Lamunan Di Bawah Langit
8. ACT 71-80

71. INT. RUMAH, DUA BULAN SETELAH LULUS SEKOLAH — MALAM HARI

Gian duduk bersandar di ujung sofa, menatap ke luar jendela.

Gian teringat kembali kejadian di waktu lampau;

 

CUT TO:

AYAH
Cita-citanya mau jadi apa?

GIAN
Arsitek!


CUT TO:

DAKSA
Kalo udah lulus dari sekolah nanti,
Gian mau kuliah di bidang apa?
Dimana?

GIAN
Arsitektur.
Di Jakarta, supaya gak jauh dari Daksa


CUT TO:

 

Gian menghela nafas panjang. Gian kembali berjalan ke meja belajarnya, melanjutkan membuat Nametag untuk keperluan OSKAS (Orientasi Mahasiswa Kampus) yang akan dilaksanakan di Universitas barunya besok.

 

Bang Alfa memunculkan kepalanya dari balik pintu, kemudian pergi.

BANG ALFA
Besok berangkat pagi jam 6 bareng gue, jangan telat!

 

Gian tersentak kaget, kemudian berteriak, karena wajah bang Alfa sudah tidak terlihat dari balik pintu.

GIAN
EH... IYA BANG!

 


72. EXT. HALAMAN RUMAH BANG ALFA — PAGI HARI 

Gian memperhatikan dirinya. Rambut di cepol dua dengan pita merah. Baju kemeja putih, rok hitam sebawah lutut, dan nametag menggantung di lehernya.

 

Gian menghentikan langkahnya di halaman rumah bang Alfa.

BANG ALFA
Ayo naik!

 

Gian mengangguk, naik ke motor bang Alfa.

 

Bang Alfa menoleh, Ada 7 kendaraan bermotor, laki-laki seumuran bang Alfa mengenakan jas berwarna merah juga. Bang Alfa menyalakan motor kemudian mulai mengendarainya terlebih dulu.

BANG ALFA
Yuk!

 

Teman-teman bang Alfa mengangguk, mengekor di belakang motor bang Alfa.

 

 

73. EXT. UNIV. MERCCE BEINA, HARI KE 1 OSKAS — PAGI HARI  

Gian melihat di kiri dan kanan jalan, puluhan calon mahasiswa dan mahasiswi berpakaian sama dengannya, berjalan beriringan dari batas yang telah ditandai, diawasi oleh mahasiswa berjas sama seperti bang Alfa.

GIAN
Bang, yang lain kok diturunin dari kendaraan sampai batas situ. Semua jalan kaki dari situ.
 
BANG ALFA
Lo gak usah turun di situ, turun di kampus aja.
 
GIAN
Nanti dihukum gak?
 
BANG ALFA
Gak, kan gue seniornya.

 

Bang Alfa mematikan motornya persis di depan gerbang universitas, berbicara sebentar dengan beberapa orang berjas sama yang sedang mengatur barisan.

 

Gian turun dari motor, masuk ke dalam barisan bertuliskan TEKNIK ARSITEKTUR. Mata Gian mengekor kepergian bang Alfa dan teman-temannya sampai hilang dari pandangan.

 

Hampir semua mata memandang Gian, karena dia turun tepat di depan barisan, tidak berjalan kaki dari batas yang telah ditentukan, seperti yang lainnya.

 

Para mahasiswa berjas sama dengan bang Alfa memberi berbagai macam perintah.

PANITIA OSKAS
AYO SEMUANYA, MULAI MASUK KE DALAM GERBANG! YANG RAPIH YA!

 

 

74. EXT. UNIV. MERCCE BEINA, HARI KE 1 OSKAS — SORE HARI

Bang Alfa melambaikan tangan ke arah Gian, meminta Gian mendekat.

 

Gian berjalan menuju bang Alfa dan kumpulan teman-temannya.

 

Bang Alfa menepuk bahu seseorang di sampingnya.

BANG ALFA
Nanti lo dianter pulang sama Agam.

 

Teman-Teman bang Alfa yang lain riuh tersenyum ditahan.

 

BANG ALFA
Gam, anter si Gian pulang.
 
AGAM
Kunci motor gue dimana?

 

Bang Alfa tersenyum jahil dan mulai melangah pergi dengan cepat.

BANG ALFA
Di Ibu. Cari aja dulu.
 
GIAN
Tapi bang...

 

Teriak bang Alfa di kejauhan memotong ucapan Gian, sebelum akhirnya menghilang di balik koridor kelas.

BANG ALFA
Gue mau jemput Rika

 

Gian terdiam menatap koridor.

 

Agam menunjuk satu kursi kosong diantara laki-laki berjas sama dengannya. Mengambil satu box makanan, duduk di kursi dan memulai memakannya.

AGAM
Gue makan dulu. Lo tunggu aja di situ!
 
ISAT
Baru makan siang lo?

 

Agam mengangguk sambil mengunyah.

 

BOWO
Gak apa-apa Gi, duduk aja di situ.

 

Gian mengangguk pelan, kemudian duduk menunggu Agam menyelesaikan makannya.

 

Agam berdiri di depan Gian. Kemudian mulai berjalan di koridor dengan teman-teman berjas sama.

AGAM
Ayo ikut ke Ibu!

 

Gian mengerutkan dahi, bingung, kemudian mengangguk pelan.

 

Agam dan teman-temannya bejalan di koridor gedung E sambil bercanda gurau, sesekali tertawa. menuruni tangga gedung E lantai 5, melewati lapangan kecil ber-conblock, void antara gedung D dan gedung B, melewati pintu besi kecil yang merupakan pintu samping Universitas, berjalan ke luar kampus dan memasuki gang sempit diantara warung-warung kecil penjual makanan.

 

Gian berjalan mengekor, sambil memperhatikan sekeliling.

 

AGAM
Tunggu di situ?

 

Gian menghentikan langkahnya. 

 

Agam berjalan ke warung kercil berwarna hijau dengan bukaan jendela besar di kedua sisinya. Banyak kumpulan orang berjas sama, yang duduk di dalam warung dan di bawah pohon belimbing di area luar warung.

AGAM
Ibu, Si Alfa ngumpetin kunci motor gak di sini?
 
IBU WARUNG HIJAU
Tuh, di atas rak lauk, Gam.

 

Agam memasuki warung, mengambil kunci motornya yang disembunyikan bang Alfa di atas rak lauk.

AGAM
Emang rese itu anak, Bu.
 
IBU WARUNG HIJAU
Ada?
 
AGAM
Ada nih, makasih Bu.

 

Agam menyapa kerumunan berjas senada di dalam dan luar warung, berjalan menuju barisan motor-motor yang berjajar, menghidupkan mesin motor dan mendatangi Gian.

 

AGAM
Ayo, naik!

 

 

75. EXT. MOTOR, PERJALAN PULANG — SORE HARI  

Agam mengendarai motornya dengan pelan.

AGAM
Besok masih, OSKAS?

 

Gian mengerutkan dahi.

GIAN
Masih, Bang.

 

Sepanjang perjalan daru Universitas ke rumah Gian yang hanya 5 menit. Hening.

 

Gian turun dari motor Agam, masuk ke dalam gerbang rumah dengan cepat tanpa melihat lagi Agam yang belum pergi depan gerbangnya.

GIAN
Makasih, Bang.

 

 

76. INT. KELAS, HARI KE 2 OSKAS — PAGI HARI 

Senior berkepala botak berteriak sambil keliling kelas, memantau mahasiswa-mahasiswi baru yang sedang menggambar.

SENIOR 1
UDAH GAMBARNYA?

 

Senior berambut gondrong menundukan kepalanya ke arah gambar salah satu calon mahasiswa.

SENIOR 2
GAMBAR APAAN LO? RUMAH?

 

Calon mahasiswa-mahasiswi serentak melihat ke arah yang dimaksud.

 

SENIOR 3
SIAPA YANG SURUH NENGOK? SEMUANYA NUNDUK!
 
SENIOR YANG LAIN
HUKUM AJA! HUKUM!
 
SENIOR 3
MAJU LO KE DEPAN! SINI!

 

Anak yang ditunjuk menggangguk, berdiri, melangkah ke depan kelas.

 

SENIOR 4
LO! YANG PAKAI NAMETAG TERBALIK! SINI MAJU!

 

Anak lain yang ditunjuk reflek membetulkan nametagnya, menggangguk, berdiri, melangkah ke depan kelas.

 

Senior berambut shegi dan berkumis tipis menunduk ke arah Gian.

SENIOR 5
DI NAMETAG LO HOBINYA GAMBAR? BIAR APA?
BIAR AMAN?

 

Gian melirik, lalu menunduk diam.

 

SENIOR 5
HOBI BOLEH GAMBAR, TAPI KALO NYANYI BISA KAN? MAJU KE DEPAN LO! NYANYI!

 

Gian berdiri, melangkah ke depan kelas, bergabung dengan beberapa anak lainnya yang diperintahkan berdiri juga. Gian melihat ke seisi ruang, dan koridor di luar, tidak ada bang Alfa.

 

SENIOR 5
NYANYI APA NIH ENAKNYA?
 
SENIOR-SENIOR KEMEJA HITAM
LAGU BANG TOYIB, BANG TOYIB!

 

Senior menyerahkan mic ke tangan Gian.

SENIOR 5
YAUDAH TUNGGU APA LAGI?
CEPETAN NYANYI!

 

Gian mengambil mic, menarik nafas pelan.

 

Senior menunjuk ke arah anak-anak yang berdiri berjajar di belakang Gian.

SENIOR 5
YANG LAIN JOGET!

 

SENIOR 5
CEPET!
 
GIAN
Bang Toyib, bang Toyib kenapa gak pulang-pulang...

 

SENIOR-SENIOR KEMEJA HITAM
(Tertawa)

 

Calon mahasiswa-mahasiswi di belakang Gian, joget. Calon mahasiswa-mahasiswi yang lain, menonton tanpa suara.

 

Gian melanjutkan nyanyinya asal-asalan, sambil memandang ke luar jendela kelas, sudah ada bang Alfa dan teman-teman berjas merahnya.

GIAN
Anakmu, anakmu panggil-panggil
nama mu...
 
BANG ALFA DAN TEMAN-TEMANNYA
(Tersenyum)

 

77. EXT. TERAS RUMAH — MALAM HARI 

 

From: (Nomer tidak dikenal)
Gi, keluar dari rumah ya sekarang.
 Ke teras rumah Alfa.

 

Gian berdiri di depan bang Alfa setelah sampai teras rumah nya.

GIAN
Apa bang?

 

Bang Alfa mengerutkan dahi.

BANG ALFA
Apaan yang apa?

 

Gian menyodorkan pesan masuk di handphonenya

GIAN
Ini. Tadi bilang disuruh ke sini.

 

Bang Alfa membaca lalu menyodorkan handphone Gian ke arah Angga dan Agam bergantian.

BANG ALFA
WOI SIAPA NIH YANG ISENG?
 
ANGGA
(Tertawa)

 

Agam memukul berkali-kali lengan Angga.

AGAM
LO YA, GA! BAJAK HANDHPHONE GUE?

 

BANG ALFA
(Tertawa)

 

Gian menghela nafas, mengambil handphonenya, berbalik badan meninggalkan mereka bertiga yang masih tertawa.

 


78. EXT. KANTIN KAMPUS — SIANG HARI  

Fajrin melepas tabung gambar yang ada dibahunya. Meletakannya ke atas meja kantin.

FAJRIN
Mustopa, Dancow blend satu!

 

Dili berlari, kemudian menjitak kepala Fajrin, bercanda.

DILI
Eh, pesenin... gue juga mau, Jrin!
Dua ya Mustopa!
 
MUSTOPA
Oke bos-bos, nanti saya anterin ke meja.

 

Tasta menaruh kartu unonya ke meja kantin. Kemudian menyeruput es capucino.

TASTA
Ah rese! Gue kalah.
 
BIZA
Gue calon menang lagi dong ya...

 

Permana tersenyum simpul ke arah Tasta.

PERMANA
Ayo, Ta. Semangat!

 

Estya memindahkan toping jamur ke mangkuk mie ayam milik Gian.

ESTYA
Beb, ini jamurnya gue gak mau,
gak suka.

 

Gian mengangguk, sambil mengunyah mie ayamnya.

 

Dirto menyingkirkan gulungan kertas gambar milik Fajrin yang menghalangi tumpukan kartu uno di meja. Sambil tetap fokus pada kartu di tangannya.

DIRTO
Hari ini kita ngerjain tugas bareng dimana?

 

Risa menyingkirakan lagi gulungan kertas gambar milik Fajrin yang sedetik lalu disingkirkan Dirto, sambil tetap fokus pada kartu di tangannya.

RISA
Di rumah Gian. Siapa lagi yang paling deket rumahnya.

 

Gian mengangguk lagi, sambil tetap mengunyah mie ayam.

 

Pratama teriak dari kejauhan, berlari kecil ke arah Estya.

PRATAMA
BEB! WOI LO GUE CARIIN DARI TADI,
TAUNYA ADA DI SINI!

 

Estya mengangkat 2 jari membentuk peace, sambil mengunyah mie ayam.

 

Pratama menggeser tubuh Estya, mengambil alih mangkok mie ayam gadis itu dan mulai memakannya.

PRATAMA
Malah makan mie ayam, gak bagi-bagi!

 

Estya menarik kembali mangkok mie ayamnya, melanjutkan makan.

ESTYA
Apaan sih, beb! teriak-teriak segala!

 

Adung datang menyusul, menepuk pundak Pratama.

ADUNG
HEH, KOK LO JADI MAKAN SIH! HAHAHA.

 

Pramata mengelap cepat mulutnya dengan tisu milik Estya.

PRATAMA
HAHAHA. LUPA!

 

Adung memasang muka serius, menyelesaikan kalimat panjangnya, kemudian meneguk Dancow Blend yang ada di meja.

ADUNG
Yuk, temen-temen semuanya ke Ibu!
Kemarin senior-senior udah pada komplain sama gue, katanya:
Kalian tuh tiap hari nongkrongnya di kantin terus, jarang ke Ibu!

 

Dili menepuk bahu Adung berkali-kali.

DILI
WOI! DUNG... DUNG... DONCOW GUE!
 
ADUNG
HAHAHA. LUPA!

 

Dili menggeser gelasnya jauh-jauh dari Adung, kemudian meneguk Dancow blend sampai habis.

DILI
Bukan nongkrong, ini lagi minum.

 

Estya menyuap besar-besar mie ayam ke mulutnya.

ESTYA
Bukan nongkrong, ini lagi makan.

 

TASTA
Bukan nongkrong, ini lagi main uno.

 

Risa mengangkat kartu-kartunya ke arah Adung.

RISA
Bukan nongkrong, ini!

 

ADUNG
AH BODO! HAHAHA. AYO CEPET KE IBU! Anak-anak kelas kita yang lain udah ada di sana juga.
 
DIRTO
Tugas kelompok kita gimana?
 
ESTYA
Iya, ngapain sih? Habis ini kita kan mau ngerjain tugas kelompok.
 
PRATAMA
Sssstttt diem, beb! Lo jangan ikutan!

Pratama membekap gemas mulut Estya.

 

ADUNG
Setor muka aja sebentar, habis itu kalian pergi ngerjain tugas, terserah.

 

Semua mengangguk, tidak tega si Adung ketua angkatan yang sering jadi sasaran omelan senior Arsitek.

 

 

79. EXT. TERAS RUMAH IBU — MALAM HARI 

Estya membetulkan letak duduknya, berbisik pelan ke kuping Pratama.

ESTYA
Sebentar apanya? Sampe malem gini!

 

Pratama menunjuk kecil ke arah depan. Adung di depan duduk bersila bersebelahan dengan senior-senior yang sibuk kasih wejangan tentang lingkup arsitektur ke anak-anak angkatan baru.

PRATAMA
Sssttt...Diem beb!

 

Dirto sibuk melihat jam tangannya.

 

Gian, Tasta, Biza, Estya, Risa, Permana, Fajrin, Dili bertatapan bergantian.

 

Dirto mengisyaratkan dengan tangan, membentuk lambang silang beberapa kali. mengartikan: negerjain tugas di rumah aja!

 

Gian, Tasta, Biza, Estya, Risa, Permana, Fajrin, Dili mengangguk pelan.

 

Senior mengakhiri petuah panjangnya.

SENIOR 1
JADI INGET YA!
SERING-SERING LAH DATENG KE IBU KALO SELESAI JAM PERKULIHAN.
KARENA DI IBU ITU RUMAHNYA ANAK-ANAK ARSITEKTUR!

SEMUA
IYA BANG...

 

Kemudian bersalaman atau tos-tosan ala anak-anak jurusan Arsitektur. Bangun dari duduk lesehan, memakai sepatu masing-masing dan meninggalkan teras dan warung Ibu.


ANGGA
Eh... eh... Gian!

 

Gian menoleh, menghentikan langkah di depan pintu warung.

 

ANGGA
Disalamain nih sama Agam.

 

Agam membulatkan mata ke arah bang Angga, sambil memukulnya berkali-kali.

 

Gian melirik ke arah Agam. Mengangguk. Melanjutkan jalan menyusul teman-temannya yang lain.

 

 

80. EXT. PINGGIR JALAN, SEBRANG KAMPUS — MALAM HARI 

Gian menghela nafas membaca pesan di handphonenya tanpa membalas, memasukkannya ke dalam tas, dan menaiki angkutan umum yang baru saja berhenti.

From: SENIOR JUTEK
Mau pulang ya?

 

Tasta menaiki angkutan umum terlebih dahulu.

TASTA
Yuk!

 

Menyusul Tasta masuk ke dalam angkutan umum.

GIAN
Iya.

 


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar