Elegi Memori Klasik
2. Chopin Waltz in C Sharp Minor

6.    INT. RUANG TAMU — SIANG HARI

Sebuah ruangan yang luas, ada kursi tamu dekat jendela, lemari pendek yang di atasnya terdapat satu box piringan hitam dan sebuah gramofon. Di ujung ruangan terdapat satu pintu yang mengarah ke dapur dan pekarangan belakang. Di sisi lain terdapat meja makan tinggi dan barang-barang klasik seperti mesin tik, kacamata bening, kamera dan pita rambut yang tersimpan dalam lemari kaca, lukisan serta patung-patung terpajang ditambah piano tua yang memberikan kesan klasik.

Laras masuk mendorong Subagito hingga ke dekat lemari yang di atasnya terdapat gramofon.

Laras

Ini rumah papa, kita sudah pulang pa!

Tak berapa lama, Nadine berjalan membawa sekotak barang-barang yang hampir jatuh. Laras menghampiri untuk menolongnya.

Subagito menatap langit-langit hingga sampai pada gramofon di sampingnya, perlahan ia menyentuh alat pemutarnya kemudian menyalakan alat tersebut yang ternyata sudah ada piringan hitam di dalamnya hingga mengalun Waltz in C Sharp Minor (Op. 64 No.2) Chopin.

Dari pintu yang mengarah ke dapur, pintu ke pekarangan terbuka, seorang gadis berusia 23 tahunan dengan memakai dress kasual bunga-bunga selutut dan rambut diikat setengah berjalan menghampiri Subagito dengan tersenyum.

Subagito tua

Aruni, kau datang?

Sosok Aruni

(Tersenyum, kemudian langsung mematikan gramofon)

Yaampun, ini seharusnya gak boleh ada di sini, pasti karena kemarin gak ke cek, gini nih kalau semua kerjaan ngandelin orang lain gak ke kontrol.

Subagito tua

Aruni, aku ingin berkeliling.

Sosok Aruni

(Terdiam sejenak, kemudian tersenyum dan mengangguk, lalu mendorong kursi roda menuju taman belakang)

Subagito tua

(Melirik ke arah pintu utama, tersenyum melihat sosok gadis dengan dress putih dan pita di ujung kepangnya berusia 20 tahun dan dua laki-laki dengan lengan kemeja putih yang digulung dan kacamata kecil (24) serta satu lagi yang mengenakan kemeja lengan pendek (23) dan wajah datar)

CUT TO:

7.    EXT. TAMAN BELAKANG RUMAH- SIANG HARI

Pohon besar (mangga) masih berdiri di sampingnya ada kolam ikan dengan air mancur otomatis, tepat di bawah pohon ada bangku yang muat 3 orang. Di sekelilingnya terdapat bunga aster, mawar putih, dan anggrek serta tanaman hias lainnya.

Subagito tua

Tempat ini memang selalu segar dan meneduhkan.

Angin pelan menggoyangkan dedaunan pohon besar disertai langit yang terik.

Sosok Aruni

Ada banyak tanaman dan satu pohon rindang, oksigennya cukup untuk menyegarkan rumah ini. Tempat ini sangat cocok untuk bersantai.

Subagito tua

Kau benar. Hh bagaimana kabarmu Aruni?

Sosok Aruni

(Terdiam sejenak, menahan tangis)

Baik, aku baik.

Subagito tua

Aku senang mendengarnya, lalu bagaimana dengan Rumika, Hanafi dan, Janu?

Sosok Aruni

Mereka juga baik.

Subagito tua

Mereka terlihat bahagia, padahal baru sebentar aku pergi tapi rasanya aku benar-benar merindukan kalian.

Rofik dan Nadine (O.S)

Makan, makan. Pizza, pizaa!

Sosok Aruni

(Berjongkok di depan Subagito dan menatap lembut)

Kita makan dulu.

Subagito tua

(Mengangguk)

Sosok Aruni mendorong kursi roda. Saat melewati jendela Subagito melihat Rumika, Hanafi dan Januar sedang berada di meja makan. Ketika Subagito masuk, sosok 3 orang yang dilihatnya berubah menjadi Deni, Rofik dan Nadine.

CUT TO:

8.    INT. RUANG MAKAN YANG MENYATU DENGAN RUANG TAMU TIDAK ADA SEKAT- SIANG HARI

Di atas meja terdapat dua buah pizza, satu cup bubur, 4 buah air mineral sebuah termos kecil dan 4 buah cangkir juga beberapa makanan ringan yang sudah dibuka.

Nadine

(Membawa satu cup bubur yang belum dibuka)

Kek, aku udah pesenin bubur kesukaan kakek.

Subagito tua

(Tersenyum menatap Nadine)

Terima kasih Rumika, kau memang selalu tahu kesukaanku. Aku pasti akan menghabiskannya.

Nadine

(Mendekati ibunya dengan raut wajah bingung)

Bu, kenapa kake manggil aku, Rumika? Siapa Rumika? Apa kakek kambuh lagi?

Laras

(Menghela nafas, kemudian agak berbisik)

Ingatan kakek sepertinya kembali ke masa mudanya, dulu kakek sama temen-temennya pernah tinggal di sini. Rumika, Aruni, Januar, dan Hanafi itu nama temen-temen kakek. Kita ikutin aja sambil nanti perlahan kita ingatkan lagi siapa kita.

(Nadine, Deni dan Rofik yang curi-curi dengar mengangguk).

Laras lanjut menyuapi Subagito tua.

CUT TO:

9.    EXT. BERANDA RUMAH-SIANG HARI

Rofik sedang fokus bermain game sambil duduk santai, di sebelahnya Nadine sedang bermain ponsel. Kemudian Laras berteriak dari dalam rumah.

Laras (O.S)

Kak, bantuin Ibu dulu, adek juga!

Rofik

Iya Bu!

(Masuk ke dalam rumah)

Nadine

 (Mengekor Rofik)

Laras

Bantu Ibu pindahin gramofon sama piringan hitam yang di sana ke gudang. Kakak taukan letak gudangnya?

(Menunjuk ke arah lemari)

Rofik

(Mendekati gramofon diikuti Nadine)

Tau Bu, tapi ini masih bagus deh Bu kenapa di ke gudangin?

Laras

Kakek kalau denger lagu dari gramofon itu suka kambuh.

Nadine

Tapi tadi kakek baik-baik aja kok Bu pas nyalain gramofonnya.

Laras

Siapa bilang baik-baik aja, adek kan liat sendiri kakek manggil apa ke adek?. Udah buat jaga-jaga mending disimpen di gudang aja.

Rofik membawa gramofon lengkap dengan speaker corongnya yang masih tersimpan, Nadine membawa kardus tumpukan beberapa piringan hitam.

CUT TO:

10.    EXT. DEPAN GUDANG- SIANG HARI

Sebuah pintu dengan pengait gembok yang tidak dikunci.

Rofik

Gak dikunci!

(Menendang pintu gudang)

Ruangan yang cukup luas diisi berbagai benda lama dan antik tertata rapi namun cukup berdebu.

Nadine

Wahh!!

(Matanya berbinar, segera menaruh kotak yang dipegangnya kemudian berkeliling menyentuh setiap barang-barang antik)

Rofik

Jangan sentuh sembarangan!

(Tak sengaja melihat laci yang terbuka sedikit, ada sebuah buku bersampul hitam. Kemudian membawanya)

Nadine

Katanya jangan sentuh, itu kakak malah bawa barangnya.

Rofik

Ini kan cuma buku usang. Kakak Cuma pengen tau isinya apa.

Nadine

Ya sama aja, itu kan barang lama juga yang ada di gudang ini.

Rofik

Bodo amat, kakak mau pilih kamar aja sekarang.

(Berlari ke luar gudang sambil tetap membawa buku)

Nadine

Ih kak licik banget sih, tungguin aku!!

(Ikut lari ke luar gudang, tapi sebelum pergi mengambil kotak kecil yang terletak di atas lemari usang)

Rofik (O.S)

Tutup dulu pintunya adek!

Nadine (O.S)

Iyaa!

(Kembali lagi dan menutup pintu gudang)

CUT TO:

11.    INT. SEBUAH KAMAR- SIANG HARI

Ruangan cukup luas dengan nuansa zaman dulu, terdapat sebuah ranjang sedang, lemari kecil di pinggir ranjang dan lemari pakaian di seberang ranjang.

Rofik

(Melempar buku yang di pegangnya ke atas lemari samping ranjang, kemudian berguling di kasur)

Nadine datang lalu ikut menaiki kasur.

Apa sih dek, ini kamar kakak. Kamu pilih kamar lain aja!

(Mendorong-dorong pelan Nadine agar turun dari kasur)

Nadine

Gak mau, kakak aja yang pindah!

(Melemparkan bantal pada Rofik)

Rofik

Dih, kakak juga yang duluan ke sini

Nadine

Bodo amat!! Kenapa juga ninggalin aku di gudang.

(Menatap kotak yang dibawanya kemudian memutar tuas)

Deni

(Masuk membawa dua buah koper)

Eh, eh kalian ini, aneh kali ya kalau gak bertengkar. Adek kakak tuh harusnya rukun saling menyayangi bukan memusuhi!

Nadine

Kak Rofik duluan Yah, ninggalin aku di gudang terus seenaknya mau milih kamar ini, licik banget sih!

Rofik

Lah ngadu, kamu juga seenaknya mau ambil alih kamar ini kan kakak yang duluan milih!

(Melirik kotak yang dibawa Nadine)

Tuh Yah, adek ambil barang dari gudang.

Nadine

Ih kan kakak yang ambil duluan.

 Rofik

Mana? Gak ada kan.

Nadine

Ihh, lagian juga ini udah gak berfungsi.

(Membuka kotak yang ternyata kotak musik) 

Laras

Sssttt, keluar, keluar! Kakak sama adek pilih kamar yang lain, ini kamar kakek!

(Masuk dengan mendorong Subagito di kursi roda)

Rofik

Yaudah, kakak mau pilih kamar yang lain

(Berlari ke luar kamar)

Nadine

Ih kakak….

(Menyimpan kotak musik yang terbuka di atas lemari, lalu ikut berlari)

Deni

Heh, heh, jangan rebutan!

(Mengikuti kedua anaknya)

Laras

(Mendorong kursi roda ke tepi ranjang dekat lemari, kemudian melihat jam dinding)

Sudah 30 menit, papah minum obat dulu ya. Laras ambil obat dan air dulu.

(Ke luar kamar)

Subagito tua

(Melihat ke arah lemari samping ranjang, kemudian mengambil buku yang tadi di lempar Rofik. Membuka sampul dan terlihat tulisan Rumika di halaman pertama, melihat itu matanya membulat, tangannya gemetar, lalu perlahan membuka lembaran selanjutnya hingga sampai pada sebuah tulisan yang berwarna merah. Tiba-tiba kotak musik yang terbuka memutarkan lagu. Melirik ke arah kotak musik dan seketika terkejut nafasnya terengah hingga tubuhnya mengejang dan menjatuhkan buku diary-nya)

Laras

(Terkejut dan menjatuhkan gelas hingga pecah)

Papah!

(Mengguncangkan tubuh Subagito yang kini mulutnya mengeluarkan busa putih dan matanya melotot ke atas, semakin histeris dan memanggil suaminya)

Mas! Mas Deni!

Tak lama Deni, Rofik dan Nadine datang dengan ikut panik.

Deni

Kita ke Dokter sekarang! Kamu tenang dulu Ras, Rofik bantu ayah panasin mobil! Ayo kita bawa papah!

(Segera mendorong kursi roda)

Laras terus saja mencoba menenangkan Subagito dan memegangi tubuhnya dengan menangis khawatir.

Nadine kamu jaga rumah!

Nadine

(Masih terlihat syok dan hanya mematung memperhatikan keluarganya hingga mobilnnya keluar halaman rumah. Kemudian menatap pecahan gelas yang berserakan dan kotak musik yang masih bersuara lalu segara menutupnya, mengambil alat pel dan tempat sampah kecil. Memasukan pecahan gelas ke dalam tempat sampah dan mengepel lantai yang basah. Matanya tak sengaja melihat buku diary yang tergeletak di lantai, kemudian mengambilnya)

Inikan buku yang kak Rofik ambil dari gudang. Apa kakek membacanya? Aku jadi penasaran isinya apa.

(Menyimpan alat pel, lalu keluar dan duduk di kursi ruang tengah. Membuka halaman satu)

Rumika (V.O)

18 Juni 1985. Hari ini aku, Kak Aruni, Kak Hanafi, Kak Janu, dan Bang Gito baru pindah ke rumah baru, tempat yang akan mencetak sejarah cita-cita kami sebagai jurnalis muda.

DISSOLVE TO: 

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar