kalau adek yang maksa untuk bertamu di hati ini, abang bisa apa? Jadi jika ...

SRI

(Menatap Satpam dengan exspresi muka datar, antara eneg dan kesal) Pak!

Kaset kusut (O.S)

CUT TO

Sc. 7 EXT/INT RUANG TAMU/ TERAS DEPAN RUMAH

BAGUS

(Suara bel berulang kali terdengar, membangunkan tidurnya.) Ya! (Duduk sambil mengucek mata) Si Mbok mana sih?

Berdiri lalu berjalan ke arah pintu dan membukanya.

SRI

Kulonuwun. Assalamualaikum ...

BAGUS

Monggo. Wa’alaikum salam ... (Memperhatikan tamu dari ujung kepala sampai ke ujung kaki) maaf, cari siapa, ya? (Fokus menatap kaus kaki yang di kenakan tamu)

SRI

(Menyembunyikan sebelah kaki ke kaki lainnya, karena kaus kaki yang di pakai terdapat koyak di beberapa bagian)

Saya mau bicara sama Bude Nur Fatmawati, Mas. Adakah?

BAGUS

Kamu siapa?

SRI (V.O)

Seperti pernah lihat, tapi di mana, ya?

BAGUS

Halo! (Mengibaskan tangan di depan muka Sri)

SRI

Ah, maaf, Mas. Kok malah melamun (Menunduk). Saya, anaknya Ibu Haliman dari Nganjuk Jawa Timur.

BAGUS

Oh, temannya Ibu saya?

SRI

Ibu?

BAGUS

Ya.

SRI

Kalau boleh tahu, Mas ini siapa, ya?

BAGUS

Saya Bagus Cahyo Purnomo. Anak bungsunya Ibu Nur Fatmawati

SRI (V.O)

(Mundur beberapa langkah. Sebelah tangan menutup mulut. Mata melotot tidak percaya.) Nama dan wajah itu ... aku baru ingat, bukankah ... dia pemilik KTP yang aku jambret dompetnya beberapa hari yang lalu? 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar