Rancu (screenplay)
1. Keping Pertama : Perang = Stand Up Comedian yang memiliki kebebasan berpendapat

SCENE 1

INT. RUANG MAKAN KELUARGA GANENDRA - NIGHT

TITLE : 2022

Ganendra, 28 tahun, tengah duduk di atas kursi makan di kediamannya. Kelopak matanya tertutup, terlihat jelas bahwa pikirannya tengah melayang entah kemana.

Istri dari Ganendra yang berusia 23 tahun, Hayati, meletakkan piring bersih di depan Ganendra yang tengah tenggelam dengan dunianya sendiri.

Suara piring yang beradu dengan meja makan itu berhasil membuat kelopak mata Ganendra terbuka.

Hayati

Kenapa melamun? Abang belum lapar? Atau Abang gak napsu sama makanan yang Hayati masak?

Ganendra tersenyum sekilas sebelum menjawab pertanyaan dari kekasihnya itu.

Ganendra

Enggak kenapa-kenapa Hayati. Sekarang Abang tanya, manusia normal mana yang gak napsu sama masakan kamu? Abang cuma lagi ada banyak pikiran aja.

Hayati mendengarkan jawaban Ganendra sambil mengambilkan nasi dan lauk-pauk untuk Suaminya itu.

Hayati

Terus ada apa? Kalo ada masalah ya bilang-bilang gitu ke Istri. Ini ikannya mau?

Ganendra mengangguk untuk menanggapi kedua pertanyaan dan pernyataan dari Istrinya.

Hayati

Maksud Hayati, kita itu ada di bahtera yang sama, kita mengarungi lautan pernikahan ini sama-sama bukannya masing-masing. Makanya kalo ada masalah dan lubang di kapal kita, udah tanggung jawab kita buat menambal lubang itu Abang. Bersama.

Ganendra tersenyum sambil menyumpalkan sepotong tempe goreng ke dalam mulutnya. 

Ganendra

Emang kalo masalah ceramahin suami kamu deh juaranya, pake istilah bahtera lah, Istri Abang emang pinter banget.

Hayati tertawa kecil saat pipinya dicubit oleh Ganendra. Ganendra ikut tertawa karena ekspresi geli yang dibuat oleh Istrinya.

Hayati

Udah ah, sekarang makan dulu, nanti keburu dingin.

Ganendra

SIAP KOMANDAN!

Ganendra berdiri tegak dengan tangan membentuk sikap hormat untuk merespon perintah Istrinya.

Hayati

Udah ah, sekarang makan.

Ganendra tidak lagi berkata-kata dan langsung menghajar gunungan nasi dan lauk-pauk di atas piringnya.

Hayati

Tapi Bang, masalahnya….

Ganendra

Abang cerita ke kamu setelah selesai makan ya. Sekarang kita makan dulu, buat menjelajahi lautan butuh tenaga kan?

Ganendra mengakhiri perkataannya dengan senyuman yang sedikit dipaksakan. Istrinya bisa menangkap segaris keraguan itu tetapi dia memutuskan untuk diam dan membiarkan suasana makan itu berjalan tanpa ketegangan.

30 menit berlalu. Keduanya telah menghabiskan makanan mereka baik Ganendra maupun Hayati, tetapi keduanya belum beranjak dari tempat mereka semula.

Detik-detik berlalu dalam kesunyian. Kelihatannya Ganendra masih butuh sedikit waktu untuk menyampaikan berita ini. Hayati membaca itu dari kedua netra Ganendra.

Hayati menghela nafas dan mengambil piring-piring kotor yang berserakan di atas meja makan itu.

Hayati

Kalo kamu belum siap gakpapa Bang, Aku cuci piring dulu.

Ganendra menggenggam tangan Hayati, menahannya untuk bergerak lebih jauh lagi.

Ganendra

Duduk Hayati.

Hayati kembali duduk. Ganendra mengambil nafas dalam, dia berusaha dengan sekuat tenaga untuk membangun tekadnya.

Ganendra

Kamu pasti tau kalo sekarang ini situasi semakin kacau. Efek dari Pandemi tahun 2020 masih belum sepenuhnya hilang, ekonomi masih belum berhasil pulih, ditambah lagi semenjak akhir 2020 hingga sekarang korupsi dari kalangan pejabat dan menteri-menteri sosial masih terus ada dan bertambah. Sepertinya rakyat mulai gerah dan berusaha untuk memberontak.

Ganendra memainkan jarinya dipinggiran gelas air minumnya, tatapannya tampak tengah menerawang ketempat lain.

Ganendra

Demonstrasi rusuh banyak banget di tahun-tahun ini, tapi kali ini di Kalimantan ada pergerakan teroris dan kelompok baru. Kasus pengeboman sudah sangat banyak, Abang ditugaskan untuk disana selama beberapa tahun.

Terlihat ada ekspresi terkejut di wajah Hayati, di dalam netranya terpancar kesedihan dan Ganendra adalah orang yang dapat melihat dengan jelas keseluruhan dari riak wajah Hayati.

Ganendra

Aku tau kamu kecewa. Kita baru aja menikah beberapa bulan, seharusnya bulan besok kita honeymoon ke Bali. Tapi, sayang aku harus pergi. Situasinya kacau dan mereka butuh ak–

Hayati mendaratkan jari telunjuknya diatas bibir Ganendra.

Hayati

Aku ngerti kok. Hayati sama sekali gak mempermasalahkan soal honeymoon kita, Hayati khawatir sama Abang. Disana bener-bener berbahaya, di tv setiap hari ledakan terus ada, kalo begini Hayati rasanya–

Kali ini Ganendra yang menghentikan kata-kata Hayati. Hayati masih terisak sedangkan Ganendra berusaha untuk menenangkannya dengan sebuah pelukan.

Ganendra

Abang janji akan baik-baik aja. Jujur Abang gak tau kapan Abang akan kembali menginjakkan kaki lagi dirumah ini, tapi Abang janji dan Kamu bisa pegang kata-kata Abang Hayati. Abang-akan-pulang!

Kali ini air mata tidak lagi terbendung bagi kedua pasangan itu. Pelukan dari keduanya semakin erat.

Ganendra

Hayati, ini kapan lepasnya?

Hayati menarik pelukannya dan berusaha untuk mengusap seluruh air matanya.

Hayati

Kapan Abang berangkat?

Ganendra

Besok, pagi-pagi buta Abang sudah harus jalan.

Hayati

Itu artinya waktu kita tinggal semalam.

Ganendra memasang senyum lebar dan mengecup Hayati dengan cepat.

Ganendra

Kalau begitu kita buat malam ini jadi malam yang berharga.

Ganendra mendorong Hayati sambil mendaratkan ciuman kebibirnya. Kedunya berjalan ke kamar tanpa melepaskan ciuman mereka, Ganendra dan Hayati menjatuhkan tubuh mereka ke atas kasur king size milik mereka.

Ganendra

Hayati, kamu memanglah.…

SCENE 2

INT. RUANG KERJA GERRY - NIGHT

TITLE : 2022

Gerry, 17 tahun, berteriak kesal sambil melempar gumpalan kertas berisi jokes miliknya.

Gerry

ANJING!

Gerry menyandarkan tubuhnya pada kursi kerja kesayangannya dengan kedua tangan menggosok wajahnya. Gerry tengah frustasi dengan keadaannya, Gerry mengalihkan pandangannya ke seluruh ruang kerjanya yang kacau.

Gerry memutuskan untuk meraih jaketnya dan pergi untuk mencari udara segar dan inspirasi. Gerry berjalan menuruni tangga sambil menggunakan headphone miliknya, dia menghentikan langkahnya untuk memilih lagu di ponselnya sebelum akhirnya menuju keluar dari rumahnya.

SCENE 3

INT. BAGIAN DEPAN KEDIAMAN GERRY - DAY

TITLE : 2022

Gerry menutup pintu rumahnya dan menguncinya. Ibu Ratna, tetangga Gerry yang berumur 53 tahun, tengah menyirami tanaman di depan rumahnya menyadari kehadiran Gerry di samping rumahnya.

Ibu Ratna

Selamat pagi nak Gerry.

Gerry melepas headphonenya dan mengalihkan pandangannya ke arah suara yang memanggilnya.

Gerry

Ibu Ratna ternyata, kirain siapa, ternyata the one and only tetangga nomor satu saya. Selamat pagi juga Bu.

Ibu Ratna menaruh alat penyiramnya dan dengan cepat pergi masuk ke rumahnya.

Ibu Ratna

Nak Gerry tunggu dulu, jangan kemana-mana!

Gerry menghentikan langkahnya sedangkan Ibu Ratna tengah masuk ke dalam rumahnya untuk mengambil sesuatu. Tak lama kemudian Ibu Ratna kembali muncul dengan sekantung roti keju yang masih hangat.

Ibu Ratna

Ini Ibu tadi sempat bikin roti keju masih hangat.

Ibu Ratna menyerahkan sebuah bungkusan berukuran sedang yang terlihat penuh ke tangan Gerry.

Gerry

Ah, Ibu Ratna emang selalu jadi tetangga terbaik di seluruh dunia. Makasih ya udah repot-repot.

Gerry tersenyum sambil kembali memasang headphonenya. Ibu Ratna melambaikan tangannya kepada punggung Gerry yang semakin menjauh.

Ibu Ratna

Oh iya Nak, jangan lupa di daerah Bundaran HI ada demo besar-besaran, jangan kesana.

Gerry tidak mengatakan sepatah katapun tetapi sebagai gantinya dia memberikan sebuah jempol sebagai isyarat untuk Ibu Ratna. Sayangnya Gerry tidak bisa mengikuti anjuran dari tetangganya itu, karena tujuan dari perjalanan mencari udara Gerry adalah pusat demonstrasi di Bundaran HI.

SCENE 4

INT. TRUK PENGANTAR INFANTERI - DAY

TITLE : 2022

4 jam sejak perjalanan darat itu dimulai, truk infanteri itu tengah mengerahkan seluruh kekuatannya untuk membawa para prajurit menuju ke kamp. Gerry tidak sendirian di dalam truk itu, dia menempuh perjalanan panjang itu bersama dengan 7 prajurit lainnya tetapi ada 4 orang yang menarik perhatian Ganendra.

Dipo, 31 tahun, tengah sibuk membersihkan selongsong senjatanya.

Rishad, 22 tahun, sejak tadi terus memanjatkan doa tanpa berhenti.

Gandi, 27 tahun, masih bisa tertidur pulas dengan atmosphere yang menggantung di dalam truk itu.

Terakhir, Karto yang terlihat memiliki proporsi tubuh yang jauh dari standar prajurit pada umumnya dengan kisaran usia 23-25 tahunan. Dari awal wajahnya pucat, keringat mengucur dari seluruh bagian tubuhnya, tangannya yang tengah memegang rifle tidak bisa berhenti gemetar.

Ganendra meraih sapu tangan putih untuk menutupi matanya, senyum terukir di wajahnya. Ganendra bercakap dalam pikirannya.

Ganendra

Ternyata memang separah itu kondisinya, negeri ini … apa masih bisa diselamatkan?

SCENE 5

INT. JALAN RAYA - DAY

TITLE : 2022

Gerry memanggil Taksi dan dengan cepat duduk di dalamnya.

Gerry

Ke Bundaran HI pak.

Sang Supir terlihat kebingungan dengan tujuan yang mau dituju oleh penumpangnya.

Pak Supir

Ehm maaf mas, tapi kan di Bundaran HI lagi ada demo besar-besaran mas.

Gerry

Justru itu demonya bakal lucu. Kalo takut taksi bapak kena batu nyasar atau peluru polisi yang katanya nyasar, bapak bisa jaga jarak dari lokasi demo pas ngedrop saya, nanti saya jalan kesana.

Pak Supir

Baik mas.

Gerry meraih roti keju miliknya dan melahapnya. Wajah Gerry berseri-seri karena cita rasa menakjubkan yang ada di dalam mulutnya.

45 menit kemudian dan Gerry sampai di tempat tujuannya. Taksi itu berhenti dan dari kejauhan nyala api terlihat jelas bersamaan dengan sorakan ricuh di sekelilingnya.

Gerry turun dari taksinya dengan roti keju di tangannya. Gerry tersenyum lebar, siluet orang-orang yang berlarian dan personil kepolisian yang merangsek maju menghantam para pendemo.

Gerry

Yup, hari ini gak bisa lebih baik lagi.

Gerry mengunyah roti kejunya sambil berjalan menghampiri lokasi kericuhan tersebut. Dengan head phone ditelinganya dan roti keju tersumpal dimulutnya, Gerry siap untuk seluruh sajian komedi di depan matanya.

SCENE 6

INT. PANGGUNG COMEDY CLUB - DAY

TITLE : 2024

Gerry melangkah menaiki panggung stand up di sebuah comedy cafe kecil. Gerry mengenakan sweater putih yang membalut kaus hitam dengan celana cinos coklat menutupi area pinggang ke bawah.

Gerry melihat ke arah jam tangan miliknya yang menunjukkan pukul 08:00 PM. Gerry tersenyum dan meraih mikrofon di depannya dengan percaya diri.

Gerry

Selamat malam kota yang dulunya indah tapi sayangnya sekarang jadi target utama peledakan para teroris.

Orang-orang tertawa secara spontan. Gerry tersenyum.

Gerry

Serius bro, kota kalian punya 9 kasus serangan teroris minggu ini. 9 kasus dalam seminggu, dan satu-satunya respon yang gue punya cuman satu kata, wow.

Tawa penonton kembali terdengar di dalam klub kecil itu.

Gerry

Gue bisa bayangin respon kalian yang awalnya panik sampe mulai terbiasa.

Gerry berdeham sebelum memulai impersonate-nya.

Gerry

Tebakan gue bener gak sih? Kalian awalnya kayak 'AKHHHHHH BOMB! ADA AKSI TERORIS DI UJUNG JALAN! EVAKUASI SEMUA ORANG!!! AAAAAAAA!!!' Sampe 'tumben jam segini belom ada yang meledak, ah panjang umur.'

Tawa penonton semakin keras.

Gerry

Kayaknya sekarang aksi terorisme jadi rutinitas kalian ya? Atau mungkin beberapa dari kalian udah anggap serangan teroris sebagai hobi, gue gak tau. Malam ini, 2 jam yang lalu baku tembak terjadi antara para tentara dan kelompok teroris, menurut gue pribadi masa-masa ini bakal jadi konflik terbesar sepanjang sejarah Indonesia berdiri dan malam ini kita akan mengingat kembali apa sih yang sebenernya terjadi sama negeri ini? Apa yang mengawali ini semua?

Gerry terdiam sejenak, membiarkan kalimatnya menggantung untuk beberapa saat, momen sunyi yang ia rasakan.

Gerry

Yup, terbebasnya Juliari Batubara di bulan maret 2021. Kita semua setuju bahwa keseluruhan kasus itu adalah awal dari akhir Indonesia. Kabar terbebasnya beliau tidak membuat rakyat bahagia tentunya begitu juga dengan KPK, kita tau apa yang terjadi selanjutnya. KPK mengutarakan keberatannya secara besar-besaran dan bum, 8 hari kemudian muncul vidio asusila yang dituduhkan kepada ketua KPK hingga akhirnya beliau diseret ke dalam jeruji dengan sekejap

Gerry menenggak segelas air putih sebelum memulai ceritanya.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar