Elegi Memori Klasik
3. Surat Kabar Pancasila

12.    EXT. HALAMAN RUMAH TAHUN 1985- PAGI HARI

Langit terlihat cerah dengan angina sejuk. Rumah yang ditempati keluarga Subagito tua masih tampak sama, hanya penataannya yang berbeda. Terlihat asri dengan banyak tanaman yang tinggi-tinggi di tiap pojok rumah. Di beranda terlihat meja dan kursi dari rotan, ada beberapa barang yang baru diturunkan dari pick up dan ditaruh di depan pintu.

Aruni dengan rambut panjang ikal yang diikat setengah dan mengenakan dress polos sebetis muncul dari dalam rumah mengambil sebuah kardus kemudian masuk ke dalam rumah, Aruni menaruh kardusnya di atas meja besar yang cukup berantakan membukanya dan mengambil sebuah piringan hitam kemudian memutarnya di gramofon dan terdengarlah music Chopin Waltz in C Sharp Minor (Op. 64 No. 2).

Aruni

(Menggeserkan kardus di atas meja tadi tepat mengenai lengan Subagito yang terlihat sedang menulis di kertas)

Kardus di luar masih banyak To!

Subagito

(Masih menunduk serius dan mengambil papan serta cat)

Akan aku bereskan nanti setelah ini.

Rumika

(Berjalan masuk membawa kardus kecil)

Bang Gito bantu angkat barang! Jangan hanya duduk, itu masih banyak!

Subagito

(Masih fokus menulis di papan)

Aku tidak hanya duduk, aku sedang menyelesaikann hal terpenting dari surat kabar kita.

Rumika

Apa?

Subagito

Sebuah nama!

(Mengangkat papan nama ke atas dan menatapnya, kemudian ke luar menghampiri Hanafi yang hendak membawa perkakas)

Han pinjamkan aku palu!

Hanafi

(Menyerahkan palu yang cukup besar)

Untuk apa Bang Gito?

Subagito

(Mengacungkan papan nama yang berbentuk kotak dengan kayu panjang yang runcing di tengahnya)

Memasang ini

(Pergi ke halaman depan dekat pagar)

Hanafi

(Terlihat takjub namun dengan ekspresi datar, kemudian mengikuti Gito)

Kapan Bang Gito mempersiapkannya?

Subagito

Sebelum kita pindah, tapi aku membuatnya barusan.

(Menancapkan papan di tanah kemudian mengetuk-ngetuknya menggunakan palu hingga cukup dalam dan dirasa cukup kokoh)

Januar

(Datang dengan memakan pisang goreng, kemudian memperhatikan papan nama dengan masih mengunyah)

Surat kabar Pancasila.

Subagito

Bagaimana menurutmu Janu?

Januar

Kenapa Pancasila? Isi surat kabar kita kan tentang budaya bukan politik?

(Masih ngunyah pisang goreng)

Subagito

Pancasila itu bukan hanya soal politik, tapi menyangkut budaya dan kebiasaan kita. Filosofinya, budaya yang kita lestarikan bukan hanya persoalan seni tapi juga nilai-nilai Pancasila.

Januar

Tapikan,

(Melirik Subagito yang melotot)

Ah, iya, iya bagus.

(Mengangkat jempol kemudian pergi)

Subagito

Han, nanti kau pasang di sana juga.

(Menunjuk pagar)

Hanafi

(Terkejut menatap Subagito)

Kenapa aku?

CUT TO:

13.    INT. RUANG DEPAN- MALAM HARI

Terdapat meja yang cukup panjang dan besar (meja makan pada tahun 2021 diganti dengan meja panjang), di sekelilingnya Rumika, Aruni, Subagito, Januar, dan Hanafi duduk melingkar. Di hadapan Aruni terdapat mesin tik sedangkan Rumika memegang pen dan buku diarinya yang kosong.

Subagito

Hari ini kita pindah ke rumah yang sekaligus akan menjadi kantor kita untuk mewujudkan cita-cita bersama yaitu mendirikan sebuah surat kabar. Untuk mengawali mimpi besar kita, malam ini akan ditentukan tugas dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan.

Baiklah, pertama kita harus menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin redaksi, aku minta kalian memilih secara objektif siapa yang lebih pantas dan bukan hanya bisa memimpin tapi bisa mengayomi. Sistemnya voting tapi pilihan harus disertai alasan kuat.

Untuk yang pertama, Janu siapa yang kau ajukan dan jelaskan alasannya!

Januar

Aku memilih Gito, alasannya karena dia yang paling cerdas dan inisiatif.

Subagito

Han!

Hanafi

 Kak Janu, karena tidak mudah emosi dan bijaksana.

Subagito

Rumi!

Rumika

Bang Gito, alasannya karena abangnya Rumi yang paling ganteng!

Hanafi

(Menatap Rumika datar)

Objektif Rum!

Rumika

Iya-iya, karena bang Gito kreatif dan inisiatif.

Subagito

Kau pasti ingin bakmi Sarimadu kan Rum, aku tau maksudmu memujiku.

(Sedikit tertawa sambil menunjuk Rumika. Rumika ikut tersenyum lebar)

Aruni siapa pilihanmu?

Aruni

Janu, karena dia… selalu mengalah dan lebih mengedepankan logika walaupun terkadang menyakiti hatinya.

(Menatap Janu penuh arti namun tidak disadari yang lain)

Subagito

Baiklah pemimpin redaksi kita adalah Janu, karena aku juga memilih Janu alasannya karena dia bisa dipercaya dan diandalkan. Selanjutnya, biar pemred yang menentukan bagian-bagian kita

(Duduk di kursi)

Aruni mulai mengetik.

Januar

(Maju dengan menggulung lengan kemejanya)

Aku tidak akan memilih tetapi memberikan pilihan. Karena surat kabar kita baru berdiri, jadi aku akan membagi ke dalam dua posisi yaitu satu redaktur dan sisanya wartawan. Kalian boleh memilih.

Aruni

(Mengangkat tangan)

Aku ingin mengusulkan sebaiknya yang menjadi redaktur itu Gito, karena dia sangat selektif dan kreatif.

Januar

Itu artinya yang menjadi wartawan dua perempuan dan satu laki-laki, apa tidak masalah?

Aruni

Aku akan menjaga Rumika, selain itu aku sangat suka menulis terutama tentang Chopin dan legenda musik lainnya termasuk yang di daerah.

Hanafi

(Dengan ekspresi datar)

Aku juga akan menjaga Rumika.

(Semua menatap Hanafi)

…. dan Aruni, aku akan selalu memastikan mereka aman. Maksudku aku setuju menjadi wartawan, karena aku suka mengambil gambar dan menulis.

Januar

Rumi tidak keberatan?

Rumika

Iya, Rum suka menulis.

Januar

Bagus, kalau begitu kalian bisa mulai menulis besok. Gito, nanti temani aku untuk mendaftarkan SIUPP setelah berkas-berkasnya selesai aku siapkan. Untuk sekarang tugas kita semua adalah istirahat, kalian pasti lelah.

Oh ya sebelum itu, aku ingin mengatakan sesuatu. Saat ini kita akan mulai berjuang untuk mimpi besar kita, ke depannya pasti akan banyak halangan dan rintangan tapi persahabatan kita jangan sampai goyah. Karena kita semua bukan hanya sahabat tetapi keluarga, jadi jangan ada yang disembunyikan walaupun hal pribadi. Katakan semuanya tidak boleh ada rahasia di antara kita. Agar jika sesuatu terjadi kita bisa saling menolong.

(Semuanya tersenyum dan mengangguk, lalu bangun dan pergi ke kamar masing-masing, kecuali Subagito)

Subagito

Aku pulang dulu!

Rumika

Bang Gito nginep aja.

Subagito

Kau mau Ayah menyusul ke sini?

(Sedikit tertawa melihat Rumika terdiam)

Sudahlah, aku pulang dulu.

 Januar

Hati-hati di jalan.

CUT TO:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar