DIRA (Janji Yang Tak Terucap)
1. PERTEMUAN

1.EXT. HALTE BUS - PAGI

Cast : Tama, Dira

(LS)

Di pagi yang sangat cerah, nampak orang-orang berlalu lalang. Sibuk dengan keperluannya masing-masing, begitu juga dengan gadis manis yang bernama RANDITA TAMARA PUTRI alias Tama (16 tahun) yang sedang berdiri di halte bus.

CU : Wajah Tama terlihat sangat gelisa. Berkali-kali pandangannya tertuju pada jam tangan yang melingkar manis di tangan kanannya.

TAMA

(bergumam)

Aduh... kenapa busnya enggak nongol-nongol sih?! Telat deh gue!

TAMA

(rawut wajah terlihat sangat gelisah dan kedua tangan saling meremas)

Brum... Brum... Citt...

Sebuah motor berhenti tepat dihadapan Tama. Pandangan Tama tertuju pada seseorang yang mengendarai motor itu.

DIRA

(Membuka kaca penutup helmnya)

Hai... Mau bareng?

TAMA

(bengong sambil memandang Dira lekat-lekat)

DIRA

Woi... kok bengong? Buruan ntar lo telat! Kita satu sekolah!

(Dira menunjuk bad yang tertempel di kemeja sekolahnya, bad nama sekolah mereka)

TAMA

(Masih terdiam dan memandang Dira)

DIRA

Mau bareng gak?

TAMA

Mau.

(Gugup, berjalan menghampiri Dira dan duduk di jok belakang motor Dira)

Brum... Brum... Brum...

Dira segera melajukan motornya dengan kecepatan yang lumayan memacu adrenalin Tama. Membuat Tama tanpa sadar melingkarkan tangannya diperut Dira dan menenggelamkan wajahnya di punggung Dira.

Brum... Brum... Cit...

Motor Dira berhenti tepat didepan pintu masuk gedung sekolah.

DIRA

(Menepuk lembut tangan Tama)

Udah sampai!

Tama terkejut dan segera melepaskan wajahnya dari punggung Dira, juga melepaskan dekapannya yang lumayan erat di perut Dira.

TAMA

(Turun dari motor Dira, gugup)

Makasih.

DIRA

Sama-sama.

Dira melajukan motornya menuju area parkir dan meninggalkan Tama yang masih terdiam mematung di depan pintu masuk gedung sekolah. Pandangan Tama terus tertuju pada Dira. Setelah memakirkan motornya, Dira melangkah menghampiri Tama.

DIRA

Hai...! Gak masuk?

TAMA

Masuk.

DIRA

Yuk...!

Dira segera melangkahkan kakinya masuk kedalam gedung sekolah dan Tama mengikuti langkah Dira. Hingga di ujung koridor Dira berbelok ke kanan menuju kelasnya. Sedangkan Tama terdiam dan memandang Dira hingga sosoknya menghilang di balik pintu kelasnya.

TAMA

(Tersadar dari rasa terpesonanya pada Dira)

Astaga! Mati gue, sekarang mata pelajaran Pak Anwar!

(Gumamnya sambil menepuk jidat)

Dengan langkah sedikit berlari, Tama menuju ruang kelasnya. Begitu sampai di depan kelas, Tama Dengan hati-hati mengintip dari jendela keadaan di dalam kelas yang tampak sangat hening.

2. INT. DI DALAM KELAS - PAGI

TAMA

(Bergumam)

Mati gue! Udah ada Pak Anwar!

Tama menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskan perlahan, mencoba mengumpulkan keberaniannya. Dengan mulut komat-kamit seperti membaca mantra, Tama mengetuk pintu kelas sebanyak tiga kali.

Pak Anwar

Masuk...!

Tama membuka pintu dengan sangat hati-hati dan perlahan melangkah masuk ke dalam kelas.

CU : Pak Anwar dengan wajah garang memandang Tama lekat-lekat.

Pak Anwar

Randita Tamara Putri!
Silahkan...!
Kamu sedang sangat beruntung, karena saya baru saja selesai menulis soal-soal.

CU: Tama bengong melihat deretan angka yang berjubel dipapan tulis. Tiba-tiba kepala Tama pening, namun Tama berusaha tetap fokus.

Pak Anwar

Masuk...!

Tama melangkah mendekati Pak Anwar dan mengambil spidol yang diberikan Pak Anwar kepadanya. Diletakkan di lantai tas yang masih melekat di pundaknya. Dengan mata berkedip-kedip seperti lampu yang hampir mati, Tama berusaha mencerna soal matematika dihadapannya. Semakin Tama berusaha, semakin pening kepalanya. Karena Tama memang tidak pandai dalam mata pelajaran matematika. Sesaat Tama memalingkan pandangannya pada pemandangan di luar jendela. Tama melihat sosok Dira melintas bersama temannya dan tanpa Tama sadari senyumnya mengembang.

Pak Anwar

Ehem... Ehem...
Lihat apa Tama?

Tama

(Gugup, pandangan kembali pada deretan angka di hadapannya)

Mati gue!

(Bergumam)

Pak Anwar

(Berjalan menghampiri Tama)

Senyum-senyum sendiri!
Sudah sana duduk!

Tama

(Memberikan spidol pada Pak Anwar dan mengambil tasnya)

Terimakasih Pak.

Pak Anwar

Nanti pulang sekolah temui saya di ruang guru!

Tama

(Berhenti melangkah,berbalik arah dengan wajah panik)

Ada apa ya Pak?

Pak Anwar

(Pandangan tertuju pada soal-soal yang dibuatnya)

Bapak mau kasih bonus buat kamu!
Biar enggak senyum-senyum sendiri terus, bisa gila kamu nanti!

Tama Menghela napas dan melanjutkan langkahnya menuju bangkunya dengan lesu. Rahma yang duduk di samping Tama, menyambut Tama dengan senyuman. Tama duduk di bangkunya tanpa semangat dan menghempaskan tubuhnya pada sandaran kursi. Dilempar tasnya di atas meja, menunjukan bahwa dirinya benar-benar tak semangat.

Rahma

Kenapa telat Tam?

Tama

Busnya enggak dateng-dateng Ma!

Rahma

Kok bisa sampai?

Tama

(Kembali bersemangat, pandangannya tertuju pada Rahma dan senyumnya mengembang di bibirnya)

Ada superhero yang nolongin gue.

Rahma

(Bengong ngeliat tingkah Tama)

Beneran gila lu Tam!

Tama tak memperdulikan kata-kata Rahma. Dengan senyum yang masih tersemat dibibirnya, pikiran Tama kembali pada peristiwa pagi ini. Hingga sebuah spidol yang jatuh tepat di mejanya mengembalikan kesadarannya.

CU : Wajah Pak Anwar terlihat sangat garang menatap Tama.

Pak Anwar

Tama...!

Tama

(Terkejut dan pandangannya tertuju pada Pak Anwar dengan wajah panik)

Ya Pak!

FO

3.INT. Ruang Guru - Siang Hari

Tama

(Mengetuk pintu ruang guru)

Tok... tok... tok...

Pak Anwar

(Fokus dengan buku dihadapannya yang sedang di bolak balik)

Masuk...!

Tama melangkah perlahan mendekati Pak Anwar yang masih fokus dengan buku dihadapannya.

Tama

Siang Pak!

Pak Anwar

(Pandangannya berpaling dan tertuju pada Tama)

Duduk...!

Tama mengikuti perintah Pak Anwar untuk duduk di kursi yang terletak di depan mejanya. Sedangkan Pak Anwar kembali fokus pada buku dihadapannya.

Tama

VO : Lama banget! Jangan banyak-banyak ya Pak! 1 soal aja gue bisa berjam-jam mikirnya.

Tama menghela nafas, kepalanya mulai pening dan raut wajahnya mulai gelisah membayangkan bonus yang diberikan Pak Anwar.

10 menit kemudian

Pak Anwar

(Pandangannya fokus pada Tama)

Ehem...
Tama...! Bengong aja kamu!

Tama

(Terkejut, tersadar dari lamunannya)

Ya Pak!

Pak Anwar

(Memberikan buku yang di pegangnya pada Tama)

Kerjakan dari nomor satu sampai 25!
Kumpulkan lusa! Waktu mata pelajaran saya!

CU: Wajah Tama sangat terkejut dan panik melihat tugas yang diberikan Pak Anwar.

VO: Mati gue! Banyak banget!

Pak Anwar

Tama...!
Bengong lagi!
Paham kan yang saya bilang!

Tama

(Gugup, pandangan tertuju pada Pak Anwar)

Paham Pak.

Pak Anwar

(Merapihkan meja kerjanya)

Ya sudah, kalau gitu selamat mengerjakan!

Tama

Baik Pak, Terimakasih Pak.
Saya permisi dulu ya Pak!

Pak Anwar

Hem... silahkan!

Tama beranjak dari duduknya dan segera melangkahkan kakinya keluar dari ruang guru. Di depan ruang guru Tama terdiam, otaknya berpikir keras bagaimana caranya untuk menyelesaikan tugas dari Pak Anwar.

Tama

(Bergumam)

Kayanya gue harus ke perpustakaan! Sapa tau gue dapet wangsit jadi bisa selesaiin tugas super banyak! Beneran bisa gila nih gue!

Dengan mantap Tama melangkahkan kakinya menuju ruangan perpustakaan. Ruangan yang paling jarang Tama kunjungi di sekolah ini. Hanya kalau ada tugas atau di haruskan pinjam buku saja Tama menghampiri ruangan ini. Namun langkahnya terhenti sesaat di depan ruang OSIS yang letaknya sebelum ruang perpustakaan.

Tama

(Pandangan tertuju pada sosok Hakim yang sedang fokus pada laptop di hadapannya)

VO: Kak Hakim emang ganteng! Pantes banyak yang suka!

Tama berkidik, mencoba mengembalikan fokusnya dan melanjutkan langkahnya menuju perpustakaan.

Hakim sebenarnya sadar sejak tadi Tama memandangnya, namun Hakim berusaha tak membalas pandangan Tama. Dan ketika Tama berlalu, pandangan Hakim tertuju pada Tama. Senyumnya mengembang sempurna di bibirnya.

CT

4.INT. Perpustakaan

Langkah Tama tertuju pada rak buku yang tertulis matematika. Tama mengambil beberapa buku dan membawanya di meja paling pojok. Diletakkan buku-buku yang di bawanya di meja dan dihempaskan tubuhnya pada sandaran kursi yang dia duduki.

Tama

(Mengetuk-ngetukkan keningnya pada tumpukkan buku di hsdapannya)

Mati... Mati... Mati... gue sekarang! Bener-bener enggak punya perasaan tu guru!
Fokus... fokus... Tama!

Tama membuka buku yang diberikan oleh Pak Anwar dan mencoba memahami soal nomor satu. Tama berusaha untuk mengerjakan, namun semakin Tama berusaha semakin pening kepalanya.

Tama

(Menutup buku yang sedang di pegangnya)

Ah... puyeng gue!

Diletakkan buku yang di pegangnya dan ditenggelamkan wajahnya pada tumpukan buku di hadapannya. Dalam hitungan detik Tama sudah terlelap.

Dira masuk kedalam ruang perpustakaan dan berjalan mengelilingi beberapa rak buku untuk mencari buku yang di butuhkannya. Dan ketika pada rak buku sastra, Dira melihat sosok Tama yang terlihat sangat nyaman tertidur pada tumpukkan buku. Perlahan Dira melangkahkan kakinya menghampiri Tama dan duduk di kursi yang ada di samping Tama.

Dira

(Menepuk bahu Tama)

Hai... bangun!

Tama

(Membuka mata dan berkedip-kedip memandang Dira)

Eh... my hero!

Dira

(Tersenyum melihat tingkah Tama)

Gue Dira! Bukan Hero!

Tama

(Terkejut, gugup dan salah tingkah)

Astaufirulloh!
Kayanya gue mimpi nih!

(Menanpar pipinya sendiri)

Aduh...! Sakit...!
Bukan mimpi!

Dira

(Tertawa geli melihat tingkah Tama)

Lagi ngapain disini? Numpang tidur?

Tama

(Salah tingkah)

Lagi ini kak!

Tama menunjukkan tugas yang diberikan oleh Pak Anwar. Dira mengambil buku yang ditunjuk Tama dan dengan fokus Dira mencoba memahami soal-soal yang menurut Tama susah banget.

Dira

(Memandang Tama)

Mau gue bantu?

Tama

(Bengong dan terlihat sangat terpesona pada Dira)

Mau...

Senyum Dira lagi-lagi mengembang sempurna dibibirnya, Dira terlihat sangat menikmati tingkah Tama yang menurutnya lucu. Namun Dira mencoba mengembalikan fokusnya, dengan perlahan Dira mencoba menjelaskan caranya untuk menyelesaikan tugas dari Pak Anwar. Walaupun terkadang Tama hilang fokus karena terpesona pada Dira, namun Tama masih bisa mengendalikan dirinya dan menyelesaikan tugas dari Pak Anwar.

1 jam kemudian

Dira

Selesai...

Tama

(Merapihkan buku-buku yang berserakan di meja)

Makasih ya kak.
Kalau enggak ada kakak, bisa enggak selesai nih tugas!

Dira

(Merebahkan tubuhnya di sandaran kursi)

Its Ok!
Kalau ada tugas lagi, cari gue aja di kelas 12 IPA1. Ntar gue bantuin.

Tama

(Memandang Dira dengan tatapan kagum)

(Bergumam)

My Hero...

Dira

(Tertawa geli melihat tingkah Tama)

Ya udah, gue duluan ya...
Sapa tadi nama lu?

Tama

(Pandangan kagum)

Tama kak...

Dira

(Beranjak dari duduknya)

Ok Tama, gue duluan ya!

Tama

Ok kak, terimakasih Kak Dira.

Dira

(Tersenyum)

Sama-sama. See you...

Dira melangkah meninggalkam Tama yang masih tersihir oleh pesona Dira. Dan ketika sosok Dira sudah menghilang dari pandangan, Tama pun tersadar. Bergegas merapihkan dan mengembalikan buku-buku di raknya. Sesaat Tama melihat jam tangan yang melingkar di tangan kanannya. Jam tangannya menunjukkan hari sudah mulai sore, hingga Tama bergegas melangkah meninggalkan ruang perpustakaan untuk pulang.

Fade Out

#scene 5








Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar