Guru Ngaji
4. Armada Desa

4.     EXT.JALANAN. DI DALAM MOBIL – PAGI

    Armada satu-satunya desa untuk mengantar warga ke kota sudah sesak. Kernet sudah memberi kode berupa bunyi koin yang di pukul-pukulkan ke material mobil, kepada sang Sopir untuk segera menjalankan mobilnya. Tak lama mobil melaju secara tersendat-sendat di jalan raya. Beberapa kali terbatuk-batuk, mobil yang bodynya bermaterial kayu itu sempat mogok yang mengharuskan penumpangnya untuk membantu mendorongnya.

AMMAR

Ah, kalau mogok seperti ini terus, kapan nyampenya kita di pesantren, Sat? Bisa-bisa sudah tutup pendaftarannya, mana hari ini terakhir lagi.

(Ammar mendengus kesal)

SATRIA

Sabar, kalau pesantren itu rezekimu, kau tidak akan terlambat kok!

(Satria coba menenangkan)

Tak lama mobil kembali melaju. Tentunya dengan segala bau yang menyengat, menyasar semua hidung penumpang. Segala khas mewangian ada. Entah itu bau keringat bapak-bapak usai mendorong mobil. Atau bau parfum yang di semprotkan ibu-ibu di sekujur tubuhnya, karena terlalu lama menahan gerah saat mobil mogok.

Uakk ... ini yang ketiga kali Satria muntah. Mungkin yang terakhir. Karena ia mengeluarkan isi perutnya pas saat mobil sudah menurunkan mereka di lokasi tujuan mereka. “PESANTREN SAKA TIGA”.

    CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar