Revolve
2. 2

SCENE 4

Cast; Kakak ceria/Karin, anak-anak, Axel.

Taman

Suasana taman begitu ramai dengan kehadiran wanita yang menyanyi menghibur anak-anak yang ada disana. Mereka semua tampak tertawa dengan bahagia.

Sebuah lagu baru saja selesai di nyanyikan dengan suara yang tidak terlalu buruk.

Anak-anak
Lagi, kakak! (Teriak mereka serempak)
Kakak kalau punya adik atau anak pasti mereka selalu bahagia. Kakak selalu menyanyi buat mereka.

Mendengar suara anak-anak itu membuat hati wanita itu menjadi tenang dan sedikit sesak.

Air matanya jatuh dan buru-buru ia menghapusnya.

Kakak ceria/Karin
Kakak mau pulang dulu, ya?
Kalian jangan nakal dan makan makanan yang sudah kakak siapkan. Sekolahnya yang pinter, jangan suka bolos.

Anak cowok berbaju hitam

Kak?
Kalau ada yang jahilin kita di sekolah. Apa kita boleh bales perbuatan dia kak? (Tanyanya dengan wajah polos)
Kakak ceria/Karin

(Ia berjalan mendekati anak itu dan mengusap puncak kepala anak itu dengan lembut)

Kakak ceria/Karin
Jangan pakai kekerasan. Karena kekerasan yang di balas dengan kekerasan itu tidak akan menghasilkan suatu ketenangan. Tetapi, keduanya hanya akan menjadi sebuah api balas dendam yang sulit untuk di padamkan.

Anak kecil itu hanya mengerjapkan matanya memahami apa yang dikatakan oleh kakak ceria itu. Pikirannya masih sulit memahami perkataan kakak ceria itu.

Kakak ceria/Karin
Kakak pulang dulu.

Lalu perempuan yang mereka panggil dengan sebutan kakak ceria itu melambaikan tangannya ke arah anak-anak itu dengan senyum di wajahnya.

Senyumnya di depan anak-anak tadi hanya sebagai formalitas saja, karena nyatanya setelah pergi dari sana senyum itu luntur dan berubah menjadi sebuah senyum dan wajah yang berbeda.

Kakak ceria/Katin
Pinter banget gue pura-pura ketawa. Padahal hati dan hidup gue penuh luka.

Perempuan itu tersenyum miris menatap dirinya sendiri.

Tidak sengaja ada seseorang yang menabrak dirinya.

Kakak ceria/Karin
Kalau jalan matanya di pakai buat lihat dong, om!

Pria yang tadinya hanya tidak acuh dan terus melanjutkan langkah kakinya sontak menghentikannya. Ia memutar balik badannya dan melirik singkat perempuan yang tadi mengomel padanya.

Tanpa disangka perempuan itu berjalan dengan wajah garang.

Kakak ceria/Karin
Kalau jalan matanya dipakai buat lihat! Ada cewek Segede Gavan gini malah asal nabrak aja! Udah hebat, ha?!
Jadi, om-om jangan banyak gaya! Inget umur dan awas itu pinggangnya encok!
Axel
Om?!

(Alisnya terangkat sebelah dan keningnya mengerut memandangi perempuan itu)

Setua itukah wajahnya?

Kakak ceria/Karin
Hallo?!

(Ucapnya seraya melambaikan kedua tangannya di depan pria itu)

Budek kali, ya?
Pria cuek/Axel
Anak bau kencur nggak usah banyak omong! Sekolah saja yang benar!

Setelah mengatakan hal pria tadi langsung meninggalkan perempuan yang kini mematung di tempat dan memandangi punggung pria itu.

Kakak ceria/Karin
Semuda itukah wajah gue? Sampai orang ngira gue masih SMA?
OMOOO!!

(Teriaknya bahagia)

Saking bahagianya ia tidak memperdulikan bagaikan mana tanggapan orang di sekitarnya yang memperhatikan dirinya. Perempuan itu berlari dengan wajah bahagia.

Kakak ceria/Karin
GUE MASIH MUDA! OY!!!
Anak-anak di taman
KIYOMASA!

(Balas mereka serempak)

Perempuan tadi tertawa melihat anak-anak itu tersenyum bahagia dan bermain bersama.

SCENE 5

Sekolahan, taman

Cast; Caca dan beberapa anak kecil lainnya bersama orang tua mereka.

Gadis kecil dengan rambut di ikat dua itu hanya memasang wajah kesal dan malas melihat sekelilingnya. Hari ini adalah hari kedua ia masuk di sekolah yang dirinya tidak suka. Sekolah elite dengan berisi anak-anak dari keluarga berada.

Sepulang sekolah Caca tidak langsung pulang, melainkan main di taman dekat sekolahnya.

Caca memilih untuk duduk di bawah lampu taman dengan memakan arummanis tanpa gangguan. Ingatannya masih bertaut dengan masalah yang ia hadapi.

Caca
Tidak ada bedanya dengan teman lamaku.

Gadis kecil itu memakan jajanan dengan tenang dan tidak menghiraukan setiap perkataan yang muncul dari orang sekitarnya.

Caca
Tidak adakah hal yang lebih bermutu dan bermanfaat untuk kalian, selain memperhatikan dan membicarakan diriku?!

Tanpa malu atau ragu, perkataan Caca menarik perhatian mereka semua. Gadis kecil nan mungil itu tidak merasa takut atau terintimidasi sama sekali.

Lalu ia bangkit dari tempat semula duduknya dan menatap mereka secara bergantian dengan tatapan datar.

Caca
Jangan mudah menilai orang lain!

Dengan kesal gadis kecil itu berjalan meninggalkan taman dengan perasaan dongkol.

Ibu-ibu
Dasar anak yang tidak berpendidikan!
Anak kecil
Dia anak baru di sekolah, ma. Dan dia yang sudah berani berdekatan dengan Alden!
Ibu-ibu
Anak mama nggak boleh kesal. Dia hanya anak yang kurang kasih sayang. Anak mama jauh lebih cantik daripada dia!

(Ibu itu mengusap pipi putrinya dengan kedua tangannya. Senyum di wajah putrinya mengembang mendapatkan perhatian itu)

SCENE 6

Cast; Axel, Devin

Ruang kerja

Pria paruh baya yang diketahui bernama Axel itu terlihat melonggarkan dasi di lehernya. Perasaan kesal karena kejadian tadi di jalan membuatnya hilang keceriaan.

Axel
Dasar cewek bodoh!
Enak saja dia memanggilku om?!

Tok ... Tok ... Tok ....

Suara pintu di ketuk dan Axel langsung berdeham pelan menandakan untuk memperbolehkan orang itu masuk.

Devin adalah nama dari asisten Axel. Usia keduanya tidak terlalu jauh, hanya berjarak beberapa tahun saja.

Devin
Apakah kau tidak memikirkan putri kecil itu?

Devin melangkah mendekati Axel dan duduk di kursi kosong depannya.

Devin
Setidaknya jagalah perasaannya.
Axel
Dia yang ingin agar aku tidak ikut campur.

(Ucapnya dengan lesu)

Devin
Gunakanlah sedikit otak kecil mu itu!
Dia hanya gadis kecil yang mencoba memahami keadaanmu!
Axel
Apakah kau ingin gadis kecil itu melihat sisi kejamku?

Axel nampak menaikkan sebelah alisnya menatap Devin. Tangannya meraih ponsel yang terus berdering di meja dan menerima panggilan dari seberang.

Tanpa menjawabnya Axel langsung meraih jasnya dan memakai kacamata hitam miliknya.

Axel
Dunia ini begitu kejam Devin. Sehingga, apa yang kau lakukan belum tentu selalu dihargai orang lain. Walaupun kau melakukan kebaikan dalam jumlah besar, semuanya akan hancur dalam sekejap saat kau ketahuan melakukan satu kesalahan.
UPS! (Axel menutup bibirnya)
Bukan satu kesalahan! Tapi, saat hampir saja kau melakukan kesalahan.

Devin menatap Axel yang sudah berjalan menjauh menuju pintu keluar.

Devin
Apa yang sebenarnya kau sembunyikan Axel?

SCENE 7

Cast; Caca

Di bawah pohon jambu

Gadis kecil bernama Caca itu tampak kesal dan sesekali menendang batu kerikil di hadapannya. Kejadian dengan sosok ibu-anak tadi membuatnya kesal.

Caca
Banyak sekali hal yang harus aku pelajari. Apakah harus pindah setiap saat?
Bahkan, aku tidak memiliki teman sama sekali dalam hidup ini. Semuanya hanya palsu! Tidak ada yang benar-benar menginginkanku menjadi temannya.

Gadis kecil itu tampak kesal dan mengusap air matanya yang hampir terjatuh.

Caca
Lemah sekali jika aku menangis!

(Tangannya bergerak mengusap air mata itu)

Papi selalu bohong sama Caca! Katanya kalau Caca nggak kepo sama apa yang dilakuin papi, Caca boleh bebas. Tapi, papi bohong!
Caca udah tau semuanya dan Caca nggak mau kalau hidup kita selalu begini.

Sesudah menyelesaikan keluh kesahnya, gadis tadi kembali berjalan menenteng tas sekolahnya. Banyak orang yang memperhatikannya, namun tidak ada seorang pun yang mau mendekatinya.

Berbagai bisikan menusuk ke indera pendengaran anak itu. Sungguh, suaranya begitu mengganggu!


Scene 8

SORE HARI

INT. Dapur, ruang makan.

Cast; bibi Karin, Karin.


Bibi Karin tengah memotong bawang Bombay di tempatnya. Sedangkan, Karin sibuk memandangi bibinya di kursi meja makan dengan menumpu dagunya.


Karin
Bibi?

(Panggilnya pelan seraya mengerjapkan matanya)

Apakah bibi tau?
Bibi Karin
Tidak

Karin mendengus kesal.


Karin
Sewaktu aku pulang dari taman tadi. Aku bertemu dengan cowok yang menyebalkan!

Ingatan Karin kembali kepada sosok pria yang tidak sengaja menabraknya tadi. Bukan tidak sengaja, tapi sengaja!


FB.

TAMAN

CAST: KARIN, AXEL


Karin berjalan seraya melompat pelan.

Karin
Hidup tanpa cinta! Yang penting cuannya ada!
Mau hidup! Asalkan selalu bahagia!
Mau hidup asalkan banyak duitnya ... Hidup ini butuh cuan.

Dug

Sedang asik bernyanyi ada seseorang yang tidak sengaja menyenggol lengan Karin. Karin meringis karena luka di tangannya saat ini masih memar. Semua ini karena ulah cerobohnya sampai bisa terjatuh di kamar mandi dan terbentur lingiran meja.


Karin
Kalau jalan mohon perhatikan jalannya! Saya jadi hampir terjatuh om!

Pria di depannya menatap Karin dengan cengo. Om?

Keningnya mengerut belum paham dan tatapan wajah datar.


Axel
Kamu kira sudah tua apa?

Axel menautkan alisnya menatap intens ke arah Karin. Lalu, Karin hanya menatap dengan wajah tengilnya.


Karin
Kalau dilihat dari mata saya sih, cocok dipanggil om. Memangnya salah, ya? Kan, om kelihatan jauh lebih tua dari saya.
Axel
Bahkan, kamu jauh terlihat seperti anak remaja yang masih labil! Sekolah saja yang benar, jangan sampai membuat orang tua mu malu dengan tingkahmu yang berusaha menggoda pria yang lebih tua dari kamu.
Karin

(menatap tidak percaya ke arah Axel)

Heh! Saya ini nggak mungkin menggoda pria yang jauh lebih tua dari saya! Lagian saya ini juga masih punya selera pilihan yang jauh lebih tampan dari kamu! Asal kamu tau!

(Karin menunjuk wajah Axel dengan garang)

Kamu bukan tipe dan juga bukan selera saya!
Mungkin perempuan yang mau dengan kamu itu hanya perempuan bodoh yang melihat kamu dari segi fisik saja! Jauh dari situ kamu itu penuh tipu daya!
DASAR COWOK MIRIP BAB1!

(Karin sudah tidak bisa menahan kekesalannya lagi dalam menghadapi cowok di depannya ini. Emosinya meledak)

Dirinya tidak berbohong jika pria tampan didepannya saat ini begitu tampan. Bahkan, saat dirinya hanya menggunakan kaos oblong dan celana pendek selutut saja. Oh tuhan! Tolong Karin ingin melayang.


Axel
Syukurlah kau bukan juga tipe ku!

Setelah mengatakannya pria itu berjalan menjauh dari Karin yang masih mencak-mencak di tempat. Hingga banyak orang yang memperhatikan dirinya dari kejauhan. Namun, yang namanya Karin si cewek bobrok tidak punya malu dalam dirinya.


Karin
DASAR COWOK BERENGSEK! GARA-GARA LO GUE BISA GILA BENERAN ANJING!
GUE SUMPAHIN SEMOGA LO NIKAH DAN KETEMU SAMA CEWEK GILA! JAUH LEBIH GILA DARI GUE BAB1!

FB. OFF!


MEJA MAKAN


Bibi Karin tertawa mendengar cerita ponakannya ini. Sungguh, kalau saja direkam pasti ia bisa tertawa berulang kali saat melihat tingkah Karin.


Bibi Karin
Jangan terlalu benci sama seseorang, Karin. Kita tidak pernah tau bagaimana akhir dari kisah hidup kita nantinya.

Bibi Karin melanjutkan memotong wortel di tempatnya dan sesekali melirik Karin.

Bibi Karin
Kamu pernah mendengar kisah benci jadi cinta?

Karin mengerutkan dahinya.


Karin
Itu hanyalah alibi biasa Bi! Karin nggak percaya sama yang begituan.
Bibi Karin
Itu nyata Karin. Yang namanya cinta pandangan pertama aja ada, apalagi yang cinta dari benci?
Cinta itu nggak bisa didefinisikan dengan kata-kata, karena cinta itu sebuah rasa yang hanya bisa diketahui dari hati. Kalau suka sama seseorang itu belum bisa disebut sebagai cinta. Suka sama seseorang terkadang adalah sebuah rasa obsesi.
Karin
Kalau kita nggak punya hati, itu artinya kita nggak pernah ngerasain yang namanya cinta-kan?

Karin memasukkan kue brownis ke dalam mulutnya. Lalu, perempuan itu mulai mengaduk adonan tepung yang sudah ada di depannya. Tangannya mengaduk dengan sesekali termenung.


Karin
Cinta itu cuma bikin sakit hati, bi! Nggak ada cinta yang bisa buat bahagia.
Bibi Karin
Kenapa kamu bisa memiliki pemikiran seperti itu?
Karin
Karena cinta pertama anak perempuan itu berasal dari seorang ayah. Sedangkan, sakit hati pertama yang Karin rasakan saja itu berasal dari cinta pertama Karin! Gimana seorang anak perempuan bisa memiliki cinta lagi disaat semua rasa itu memiliki sebuah trauma?

Karin berbicara tanpa ada jeda dan penuh dengan kesedihan serta kekecewaan. Hilang ingatannya memang sulit pulih, namun hanya ayahnya yang saat ini ia ingat.

Keburukan dari ayahnya sangat tercetak jelas di depan matanya saat ini. Bagaimana sisi kejamnya dan sampai sekarang Karin belum paham dengan apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya.

Satu sisi ia membenci dan disisi lainnya ia merasa ganjil dengan perbuatannya itu.

Karin
Ayah nggak pernah bisa lihat Karin bahagia. Buktinya, saat ini Karin ilang aja nggak dicariin! Karin pengen ingat semuanya tentang Karin, tapi nggak ada yang bisa bantu Karin!
Intinya Karin nggak mau nikah!

Bibinya menasihati Karin yang sibuk mengaduk adonan untuk membuat bakwan. Namun, kegiatannya berhenti kala mendengar penuturan dari bibir Karin.


Wajah Karin berubah masam.


Karin
Bibi nggak tau sih! Gimana rasanya jadi Karin?!
Bibi Karin
Ya nggak tau, mana mungkin bibi mau jadi seperti kamu? Lebih baik menjadi diri sendiri. Sangat mudah mengikuti gaya seseorang, tapi sulit untuk menjadi diri sendiri.

(Bibinya mengambil alih baskom berisi adonan itu dan memasukkan potongan wortel dan bahan lainnya)


Karin mencuci tangannya dengan air yang di dalam baskom.


Bibi Karin
Menikah itu termasuk ibadah Karin. Asal kamu tau, sampai kapan kamu menjadi perawan tua?
Karin
Usia 26 tahun belum terlalu tua, bibi. Lagian Karin masih nyaman dengan status yang Karin terima. Memangnya salah usia 26 tahun belum menikah?
Bibi Karin
Semua itu tidak ada yang salah. Apa kamu tidak malu dengan ucapan tetangga yang-

Belum selesai mengatakan kalimatnya, Karin lebih dulu menyahut.


Karin
Tetangga itu hanya mengatakan omong kosong!
Bibi beli lemari seharga satu juta saja sudah bisa dijadikan sebagai bahan gibahan bi! Bukan hanya lemari yang seharga satu juta. Bahkan, bibi beli baskom saja sudah jadi omongan tetangga.
Biarin aja orang lain berkomentar sesuka mereka. Orang lain tidak akan berhenti mengatakan hal seperti itu, karena hanya itu yang bisa mereka lakukan.
Bahkan, jika ada sesuatu di rumah ini pasti mereka sangat semangat sekali. Kita hidup berdua sudah bahagia, jadi Bibi nggak usah dengerin omongan mereka yang cuma bikin sakit hati. Ibu-ibu rumpi itu hanya tidak memiliki bahan gibahan.
Lihat saja, kalau Karin sudah sukses pasti itu berguna untuk mereka semua.
Bibi Karin
Maksudnya?

Karin tersenyum ke arah bibinya.


Karin
Buat bahan gibah!

Lalu keduanya tertawa bersama mendengar ucapan Karin yang begitu pedenya. Keduanya saling melempar tepung hingga membuat wajahnya putih terkena tepung itu.


Kebahagiaan sederhana hanya dari hal-hal kecil yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Bahkan, hal itu adalah hal yang mereka anggap tidak bermutu.


SCENE 9

MALAM HARI

CAST; DEVIN, PENJAGA, CACA


EKS. RUMAH, TAMAN


Caca
Caca mau nyoba om!
Devin
Kamu terlalu kecil dan tidak seharusnya anak kecil bermain dengan benda ini.

Devin menyimpan benda yang yang tak lain adalah pistol tadi yang digunakan Caca untuk bermain. Entah, Devin sendiri bingung dengan gen yang diturunkan pada Caca.


Gadis kecil itu mendengus dengan kesal.


Caca
Keluarga Caca semua bisa gunain alat itu. Artinya Caca juga harus bisa!
Devin
Tidak semua yang dilakukan keluargamu harus kau lakukan nona kecil.

Devin frustasi jika berhadapan dengan Caca. Gadis kecil yang selalu saja membuatnya pusing tujuh keliling.


Caca memberengut dan menatap tajam ke arah Devin. Dirinya mengambil buah apel yang ada di meja dan memakannya.


Keduanya saling menatap dengan tatapan yang tajam satu sama lain. Penjaga yang melihatnya hanya berusaha menetralkan detak jantungnya. Mereka saling berbisik akan kejadian yang sebentar lagi terjadi diantara keduanya.


Devin
Masuklah nona!
Hari sudah mulai malam dan besok nona harus berangkat sekolah. Kalau terlalu lama nanti nona sakit. Kemudian, jika nona terlambat bangun itu bahaya besok bisa terlambat-

Belum selesai melanjutkan perkataannya Caca langsung menyerobotnya.


Caca
Kenapa anda cerewet sekali seperti seorang wanita saja!

Lorohnya kepada Devin. Asisten papanya memang sangat berbeda sekali dengan Axel yang sama sekali tidak pernah mau menasihatinya.


Caca
Bahkan, aku seorang gadis, yang selalu orang bilang cerewet, hanya aku saja yang pendiam. Bahkan, aku tidak suka berceloteh panjang lebar dan mengatakan semua perkataan yang hanya omong kosong!

Devin mengumpat pelan dalam hatinya. Sungguh manusia jenis satu ini membuatnya naik darah selalu.


Caca mengambil sebuah pisau yang ada di keranjang buat. Devin memperhatikan hal itu dengan was-was, karena anak itu tidak bisa ditebak.


Tep!


Semua penjaga yang ada di sekitar situ langsung bungkam. Pisau itu melayang tepat mengenai papan tembak yang sudah ia siapkan tadi.


Caca
Suatu saat nanti, mungkin saja tepat di jantung kalian!

Devin dan para penjaga yang berada disana sontak memejamkan matanya dan mengusap dada. Nona kecilnya ini sungguh membuat jantung hampir copot dari tempatnya.


Devin mengumpat pelan melihat nona kecilnya


MALAM JALANAN


Angin malam menghiasi kota di malam itu dengan banyak lampu jalanan yang menghiasinya.


Pepohonan dengan banyak misteri terlihat. Seseorang menggunakan Hoodie hitam itu tengah membenahi tudung Hoodie nya dan langsung berjalan meninggalkan tempat gelap itu.


Terlihat sekilas senyumnya mengembang dari sorot cahaya rembulan yang hadir malam itu. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku Hoodie itu dan menghilang di kegelapan malam bersamaan dengan datangnya suara berisik.


Susah sekali untuk mendapatkan pekerjaan! Dengan mudahnya mereka mengatakan pengangguran itu beban, tanpa mereka ketahui kalau mencari pekerjaan tidak semudah memungut kerikil di jalanan!

(Suara itu berasal dari seseorang dengan cemprengnya seraya melempari kerikil itu)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar