Guru Ngaji
1. Selembar Nilai #1

1.     EXT. SEKOLAH AMMAR. LAPANGAN – PAGI

    Sekolah Menengah Pertama yang mirip seperti pasar. Semua murid sudah berkumpul untuk mendengar pengumuman akhir semester tersebut.Ada saja tingkah mereka sembari menunggu guru mengumumkan hasil pencapaian mereka selama satu semester tadi, ada yang sibuk bercerita soal sinetron tadi malam, ada yang saling usil antar teman-teman mereka, ada juga siswa lelaki yang sibuk bercerita soal pertandingan sepak bola tadi malam. Semuanya sangat berbahagia.

Di antara manusia-manusia muda yang wajahnya menunjukkan bahwa hidup mereka baik-baik saja, berdiri seorang siswa diantara siswa kelas 3 lainnya, AMMAR (15 tahun). Resah. Gelisah. Menatap lurus ke arah podium di mana KEPALA SEKOLAH siap berdiri untuk mengumumkan hasil ujian beserta kelulusan dari AMMAR dan teman-temannya sebagai siswa kelas tiga yang sebentar lagi akan tamat.

Dari arah yang berbeda, melangkah pasti seorang bertubuh tambun dengan bulu lebat mengitari mulutnya, PAK CIPTO (40), KEPALA SEKOLAH itu siap menaiki podium. Semua tampak diam.

         PAK CIPTO

Juara dua kelas tiga dua adalah AMMAR AHMAD? Apakah ada orangnya? (Berulang kali guru tersebut memanggil, AMMAR tak kunjung maju ke podium, seperti siswa yang dipanggil kebanyakan).

Konsentrasi Ammar terpecah. Ia menatap kedua temannya sambil berusaha mencuri pandang ke arah Kepala Sekolah. Sebenarnya ia mendengar, tapi ia masih tak percaya bisa meraih juara dua. Bahkan banyak kenakalan yang ia sudah perbuat selama ini.

         SATRIA

Ngapain sih di sini? Maju sana! Kau dipanggil itu.

    Ammar melangkah dengan pasti, ia berusaha bangga atas pencapaiannya yang hanya sekali ini terjadi. Kebetulan atau bukan, setidaknya ini bisa menjadi modal untuk memperbaiki hubungannya dengan kedua orang tuanya, yang sempat kecewa dengan masalalunya. Ia juga yakin jika nilai ujian sekarang bisa kembali mengantarkannya ke pesantren impiannya.

         PAK CIPTO

    (menepuk bahu Ammar)

Selamat, yah. Kedepan janji sama bapak bisa lebih baik lagi.

Semua para juara sumringah usai mendapat bukti kelulusan dan salam sapa dari para guru secara bergilir, dengan cara di suruh berbaris di depan podium. Mereka yang tidak juara juga cukup bahagia, minimal mereka yang bisa lulus dalam semester akhir dan bisa melanjutkan ke jenjang SMA.

         SATRIA

Ayo Mar, kita pulang. Sudah cukup pesta grafitinya.    

Satria merangkul leher Ammar yang sedang berbahagia, pasalnya sepanjang perjalanan pulang ada saja yang ingin mengucap selamat kepadanya. Atau minimal temannya yang sudah akrab, malah mengejek Ammar, karena sepanjang tiga tahun sekolah, baru sekarang bisa meraih juara. Sungguh tidak ada yang menyangka, jika siswa senakal Ammar bisa berubah dan meraih juara

    CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar