Kubayar Pelangi dengan Hujanmu (Skrip)
Daftar Bagian
1. Akar
Awal mula petaka dalam keluarga Vira.
2. Harta Paling Berharga
Meski tak pernah dianggap, Vira selalu terlihat ceria dan berjuang teguh demi mencipta senyum di waj
3. Keputusan Terbaik
Vira tak bisa melihat orang lain kesulitan. Maka saat menjumpai Dafa, teman sekelas Kila, ia bantu b
4. Benturan
Karena terlalu ingin memastikan hubungan antara Kila dan Dafa berjalan lancar, Vira jadi lupa dengan
5. Kenangan
Berziarah ke makam Bunda dan mengunjungi rumah lamanya adalah cara Vira untuk menggali kehidupan yan
6. Seseorang Teruntuk Mama
Ada seorang lelaki yang mengusik Vira. Namun, kehadiran lelaki ini membuat rona indah di wajah mama,
7. Pelangi yang Kembali Hilang
Ada impian yang tertunda selepas kepergian Arin. Namun, di lain sisi, kejadian ini membawa Vira mela
8. Ia yang Dibenci
Atas apa yang Vira dapatkan, ia deklarasikan diri untuk memutus hubungan dengan orang yang sejujurny
9. Usaha Menebus Dosa
Vira akan terus cari cara agar Kila tak marah padanya. Namun, saat itu tercapai, hatinya justru mera
10. Pergolakan Batin
Ada kesalahpahaman yang terjadi antara Vira dan Kila, hingga mereka pun merenggang.
11. Sosok Tak Terduga
Seorang lelaki baik muncul di hadapan Vira. Lelaki itu menyimpan rahasia besar.
12. Realitas Bagai Delusi
Kini Vira tahu akar dari permasalahan keluarganya. Di sisi lain, sesuatu dalam tubuh menghambatnya u
13. Gemuruh Amarah
Emosi menguasai tiap-tiap insan. Dan Vira pun ditinggalkan, tak ada kawan di sisinya.
14. Langkah Baru
Berada dalam kesendirian, membuat Vira amat merindukan orang-orang terdekatnya.
15. Pengorbanan
Vira tidak peduli lagi dengan benci ataupun dendam. Sudah tidak peduli lagi dengan hujan yang terus
16. Dan Kebenaran pun Terungkap
Simpulan dari kejadian yang Vira alami.
7. Pelangi yang Kembali Hilang

SEKUENS 04

46. INT. LANTAI DUA RUMAH TION - NIGHT

Vira menutup pintu kamar, beranjak ke kamar Kila. Ia ingin mengetuk tetapi samar-samar terdengar suara Kila dari dalam. Kila berbicara melalui telepon diselingi sedikit isakan.

KILA (OS)

Saya betul-betul minta maaf ya, Bu, gara-gara saya sekolah kita jadi nggak punya perwakilan di kompetisi itu.

(beat)

Iya, iya nggak apa-apa, Bu. Saya ikhlas kalo Ibu mau cari pengganti. Baik, Bu. Makasih banyak buat pengertiannya.

Terdengar Kila mengembuskan napasnya dengan amat berat.

Vira menggigit bibir, menahan tangis. Lantas berbalik menuruni tangga.

46. INT. RUMAH TION - PINGGIR KOLAM - MOMENTS LATER

Vira menopang dagu di atas kedua lututnya yang terangkat. Satu tangannya menjadi penyangga, satunya lagi masuk ke dalam kolam, memainkan air.

TION (OS)

Eh, ada anak papa di sini.

Tion duduk di samping Vira, memasukkan kedua kaki ke dalam kolam. Ia perhatikan Vira yang merenung dan terus menatap permukaan kolam sambil memainkan air.

Ia belai rambut Vira. Kelopak mata Vira makin berkaca-kaca. Lalu, Tion peluk tubuh Vira, hingga gadis itu akhirnya menangis.

VIRA

Aku selalu bawa sial.

(beat)

Aku nggak pernah berhasil bikin orang-orang yang aku sayangi bahagia. Pasti ujung-ujungnya selalu kayak gini.

TION

Sshhtt...

Tion berusaha menenangkan.

TION (CONT'D)

Ini semua sudah garis takdir dari Tuhan. Nggak ada yang namanya pembawa sial.

(beat)

Janji sama papa, Vira nggak akan berpikiran kayak gitu lagi, oke?

Vira menangis makin kencang dalam pelukan Tion.

CUT TO:

47. INT. RUMAH TION - KAMAR VIRA - MOMENTS LATER

Vira mainkan pulpen di atas meja belajar sambil memikirkan sesuatu. Ia buka laci, mengeluarkan selembar kertas--surat dari Lidya.

Ia perhatikan kalimat demi kalimat yang tertera di sana. Khususnya kalimat pada paragraf kedua dan ketiga. Lalu, teringat lagi dengan ucapan Tion di pinggir kolam tadi.

BACK TO:

48. INT. RUMAH TION - PINGGIR KOLAM - NIGHT

Tion masih membelai rambut Vira selagi memeluknya.

TION

Dulu, papa pernah ambil keputusan yang mungkin aja salah menurut kebanyakan orang. Gara-gara itu, papa juga sempat frustasi.

(beat)

Papa ninggalin orang yang paling papa sayangi dan cintai, karena adanya ketidakjujuran.

Isakan Vira mereda. Tion menarik napas banyak-banyak sebelum melanjutkan.

TION (CONT'D)

Hati papa sakit, karena keputusan itu bikin orang yang papa cintai menderita. Tapi kalau mengingat dia yang sama sekali nggak bisa jujur, papa jadi benci lagi.

(beat)

Papa percaya, setiap yang hilang, pasti akan ada penggantinya. Baik itu berupa materi atau immateri. Yang pasti, si pengganti ini akan jauh lebih baik dari sesuatu yang sudah hilang dari diri kita.

VIRA

Maaf, Pa. Aku boleh nanya sesuatu?

TION

Boleh dong, Sayang.

Ragu sejenak.

VIRA

Orang yang Papa cintai itu... udah pernah jadi istri Papa?

Tion terdiam.

TION

Iya. Dia mantan istri papa.

Vira menegakkan tubuh, menjauh dari pelukan Tion.

VIRA

Kalo boleh tau, namanya siapa, Pa?

Tion tatap Vira sejenak. Kemudian ia alihkan pandangan ke permukaan kolam.

TION

Sebetulnya papa nggak mau sebut nama itu lagi. Tapi kalo kamu penasaran...

(beat)

Namanya Li-

Telepon rumah berdering sebelum Tion sempat menyelesaikan ucapannya.

TION (CONT'D)

Bentar ya. Papa angkat dulu.

Ia beranjak, lantas berbincang dengan klien di seberang telepon. Vira memperhatikan Tion hingga beberapa menit lamanya.

BACK TO:

49. INT. KAMAR VIRA - NIGHT

Kalimat yang diucapkan Tion itu, memiliki makna yang sama dengan isi dari surat yang tersorot ini.

Vira menggigit jemarinya, berpikir lagi.

50. EXT. KORIDOR SEKOLAH - AFTERNOON

Dafa mencari-cari seseorang di antara ramainya siswa yang hendak pulang. Ia melihat Vira, lantas memanggil dan menghampirinya.

DAFA

Gue turut berduka cita, ya, atas apa yang menimpa nyokap lo.

Vira tersenyum tipis.

VIRA

Makasih, Fa.

DAFA

Mm... gue boleh, nggak, ikut ke rumah lo?

(beat)

Udah tiga hari Kila nggak masuk. Gue khawatir sama dia.

VIRA

Oh, boleh banget. Tapi gue nggak langsung pulang.

(beat)

Ada urusan.

DAFA

Kalo gitu gue temenin lo dulu, ya.

Cepat Vira menggeleng. Beberapa meter di belakang mereka, Sesil yang baru saja keluar kelas, melihat mereka yang sedang berbincang.

VIRA

Nggak usah. Langsung temuin Kila aja. Dia lebih butuh lo.

Vira beranjak meninggalkan Dafa.

Sesil menghampiri Dafa yang masih terdiam di tempatnya. Ia bicara dengan volume suara yang agak rendah.

SESIL

Hei, lo mau jenguk Kila, ya?

Dafa menoleh. Sedikit mengangkat alis.

SESIL (CONT'D)

Gue... temennya Kila juga.

(ragu-ragu melanjutkan)

Boleh ikut?

Dafa mengalihkan pandangan ke sisi lain. Ia garuk kepala sambil berpikir.

DAFA

Ya... boleh sih...

SESIL

Lo nggak usah khawatir. Pas berangkat kita pergi bareng-bareng karena gue belum tau rumahnya Kila.

(beat)

Pulangnya gue bisa naik angkot sendiri.

Kedua tangan Sesil menggenggam tali ransel yang melekat di dadanya.

SESIL (CONT'D)

Oh, iya, nama gue Sesil. Mungkin lo belom tau.

51. INT. RUMAH LAMA VIRA - KAMAR LIDYA - AFTERNOON

MONTAGES

Vira memandangi lemari pakaian Lidya.

VIRA KECIL (VO)

Bunda, ayah Vira siapa, sih?

CUT TO:

52. INT. KAMAR LIDYA - DAY (FLASHBACK)

Lidya menatap Vira dengan mata membulat.

Ia tarik paksa lengan Vira keluar kamar. Ia dudukkan anak itu pada sofa di ruang tengah, dan Vira mengaduh kesakitan.

LIDYA

(tersekat)

Ayah kamu udah mati.

(beat)

Jangan pernah, kamu masuk ke kamar itu lagi, tanpa izin dari bunda.

Vira melihat genangan air di mata Lidya yang menatap murka padanya.

Lidya kembali ke kamar. Sebelum pintu itu menutup, dapat Vira lihat pintu lemari yang terbuka, juga beberapa potong pakaian serta benda lain yang berserak di atas kasur Lidya.

BACK TO:

53. INT. KAMAR LIDYA - AFTERNOON

Vira coba membuka lemari pakaian Lidya. Tapi kedua pintunya sama-sama terkunci. Ia telisik seisi kamar.

Ia bergeser ke kabinet di sebelah lemari, lalu membuka laci pertama. Terpampanglah sebuah foto keluarga di dalam sana.

Kedua mata Vira melebar. Ia angkat foto itu demi melihat lebih jelas. Di dalam foto itu ada sosok Lidya, dirinya yang masih kecil, dan juga Tion.

54. E/I. MOBIL SEDAN TION - AFTERNOON

Tion membuka kaca mobilnya. Seraya menyandarkan siku pada kaca yang sudah terbuka, ia pandangi sebuah rumah sederhana bertingkat satu pada sebidang tanah yang cukup luas.

Ada beberapa bagian dari permukaan luar rumah itu yang terkelupas. Namun tetap terlihat seperti rumah yang masih terawat. Pohon besar pun masih berdiri kokoh di sisi kanan.

Persis di samping pohon itu adalah sebuah kamar. Jendela kamar itu terbuka. Lampunya menyala.

Tion keluar dari mobil. Berpikir sejenak sambil terus memandangi kamar itu.

Ia hendak melangkah, tapi gawai di saku celana berdering. Ia angkat dan bicara dengan orang di seberang telepon. Setelah selesai, ia embuskan napas dengan berat. Lantas kembali masuk ke mobil, melajukannya dengan kecepatan normal.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar