6. Berakhir

55.EXT. JOGJA - TERAS KINANTHI — CONTINUOUS NIGHT

Langit sudah berubah menjadi malam. Lena dan Rendi masih duduk di teras. Rendi sudah menghabiskan kopinya. Lena sepenuhnya memahami Rendi yang misterius.

RENDI
That's all. Gitu Na. Hahaha
(beat)
So, kalo lu perlu bantuan gue, gue akan siap bantuin lu. Apapun itu. Buat bantu Kinanthi, buat karir lu, atau apa aja. Bakal gue support.

Rendi menatap dalam Lena. Lena tersenyum tipis memikirkan sesuatu.

RENDI (CONT'D)
Apapun Na. Gue juga udah tau kejadian di Kinanthi. Relasi gue Kapolsek sini, ya kasus itu udah aman lah Na. Don't worry. Tinggal kita balikin aja semuanya dari awal.
LENA
Iya sih. Aku bingung mau mulai yang mana dan darimana Ren.
RENDI
Lu bisa mulai dari apa yang paling lu pengen.

Lena menatap Rendi. Keduanya saling menatap dan terdiam.

Dari dalam, Ibu dan Ijat terlihat mengintip.

CUT TO:

56.INT. JOGJA - SANGGAR TEATER ASA — DAY

Anak-anak berkumpul di sanggar. Mereka duduk di bawah dengan melingkar. Ekspresi mereka sedih karena tidak jadi pentas untuk hari ulang tahun daerah. Ana terlihat murung dan duduk di kursi.

Lena tersenyum, duduk di antara anak-anak dan menyapa semuanya.

LENA
Halo adik-adik! Loh kok semuanya sedih?
ANA
Iya mbak Lena... Harusnya hari ini kita pentas, tapi ndak jadi.
DINA
Mbak Lena.. Apa kita jelek ya? Pak Bupati ndak mau lihat kita di sini?
JOKO
Ora yo! Mestinya kalo anak-anak pentasnya yo sama anak-anak ndak mungkin sama orang dewasa. Yo to mbak Lena?
TYO
Nguawur kamu itu kalo ngomong..
ANAK-ANAK
Mbak Lena....

Lena tersenyum karena gemas melihat semangat anak-anak yang ingin tampil dan mereka menyadari kemampuan mereka yang bagus.

LENA
Adik-adik, dengarkan mbak Lena ya. Ndak papa hari ini kita belum bisa pentas. Nanti kita buat pementasan sendiri di sini lagi. Piye?
(beat)
Nanti, kita undang bapak, ibu guru, bapak, ibu adik-adik, tetangga, semua saudara adik-adik di sini.. Kalau perlu pak Bupati juga diundang.

Anak-anak menjadi histeris dan bersorak gembira.

DINA
Mas Irfan ndak boleh bohong lagi hlo mbak. Waktu itu mas Irfan yang bilang kita disuurh pentas pak Bupati. Sekang mbak Lena jangan bohong.
ANA
Iyaa mbak Lena. Aktingku bagus hlo! Ibukku suka.
JOKO
Tapi tapi, aku pengen pentas di panggung yang besar mbak Lena...
LENA
Ndak papa, sekarang kita pentas dulu di sini. Tak kasih tahu ya. Seorang aktor akan hidup di semua panggung, mau panggung kecil, mau panggung besar, kalau dia punya kemampuan dan kemauan buat akting, dia pasti hebat di mana saja. Percaya sama Mbak Lena.
(beat)
Kita buat tempat ini menjadi lebih besar! Sampai kalian nanti tumbuh jadi besar! Ya to?! Hahahaha
ANAK-ANAK
Horeeee! Mbak Lena kembali......Peluk mbak Lenaaa....

Lena dipeluk anak-anak. Lena terharu dan memeluk erat mereka.

Lena melepas pelukan dan memperkenalkan Rendi di depan anak-anak.

LENA
Hari ini mbak Lena bawa teman dari Jakarta. Namanya Rendi

Rendi masuk ke ruang latihan dan menyapa adik-adik.

RENDI
Halo adik-adik! Aduh gemesnya..

Anak-anak kaget dan berbisik-bisik melihat Rendi. Mereka terpesona dengan kharisma dan kegantengan Rendi. Semua mata terpana melihatnya. Rendi tidak bisa berkata-kata hanya tersenyum kecil dan berkenalan dengan adik-adik.

Lena menepi dan melihat moment lucu ini dari jauh. Lena mengabadikannya dalam foto.

CUT TO:

Rendi memimpin alur diskusi naskah hari ini untuk persiapan pementasan dengan anak-anak. Rendi membagikan naskah ke anak-anak berjudul 'Timun Mas'.

RENDI
Nah, sekarang... Siapa yang pengen jadi buto ijo?
ANAK-ANAK
Aku... Aku.. Akuuu

Anak-anak heboh mengajukan diri ingin menjadi buto ijo.

Kita melihat timelaps anak-anak berlatih naskah 'Timun Mas' selama beberapa kali.

CUT TO:

57.EXT. JOGJA - HALAMAN KINANTHI — DAY

Kita akan melihat kamera berpindah cepat dari satu sudut ke sudut lain. Beberapa pekerja mulai kembali bekerja. Terlihat kesibukan dan keramaian seperti di pasar dan keadaan sebelumnya.

Di sisi kebun Kinanthi, ada beberapa ibu yang memetik bunga melati. Di sampingnya ada bapak-bapak yang sedang memotong daun-daun melati yang semakin meninggi.

Di halaman Kinanthi, tepat di belakang gapura 'KINANTHI', ada sekelompok bapak-bapak yang membawa kotak es bertuliskan 'KINANTHI' dan meletakkan di atas mobil pick-up.

Di bagian gudang Kinanthi, ada beberapa pemuda mencuci bunga melati. Lalu ibu-ibu berkelompok memilah melati. Ada lagi ibu-ibu yang sedang menyusun bunga melati menjadi roncean pengantin. Ada bapak-bapak yang memasukkan bunga roncean melati yang sudah jadi ke lemari es.

Kamera masuk ke kantor Kinanthi. Pintu dibuka, ada Ijat yang sedang mengetik sesuatu di komputernya.

Kamera mundur ke teras rumah bu Sabar, di sini Ibu sedang merangkai bunga di pot. Ibu mengajari beberapa gadis untuk bisa merangkai bunga. Ibu terlihat sibuk. Belum lagi di dalam rumah, ada beberapa gadis yang dijari Ibu untuk bisa meronce bunga.

Kamera masuk lagi lebih dalam ke kamar Lena yang terlihat lebih berantakan. Ada setumpuk berkas resi pengiriman Kinanthi. Lena mengetik sesuatu di laptopnya sambil video call dengan Irfan. Di sini Irfan terlihat sedang mempersiapkan panggung untuk pementasan.

Di sela-sela cuplikan ini, ada voice over dari ibu dan Lena.

IBU (V.O)
Seperti namanya, melati bisa dipakai sebagai tuntunan dan Kinanthi. Seperti maknanya di tembang Jawa. Bahwa sebagai orang tua, saya sebagai ibu, mesti bisa menuntun anak dan memberi petunjuk. Supaya anak bisa belajar berjalan. Memilah mana yang akhirnya baik buat dia, mana yang tidak.

CUT TO:

58.EXT. JOGJA — CONTINUOUS

Mobil Kinanthi mengantar beragam pesanan melati khusus ke tempat yang berbeda-beda. Di dalam mobil ada sopir, Ijat dan Ibu. Ibu selalu memakai kebaya dan Ijat memakai lurik. Mobil ini melaju ke beberapa tempat di Jogja. Di sela-sela cuplikan pengantaran ada VO Lena yang menjadi narasi.

TEMPAT 1: Ibu dan Ijat mengantar ke tempat syukuran Mitoni di kota Jogja. Sebuah rumah Joglo yang telihat mewah. Di mobil terlihat banyak kotak bertuliskan 'KINANTHI' yang berisi bunga melati segar yang siap digunakan untuk hari H acara. Ijat memberikan satu kotak yang nanti dipakai sang Ibu ketika ritual. Sebelum diserahkan, melati ini didoakan Ibu.

TEMPAT 2: Ibu dan Ijat mengantar ke tempat Siraman. Ijat membawa beberapa kotak bertuliskan 'KINANTHI' yang berisi bunga melati segar yang siap digunakan untuk hari H acara. Sebelum diserahkan, melati ini didoakan Ibu.

TEMPAT 3: Ibu dan Ijat mengantar ke tempat Pernikahan Jawa. Mereka datang di ballroom hotel, menuju kamar pengantin. Ijat membawa beberapa kotak bertuliskan 'KINANTHI' yang berisi bunga melati segar yang siap digunakan pengantin. Sebelum diserahkan, melati ini didoakan Ibu.

TEMPAT 3: Ibu dan Ijat mengantar ke tempat duka. Mereka datang di rumah duka yang terlihat sederhana dan berada di pinggir Jogja. Ijat membawa kotak bertuliskan 'KINANTHI' yang berisi bunga melati segar untuk bunga tabur dan bunga yang diletakkan di atas keranda. Sebelum diserahkan, ibu selalu melakukan doa.

LENA (V.O)
Saya dibesarkan dari aroma melati. Saya hafal betul aromanya tiap bangun pagi. Simbah bilang, manusia hidup sampai mati selalu berkaitan sama melati. Setelah saya hitung kelopaknya, memang selalu mengarah ke makna Tuhan.
Lalu, Kinanthi.. Selalu setia menggambarkan pembentukan jati diri buat siapa saja yang belajar di sini. Urip iku, mantepe piye.

FADE TO BLACK TO:

59.INT. JOGJA - PANGGUNG PEMENTASAN — NIGHT

Lampu sorot menyala. Tirai panggung dibuka. Dari belakang terlihat bayangan Lena bergandengan tangan dengan Irfan, Rendi, dan anak-anak. Mereka menunduk lalu mendongakkan pandangan mereka.

Mereka tersenyum. Kita melihat panggung sederhana tapi dihias dan dibentuk dengan bagus dan terlihat mewah. Penonton duduk di kursi-kursi plastik, di bawah terop. Ada juga penonton yang berdiri.

Semua tamu yang duduk, kemudian memberikan tepuk tangan dan berdiri. Terlihat ada pak bupati, pak menteri datang dan duduk di sana. Mereka datang berkat relasi Rendi.

Semua terlihat bahagia. Rendi tersenyum ke Lena, Irfan tersenyum ke Lena, Lena tersenyum ke Rendi dan Lena.

LENA (V.O)
Aku yakin, semua akan baik-baik saja selama kita meyakini itu. Besar, kecilnya panggung semua sama. Yang membedakan adalah alasan kita untuk berproses dan bertumbuh.


FADE TO BLACK

THE END.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar