19. INT. RUANG MUSIK / KORIDOR SEKOLAH. SIANG
CASTS : CARAKA GIANDRA, DEAN MURPHY, AMY SCOTT DAN CHRISANTARY BROWN
MONTAGE
- Caraka berjalan di sepanjang koridor, hendak ke kelas bersama Dean yang merangkulnya dan melewati depan ruang musik.
- Amy Scott keluar dari ruang musik dengan menghela napas. Dia mempererat genggaman pada tas biolanya dengan wajah yang sedang menahan tangis.
END MONTAGE
CARAKA (VO)
(pandangannya tertuju pada gadis yang baru saja keluar dari ruang musik)
Bukankah dia…? eh?
AMY
(menyeka matanya dengan cepat)
CARAKA (VO)
Dia menangis? Apa ada masalah soal ketakutannya itu?
DEAN
Hei, kau ini sedang melihat apa?
(mengikuti arah pandangan Caraka, kemudian berbisik)
Bukankah dia gadis yang kita perhatikan diam-diam di ruang musik di jam istirahat makan siang?
Caraka dan Dean menghentikan langkahnya, mereka memperhatikan Amy.
AMY
(Pandangannya tiba-tiba tertuju pada Caraka. Dengan tergesa Amy menunduk, lalu pergi)
DEAN
Apa tadi dia menangis?
Caraka dan Dean memandang Amy yang berlalu menjauh.
DEAN
Ada apa dengannya?
CHRISAN
(Keluar dari ruang musik seraya mendesah gelisah, melihat sekeliling mencari Amy. Pandangannya langsung terpaku ketika menemukannya)
Kegelisahan Chrisan (16) menarik perhatian Caraka dan Dean. Mereka bertiga saling bertukar pandang. Karena tatapan itu, Chrisan langsung berlari menghampiri Amy.
CHRISAN
(memanggil dengan suara pelan)
Amy!
DEAN
(tertawa)
Apa itu? Dia mau memanggil temannya? Tapi kenapa dengan suara sekecil itu? konyol sekali. Tapi dia cantik. Aku suka rambut coklat bergelombangnya.
CARAKA (VO)
(melirik Dean sinis)
Anak ini selalu saja tidak bisa mengendalikan mulutnya.
(memperhatikan ke arah dua gadis itu pergi)
Jadi namanya Amy? Tapi kenapa dia menangis?
DEAN
(mempererat rangkulan)
Hei! Sudah kuduga! Kau naksir dia kan?
CARAKA
(melanjutkan berjalan)
Diamlah Dean!
DEAN
Hmmm… Kentara sekali. Tapi omong-omong, pagi ini aku melihatmu berangkat naik sepeda. Kenapa? Tidak seperti kau saja. Lalu bagaimana dengan adikmu? Dia berangkat dan pulang sendirian?
CARAKA
Aku tidak tahu kau seperhatian itu padaku.
DEAN
Hei, jangan salah sangka. Aku kasihan dengan adikmu. Dia sendirian.
CARAKA
(menghela napas)
Dia sudah besar Dean. Dia bukan anak kecil lagi dan berhenti memikirkan adikku. Lebih baik kau membantuku membagikan form data pada siswa yang ikut kelas geometri Mrs. Taylor.
DEAN
Kenapa urusan itu tidak selesai-selesai sih?
CARAKA
Tanyakan itu pada dirimu sendiri. Kenapa merekomendasikan namaku tanpa izin? Aku telah belajar dari perkataanmu kemarin di perpustakaan dan membuat versiku sendiri.
DEAN
Versi apa?
CARAKA
‘Kenapa kau harus menjadi korban sendirian, jika ada seseorang yang bisa kau seret untuk ikut menjadi korban?’
(menyeringai seraya terkekeh)
DEAN
Sialan kau Giandra!
(menendang kaki Caraka pelan)
Aku sudah bisa menduganya kemarin, ketika kau pergi ke toilet terlalu lama, lalu kembali dengan beralasan kalau kau bertemu dengan Mrs. Taylor.
CARAKA
Hei! Aku memang bertemu Mrs. Taylor
CUT TO
20. INT. RUANG KELAS. SIANG
CASTS : CARAKA GIANDRA, DEAN MURPHY, ELINOR (EXTRAS) DAN MRS. BANNEWITZ (EXTRAS)
Caraka dan Dean berjalan masuk ke ruang kelas
DEAN
Terserah padamu saja lah. Sini! Berikan beberapa kertas form itu pada ku!
(berhenti di depan kelas)
CARAKA
Kau mau apa?
DEAN
Sudah cepat berikan!
Caraka mengeluarkan beberapa lembar form data dan memberikannya pada Dean.
DEAN
(menyeringai)
Lihat dan perhatikan, oke?
CARAKA
(mengerutkan alisnya, bingung)
DEAN
(berteriak)
Hei! Everyone, listen!
ELINOR (Extras) (16)
Yeah, I’m listening to you, Dean.
(tersenyum menggoda)
DEAN
Wohoo. Elinor, you look so beautiful today.
ELINOR (EXTRAS)
Always, Dean
Caraka menggelengkan kepalanya, dan berlalu menuju kursi yang kosong.
DEAN
Oke. Is there anyone here who joins geometry class with Mrs. Taylor on Monday at the hour before lunch break? If there are. Please come forward to take the personal data form and if you have filled it in, please give it to Giandra.
(menunjuk Caraka)
Beberapa siswa maju dan mengerubungi Dean.
CARAKA (VO)
(melamun)
Aku penasaran kenapa dia menangis? Apa karena pelatihnya memarahinya? Atau karena ketakutannya? Apa aku harus melakukan sesuatu?
Dean duduk di kursi sebelah Caraka.
DEAN
Kau lihat itu? Seperti itulah orang populer bekerja. Aku akan membiarkanmu menirunya, tapi tidak dengan ucapanku di perpustakaan kemarin apalagi membuat versimu sendiri.
CARAKA
Tidak akan pernah.
DEAN
Kalau kau bersikap seperti itu, kau tidak akan menjadi populer.
CARAKA
Maaf saja. Tapi aku tidak berminat sama sekali jadi seperti mu.
DEAN
Yaah. Kalau begitu entah kapan gadis yang tadi kau perhatikan akan…
CARAKA
(memotong ucapan Dean)
Hei! Kau tahu bagaimana caranya harus bersikap di depan orang yang kita tidak kenal, tapi kita tahu masalah yang dihadapinya dan kita berniat ingin mendekati untuk sekedar membantunya?
DEAN
Kenapa kau bertanya hal seperti itu? dan bagaimana kau bisa tahu masalahnya kalau kau sendiri tidak mengenalnya? Aku tidak mengerti. Oh… Apa ini ada hubungannya dengan gadis tadi?
CARAKA
Bukan! Aku tahu masalahnya ya…
(berpikir)
karena suatu kebetulan?
DEAN
(mengamati wajah Caraka)
Aneh! Tapi karena kau sahabat dari seorang siswa yang populer, akan kuberi tahu. Kau hampiri saja dia lalu bilang ‘halo, aku lihat sepertinya hidupmu sangat menderita. Apa aku boleh membantumu?’ beres kan?
CARAKA
Aku serius Dean! Lagi pula aku tidak bisa bilang kalau aku sudah tahu masalah yang dihadapinya.
DEAN
Hmm…
(berpikir)
kalau kupikir, kau tidak seharusnya ikut campur begitu. Tapi, kalau kau mau repot-repot, Kau tinggal dekati saja dia dan pura-pura tidak tahu masalahnya.
CARAKA
Alasan untuk mendekatinya?
DEAN
Mana ku tahu.
(mengedikkan bahu, tidak acuh)
Aku tidak pernah mendekati seseorang. Mereka yang selalu mendekatiku.
CARAKA
Ya, ya, ya. Kau populer.
DEAN
(Tertawa)
Mrs. Bannewitz (41) masuk ke ruang kelas.
MRS. BANNEWITZ (EXTRAS)
Okay, everyone. Prepare yourselves and we will immediately start history class!
DEAN
(melirik tumpukan kertas form data diri di meja Caraka, lalu berbisik)
Hei! Pst… Caraka!
CARAKA
(menoleh)
What?
DEAN
(berbisik)
Jika kau tak punya alasan, manfaatkan itu!
(menunjuk form dengan ujung dagunya)
CARAKA
(menatap sisa form di atas mejanya)
DEAN
Tapi akan lebih baik kau tidak usah ikut campur.
CARAKA
(tidak mendengarkan Dean dan tetap terpaku pada sisa form di atas mejanya)
FADE OUT
CUT TO