Ada di antara Mereka
6. ACT 2.4 - Hilangnya Detektif Jack

CUT TO:

107. INT. LORONG RUMAH SAKIT – KONTINU

ANI, RANI, dan MAWAR berlari di lorong rumah sakit menuju ruangan di mana BAPAK TUA SURYA dirawat. Mereka sampai di depan ruangan. RANI dan ANI langsung menerobos masuk diikuti MAWAR.


CUT TO:

108. INT. KAMAR RUMAH SAKIT – KONTINU

RANI dan ANI mendekati BAPAK TUA SURYA. RANI menatap BAPAK TUA SURYA yang baru saja meninggal. Masih terdengar suara elektrokardiogram yang berbunyi datar.


RANI
A – Ayah?

ANI
Tidak, tidak.


ANI menangis menggelengkan kepalanya. MAWAR syok dan sedih sedikit menjaga jarak di belakang.


DOKTER
Kondisinya padahal sudah membaik. Maaf. Namun, Tuhan berkehendak lain. Kami sudah berupaya semaksimal mungkin.
 
RANI
(Mulai emosi) Kau bilang sudah berupaya semaksimal mungkin? Ayahku tiba-tiba saja sudah tiada dokter! Ia baru saja akan pulang kembali ke rumah!


MAWAR menenangkan RANI.


ANI
Percuma Kami membayar fasilitas termahal di rumah sakit ini dan mempercayakan sepenuhnya Bapak Surya pada Kalian!

RANI
(Melihat jenazah Bapak Tua Surya) Aku menyesal meninggalkannya sendirian di sini.

ANI
Ya Tuhan. Aku tidak sanggup. Kami baru saja kehilangan Adhi, lalu Bapak Surya?!


RANI dan ANI menangis menjadi-jadi, memeluk jenazah BAPAK TUA SURYA.


CUT TO:

109. INT. LORONG RUMAH SAKIT – SIANG

MAWAR menelepon JACK. ANI dan RANI masih di dalam. Menunggu jawaban JACK, MAWAR berbicara pada kamera, pusing memegangi kepalanya.


MAWAR (Break 4th wall)
(Menggeleng tidak percaya) Kejadian-kejadian ini sangat tidak terduga!


CUT TO:

110. INTERCUT – EXT. AREA BELAKANG RUMAH / INT. LORONG RUMAH SAKIT – KONTINU

JACK masih duduk bersila melakukan power napnya. HP JACK menyala. Di lorong rumah sakit, MAWAR berjalan bolak balik menunggu JACK menjawab. Tidak ada jawaban dari JACK. MAWAR gelisah. JACK membuka mata kirinya, melirik ke HPnya. JACK mengangkat telepon MAWAR. SPLIT SCREEN.


MAWAR
(Panik) Halo Jack! Kau di mana?! Kau sudah mendengarnyakah?

JACK
Mendengar apa? Kau baru saja membangunkanku dari power nap ku.
 
MAWAR
Jadi Kau baru selesai power nap?

JACK
Ya. Ada apa?
 
MAWAR
(Menarik napas dalam-dalam) Bapak Tua Surya telah meninggal dunia.


INTERCUT. JACK syok, heran, diam tidak menjawab.

 

MAWAR
JACK?!

JACK
Ya ya. (Mulai berdiri)

MAWAR
Bapak Tua Surya meninggal sebelum Kami sempat sampai menjenguknya.


RANI dan ANI keluar.


MAWAR
(Pada Jack) Aku akan meneleponmu lagi nanti (Mematikan telepon).


Ekspresi JACK penuh tanya. JACK berpikir, berjalan bolak-balik, tidak sengaja menatap sesuatu dalam semak-semak di tanah. JACK menajamkan penglihatannya.

Di rumah sakit, RANI, ANI, MAWAR duduk di bangku lorong rumah sakit. RANI bersandar lemas pada ANI. RANI menegakkan duduknya.


RANI
Kami sudah mengabarkan ke semuanya. Mungkin sebentar lagi yang lainnya akan sampai juga.

MAWAR
Ya. Aku tadi juga sudah menelepon Jack. (Jeda) Semoga Kalian dapat bersabar atas segala musibah yang menimpa Keluarga Surya.


MAWAR memberikan senyum tertulusnya pada ANI dan RANI. ANI dan RANI membalas senyuman MAWAR dengan senyuman lesuh.


CUT TO:

111. EXT. KEBUN BELAKANG RUMAH – SORE

JACK berjalan, memegang suatu amplop coklat seperti surat di tangannya, memasukkannya ke saku jaketnya. JACK bertemu RAFI yang sedang menyirami tanaman umbi-umbian.


RAFI
(Sedih, belum menatap Jack) Jadi pasti Kau sudah mendengar infonya juga. (Menatap Jack) Kau berencana untuk menyusul ke rumah sakit?

JACK
Ya. Mawar baru saja memberitahuku tadi. Lebih baik Kita bergegas Rafi, dan ada hal yang harus Aku selesaikan sesegera mungkin juga sebelum semuanya semakin terlambat.

RAFI
(Menggeleng) Semuanya sudah terlambat dari dahulu.


RAFI menaruh penyiram tanamannya dan mengambil cangkul kecil.


RAFI (cont’d)
Kau tahu Detektif, selain sibuk sebagai pengacara, hobiku adalah berkebun. Kegiatan ini seperti, menenangkanku dari segala kemunafikan dunia. Saat Aku mencoba mengupload video tentang berkebun, atau suatu video apapun itu mengenai cara membenarkan sesuatu, ternyata banyak orang yang suka bersamaan dengan Si Kembar yang viral juga saat itu. Sesekali juga Aku mengupload video mengenai dunia pengacara.


JACK memeriksa HPnya.

 

RAFI (cont’d)
(Sesekali mulai mencangkul) Jadi sepertinya Aku tetap di sini melanjutkan kegiatan berkebunku. Laras dan yang lainnya sudah berangkat lebih dulu tadi. Sehabis itu mereka langsung akan memulangkan jenazah Ayah malam ini juga. Tidak usah repot-repot ke rumah sakit. Biar mereka saja yang urus.

 

JACK
Kau yakin Rafi? (Rafi mengangguk) Sebenarnya Aku juga berpikiran tidak ingin ke rumah sakit. Tapi,
 
RAFI
Ya. Rumah sangat kosong jadi Aku saja yang menjaga. Hahaha mereka semua konyol! Saat Ayah masih hidup, tidak ada satupun dari mereka yang sudi menemaninya di rumah sakit. Tetapi ketika Ayah meninggal, mereka malah berbondong-bondong ke sana.


JACK menyimak RAFI.


RAFI (cont’d)
Beritahu Aku Detektif, sudah sejauh mana Kau menyelidiki kasus ini?

JACK
Aku akan menjelaskan semuanya di saat yang tepat. Untuk saat ini, Aku harus membuktikan kesimpulan yang Aku buat dahulu Rafi.


RAFI mendekati JACK dengan serius, menatapnya dengan tajam. JACK memasukkan surat dalam saku jaketnya lebih dalam. Terdengar notifikasi dari HP JACK. JACK melihat HPnya sekilas saja.


RAFI
Beritahu Aku sesuatu yang Kau sudah tahu. (Kembali menaruh cangkul)

JACK
Apa yang Kau maksud?

RAFI
Ahaha. (Mulai kesal) Ayolah, Kau tidak perlu menyembunyikannya dariku. Aku sudah mengetahuinya.


JACK terheran.


RAFI
Huffftt! Laras sudah memberitahuku mengenai Elena dan Frans.

JACK
Apa?

RAFI
Permainan belakang mereka. Aku sudah menebaknya dari awal. (Kesal) Seringkali Aku melihat mereka mencuri-curi pandang bahkan di depanku langsung! Saat di meja makan, dimanapun itu! Sialan! Mereka semua menyembunyikannya dariku.

JACK
Sebentar Rafi, Kau mendengarnya langsung dari Laras?


Terdengar kembali notifikasi dari HP JACK. JACK mengecek lagi sekilas.


RAFI
Ya. (Mulai emosi) Si jalang Elena itu memang tidak pernah mencintaiku. Pernikahan ini hanyalah sekedar kepentingan mereka untuk memperbesar Keluarga ini.


JACK fokus pada HPnya sembari mendengarkan penjelasan RAFI yang mulai meledak-ledak.


RAFI
ARGGGHHH mengapa semua ini terjadi lagi! Kematian Adhi, kematian Ayah! Seandainya saja Adhi tidak bersikeras mengatur perjodohanku dengan Elena.

JACK
Kau harus tenang Rafi. Aku berjanji akan menyelesaikan kasus ini secepat mungkin. Namun, Aku jadi mempunyai beberapa pertanyaan dahulu untukmu. Dimana dirimu saat sore tragedi itu terjadi?


RAFI memperhatikan JACK. RAFI lalu memegang erat lagi cangkul yang tadi di pegangnya dan menatap JACK dengan penuh amarah.


CUT TO:

112. INT. KAMAR RUMAH SAKIT – SORE

Mayat BAPAK TUA SURYA kaku tertidur. LARAS, ELENA, FATMA, dan RERE sudah sampai. PARA WANITA menangis terisak. Di sana juga terdapat DOKTER dan SUSTER. YUDHI datang, sedih melihat BAPAK TUA SURYA.


YUDHI
Seandainya Aku bisa berada di sampingnya saja di saat-saat terakhirnya. (Meneteskan air mata). Jadi, dia menjemput ajalnya dalam keadaan sendirian dokter?

DOKTER
Nampaknya seperti itu Pak. Kami turut berduka cita.


RANI memeluk mayat AYAHnya, menciumnya.


RANI
Maafkan Aku Ayah.


FRANS datang dengan berlari, memeluk Ayahnya.


DOKTER
Biasanya Bapak Surya akan diberi makan dan obat sekitar siang menuju sore. Namun, saat Suster datang ...,

SUSTER
Saat Aku datang, elektrokardiograf tidak menunjukan tanda-tanda detak jantung Bapak Surya. Nadinya ...,

 

SUSTER tersebut terhenti sejenak, menatap ke arah Anak-anak Bapak Surya.


SUSTER (cont’d)
Nadinya saat Aku periksa juga sudah tidak berdetak.

FRANS
Aku sudah katakan berkali-kali seharusnya Kita kirim saja dia ke Singapura! Bukan malah diberi pengobatan seadanya di rumah sakit jelek ini!

ANI
DIAM FRANS! Ini rumah sakit! Jangan memancing keributan apa-apa lagi.

RANI
Mengapa Keluarga ini selalu diberi hal buruk semenjak ....

RERE
(memotong) Tenanglah Rani! Jangan cengeng! Kita harus saling menguatkan di saat-saat kondisi seperti ini!


Semuanya terdiam dan berduka. MAWAR murung melihat RANI yang menangis terisak.


CUT TO:

113. EXT. PEKARANGAN DEPAN - MALAM

Kerumunan media dan POLISI datang lebih ramai. ANI dan PARA WANITA lainnya keluar dari mobil, menerobos kerumunan.


Wartawan 1
Apa yang terjadi dengan Keluarga Surya?

Wartawan 2
Mengapa Bapak Tua Surya juga meninggal bertepatan setelah Adhi Surya meninggal?

Wartawan 3
Apakah itu suatu kebetulan belaka?

 

Tidak ada satupun yang dijawab. ANI dan PARA WANITA masuk, menutup pintu rumah mansion Keluarga Surya dengan rapat.

 

CUT TO:

114. INT. RUANG DEPAN – KONTINU

YUDHI dan FRANS sudah datang lebih dulu. YUDHI mengintip dari balik hordeng jendela.


YUDHI
HUFT. Untung saja Aku dan Frans pulang duluan sebelum magrib tadi. Mereka belum sebanyak ini. Beritanya cepat sekali menyebar!

RANI
Media-media itu memang hanya menginginkan sensasi dan uang saja! Tidak memerdulikan sama sekali perasaan Kita semua yang sedang syok dan berduka!

ELENA
Dimana Rafi? (bertanya pada Yudhi)

YUDHI
Sepertinya di kamar.

MAWAR
Dan dimana juga Jack?


YUDHI hanya mengangkat kedua bahu dan tangannya. MAWAR mencoba menelepon JACK, tidak ada jawaban. ELENA menuju kamarnya. FRANS sempat melihat ke arah ELENA.


FRANS
Ayolah semuanya, kita ambil hikmahnya saja. Siapa tahu dengan kematian Adhi dan Ayah yang menuai sensasi seperti ini, pamor Keluarga Surya akan naik lagi.

FATMA
Ahaha Kau seenak saja berbicara seperti itu Frans. Dasar kurang ajar! Semoga Ayah dan Ibu mengutukmu di akhirat.

FRANS
Ahahaha. Sebelum Kau mengutukku, pikirkan saja dahulu badanmu itu apakah muat untuk kuburanmu sendiri?


FATMA menghampiri FRANS, mendorong FRANS. RANI melerai. ANI hanya menunduk.


RERE
Well Aku sudah tidak peduli dengan Kalian semua. Lebih baik Aku tidur.

ANI
Hentikan semuanya! Hentikan tolong! Dengan kepergian Suamiku dan Bapak Surya bisa-bisanya Kalian malah menambah rumit suasana.


ANI menatap semua anggota Keluarga Surya dengan tajam. ANI ikutan emosi.


ANI
DIMANA DETEKTIF ITU? Mawar bisakah Kau mencoba menelepon Jack lagi?

MAWAR
Aku sudah mencoba meneleponnya tapi tidak ada jawaban.

ANI
Kabari Aku secepatnya! Aku ingin mendengar progres penyelidikan dari Jack. Kepalaku sudah ingin pecah, Aku butuh istirahat di kamarku.


ANI berjalan diikuti LARAS. FRANS juga keluar. YUDHI tetap mengintip dari balik hordeng jendela, tersenyum pasrah.


RANI
Maafkan Aku sobat. Kaupun jadi ikut ke dalam permasalahan Keluarga besarku ini. Ahaha semua orang tertipu dengan ilusi kesempurnaan, kekayaan, dan kemewahan keluarga besarku ini padahal setiap detiknya Kami benar-benar tersiksa.

MAWAR
Kau tidak perlu meminta maaf. Yang terpenting adalah Kau harus menguatkan hatimu Rani.

RANI
Terima kasih Mawar. (Memeluk Mawar)

MAWAR
(Membuka HPnya) Aku masih berusaha menghubungi Jack, sedari tadi panggilanku tidak masuk ke HPnya.

YUDHI
Bukannya Jack terakhir kali bersama Rafi tidak ikut ke rumah sakit?

MAWAR
Ya. Mungkin Aku akan bertanya pada Bapak Rafi dulu.

YUDHI
Kulihat Rafi mengurung diri di kamarnya.

RANI
Baiklah ayuk Aku antarkan.


MAWAR dan RANI meninggalkan YUDHI sendiri yang lalu tersenyum licik.


CUT TO:

115. INT. KAMAR RAFI – MALAM

RAFI menyalakan rokok, mengintip melalui hordeng jendela, melihat pekarangan rumah mansion Keluarga Surya penuh dengan WARTAWAN. Terdengar suara pintu terbuka, ELENA masuk.


ELENA
Apa Kau sudah makan malam?


RAFI hanya diam.


ELENA
Perlu Aku siapkan?

RAFI
Tidak.


ELENA duduk di kasur.


ELENA
Mengapa Kau merokok lagi?


RAFI diam tidak menjawab, terus menghisap rokoknya.


ELENA
Bukankah sudah setahun terakhir Kau tidak menyentuh benda itu?


ELENA bangkit dari kasur, menghampiri RAFI, mengambil rokok yang sedang dihisap RAFI. ELENA membuang rokok tersebut ke lantai dan menginjak-injaknya hingga rokok itu padam. RAFI masih diam saja menatap ke luar jendela.


RAFI
Ada hal yang ingin Aku bicarakan denganmu.


CUT TO:

116. INT. LORONG KAMAR LANTAI DUA – MALAM

MAWAR dan RANI mengetuk pintu kamar RAFI. RAFI membukanya. Terlihat di dalam terdapat ELENA yang menunduk kaku dan sedih. RAFI keluar dari kamarnya.

 

RAFI
Di mana Frans?

RANI
Kau melihat Detektif Jack Kak?

RAFI
Oh tadi sore Ia masih bersamaku.

RANI
Tadi Frans ada di ruang tengah.

MAWAR
Ohiya?

RAFI
Ya, lalu Dia menghilang begitu saja.


MAWAR dan RANI bertatapan. RAFI heran juga. RAFI berjalan melewati MAWAR dan RANI.


CUT TO:

117. EXT. ROOFTOP – MALAM

"TEETTT!!! TEEETTT!!!" Terlihat layar HP MAWAR memanggil JACK.


MAWAR
Ke mana perginya Dia?! Selalu saja menghilang saat dibutuhkan!

RANI
Ahahah mungkin Ia bersembunyi di balik tembok dan mencoba mengamati Kita, mengamati keadaan.


RANI menghisap rokoknya, menawarkannya pada MAWAR. MAWAR dengan heran menolak.


RANI
Ayolah, Kau tidak mau mencobanya sedikitpun?

MAWAR
Tidak ahahaha.

RANI
Aku iri dengan kehidupanmu Mawar. Perkataanku yang tadi sempat Aku sebutkan. Kesenangan dan kemewahan ini hanyalah ilusi belaka.


Terlihat dari atas langit seluruh area rooftop. Di sekeliling rooftop terlihat sisi samping rumah, sisi belakang rumah yang masih terdapat matras yang diduduki JACK, dan sisi pekarangan depan rumah yang mulai sepi.


RANI (cont'd)
Pernah Aku berpikir, sepertinya enak juga hidup sederhana saja. Tidak disorot oleh media, tidak ada tanggungjawab yang besar pada nama besar keluarga.

MAWAR
Ehehe setiap dari Kita pasti sudah diberikan skenario dan tanggungjawab masing-masing Rani. Tidak ada satupun manusia yang tidak bisa lepas dari yang namanya tanggungjawab.

RANI
Ya. Namun, Aku sering kali berpikir tanggungjawabku selalu saja terlalu besar dari apa yang Aku bisa. Sekarang karena Adhi dan Ayah sudah tiada, Aku hanya menyesal tidak bisa memberikan cucu yang lucu ketika Ayahku dan Ibuku masih hidup.

MAWAR
(Tersenyum) Tuhan tidak akan memberikan tanggungjawab pada hambanya melebihi batas kemampuan hambanya tersebut. Semuanya perlu waktu Rani, dan yang hanya bisa Kita lakukan adalah bersabar.


RANI tersenyum pada MAWAR. HP RANI berdering.

 

RANI
Ya?

YUDHI (O.S.)
Di mana Rani?

RANI
Aku di rooftop.

YUDHI (O.S.)
Ohh segera ke ruang keluarga. Kita akan membahas harta warisan karena Ayah dan Adhi sudah meninggal.

RANI
Harus secepat inikah?

 

YUDHI mematikan panggilan.

 

Rani
Dasar mereka semua mata keranjang! Mmm Mawar sepertinya Kami akan membahas mengenai harta warisan dahulu di ruang keluarga. Jadi Aku akan meninggalkanmu sendirian dulu. Maaf tapi jika Kau ingin istirahat duluan juga tidak apa-apa.

Mawar
Ohiya. Baik-baik akan Aku kabarkan nanti.

Rani
Oke. Aku pergi ke bawah dulu.


RANI meninggalkan MAWAR. MAWAR memperhatikan HPnya yang terus mencoba menghubungi JACK.


Mawar
Dimana Dia .... (Cemberut menaruh tangannya di dagunya)


CUT TO:

118. INT. RUANG KELUARGA – KONTINU

Semua anggota inti Keluarga Surya sudah di dalam. YUDHI berada di depan sementara yang lainnya mengambil posisi duduk masing-masing.


YUDHI
Yap! Karena Rani sudah ada, Aku akan membacakan teks pidatoku dahulu mengenai harta warisan Ayah Kita!

ANI
Mengapa Kalian buru-buru sekali?!

RERE
Yaa bisakah nanti-nanti saja? Aku baru saja ingin merebahkan badanku.

FRANS
Menurutku lebih cepat lebih baik. Jadi lanjutkan saja Kak Yudhi.


RAFI menatap ke arah FRANS dengan intens.


YUDHI
Ini tidak memakan waktu lama, sebentar saja. Rencananya ahli waris akan mengurusnya esok. Namun, Aku akan menjelaskan secara singkat saja bagaimana pembagian pengaturan harta warisan Kita.


YUDHI membuka selembar kertas dari kantongnya dan membacakannya.


YUDHI (cont’d)
Baiklah semuanya. Dengan kepergian Kakak Kita tercinta Adhi, dan langsung disusul oleh Ayahanda. Makadari itu berdasarkan pengaturan harta warisan yang terakhir ...,


YUDHI menyimpan lagi kertasnya.


RANI
(Berbicara jengkel dengan ANI) HUH buat apa dia membuka kertas itu?

YUDHI
Aku ingin sekalian menginfokan pada Kalian semua, bahwa Akulah yang memegang kuasa pembagian harta warisan jikalau Ayah dan Adhi telah tiada.

FATMA
Ya secara tertulis memang seperti itu Yudhi. Namun, keputusan itu tetap ada di tangan Kita Semua. Kau tidak semestinya menyimpulkan seperti itu.

YUDHI
Tidak-tidak. Bukan begitu Fatma. Kuasa tertinggi saat ini ada di diriku. Selebihnya akan Kita bahas dengan ahli waris besok setelah pemakaman Ayah dan Adhi.

RANI
Haruskah benar-benar besok?

FATMA
Ya Kalian ini benar-benar haus akan harta! (Fatma berdiri dari posisi duduknya) Lebih baik Kalian kembali ke kamar masing-masing selagi kepolisian ataupun Detektif Jack mencari siapa pembunuh Adhi di antara Kalian semua!


RANI dan RERE ikut berdiri. RAFI tetap memantau gerak-gerik FRANS.

 

FRANS
Jangan munafik Fatma! Pasti Kau juga mau harta warisan tersebut secepatnya dibagikankan? Aku sih jujur saja menunggu pembagian yang fair juga.


Emosi FATMA hampir terpancing lagi oleh FRANS.


Yudhi
Sudah-sudah. Kan tadi Aku bilang hanya ingin membahasnya secara cepat saja dan tidak terlalu detil. Untuk detilnya besok saja dengan ahli waris. Yasudah Kalian istirahat lagi saja dahulu.

 

RANI, RERE, FATMA, dan YUDHI hendak berjalan keluar ruang keluarga.


RAFI
TUNGGU! Semuanya tetap di ruangan ini. Ada hal yang ingin Aku bicarakan juga.

RERE
Apalagi Rafi? Aku mengantuk dan ingin lanjut tidur!

RAFI
Entahlah. Aku merasa keluarga besar ini hancur berantakan sejak ANI ...,(terpotong).


CUT TO:

119. INT. RUANG TENGAH – KONTINU

MAWAR duduk, menunggu RANI.


CUT TO:

120. INT. RUANG KELUARGA – KONTINU

 

RAFI (cont’d)
Seandainya saja saat itu Kita tidak mendengarkan Adhi dan juga Kau Ani .... (Pada Ani) Lalu kalau sudah seperti ini? Rencana apa lagi yang akan Kau lakukan ke depannya?!


ANI menunduk kaku dan sedih. FATMA merangkul ANI.


FATMA
Aku juga merasakan hal itu Kak tetapi yang lalu biarlah berlalu. Kita seharusnya menguatkan satu sama lain di masa-masa krisis seperti ini!

RAFI
Kalian semua, Kalian semua omong kosong!

 

Semua heran. RAFI mulai meninggikan nada suaranya.

 

RAFI (cont’d)
OMONG KOSONG TENTANG SALING MENGUATKAN!

 

CUT TO:

121. INT. RUANG TENGAH – KONTINU

MAWAR mendengar teriakan RAFI.


RAFI (cont’d)(O.S.)
PERSETAN SALING MENGUATKAN!


CUT TO:

122. INT. RUANG KELUARGA – KONTINU

 

RAFI (cont’d)
Aku tahu, Kalian semua hanya memasang topeng Kalian masing-masing itu di depankukan?

RERE
Apa maksudmu?

 

RAFI mendekat ke FRANS, menggenggam kerah baju FRANS dengan kuat, mendorong FRANS ke arah tembok.


RAFI
(Kepada semua orang kecuali Frans) Kalian semua mencoba menutupi hubungan belakang Elena dan jalang ini!

FRANS
APA YANG KAU LAKUKAN?

RAFI
Adhi mengetahuinyakan? (Kepada Frans) Kau jangan berani-berani mendekati Istriku lagi pengecut! Lawan Aku sekarang juga!

FRANS
LEPASKAN!!!

RAFI
Kau kan yang membunuh Adhi supaya Adhi tidak membocorkan hubungan belakangmu dengan Istriku?! Mengakulah Frans!

 

RAFI hendak meninju FRANS tetapi PARA WANITA mencoba melerai, FRANS menghindar, menjauh dari RAFI.


ANI
Apa yang barusan Kau katakan Rafi? Kami semua tidak mengerti!

RAFI
Jalang ini bermain belakang dengan Elena dan Adhi mengetahuinya. Laras membocorkannya padaku.


CUT TO:

123. INT. RUANG TENGAH – KONTINU

MAWAR berdiri penasaran, meninggalkan ruang tengah, menuju ruang keluarga.


CUT TO:

124. INT. RUANG KELUARGA – KONTINU

Semuanya memasang muka heran.

 

RANI
Laras??? Laras memberitahumu hal itu?


RANI kesal. ANI menundukkan mukanya. RAFI masih emosi, menggertakkan gigi-giginya, merapihkan kerah bajunya.


RANI (cont’d)
Kurang ajar! Dimana si penyebar gosip itu? Aku harus mendenggar penjelasannya langsung dari Dia.

 

RANI berjalan cepat meninggalkan ruang keluarga.


CUT TO:

125. INT. DEPAN RUANG KELUARGA – KONTINU

RANI bertemu MAWAR.


RANI
Hey Mawar! Kau belum istirahat ternyata?

MAWAR
Ya Aku baru saja turun dari rooftop tadi.

RANI
Owh baiklah kalau begitu, temani Aku dahulu untuk mencari Laras!


RANI menarik lengan MAWAR.


CUT TO:

126. INT. RUANG KELUARGA – KONTINU

 

FATMA
Aku rasa Aku setuju dengan Kak Rafi kalau Franslah yang membunuh Adhi.

FRANS
Tutup mulutmu babi gendut!

RERE
Hmm menarik. Frans yang gila dan liar tidak akan kehabisan akal untuk membungkam semua orang yang menghalangi jalannya. Aku pikir, Frans memang mempunyai keberanian untuk membunuh Kakaknya sendiri di antara Kita-kita.

FRANS
Ahahaha barisan para wanita yang sakit hati! Kalian sebenarnya senang jugakan dengan kematian Adhi yang selalu mengumpat, mengatakan hal-hal yang tidak semestinya Ia katakan pada adik-adik perempuannya ini, hingga hati Kalian sakit dan bersekongkol untuk membunuhnya! CEPAT KATAKAN SAJA! Katakan saja pada ANI sekarang juga dan lepas topeng Kalian janda tua dan perawan tua!

YUDHI
Tutup mulutmu yang kotor itu Frans! Kau tak seharusnya berbicara seperti itu pada Kakak-kakakmu. Dan, Aku pernah sekali melihatmu berdebat dengan Adhi mengenai harta warisan bukan? Kau mencoba memaksa Adhi untuk menaikan bagian harta warisanmu sendiri. Jangan-jangan Kau membunuh Adhi atas dasar masalah harta warisan juga? Kau semestinya mulai sadar diri untuk membenahi perilakumu itu karena Kita semua, sepertinya satu suara untuk menatapmu sebagai tersangka.

FRANS
Aku tidak menyangka Kalian semua menuduhku seperti ini! (Mata FRANS mulai berkaca-kaca, mukanya memerah) Sialan KALIAN SEMUA! (Pergi keluar).


RAFI hendak mengejar FRANS tetapi ANI menghentikannya.


ANI
Sebentar Rafi. Semuanya tidak seperti yang Kau kira.

 

RAFI berhenti, menatap ANI dengan tajam. Yang lainnya memperhatikan.


ANI (cont’d)
Adhi menyembunyikannya dahulu darimu karena Ia ingin mencoba membereskan masalah itu dengan tangannya sendiri.

RAFI
Adhi benar-benar mengatahuinya?

ANI
Ya. Laras mengatakan hal yang sebenarnya. Adhi tahu cinta Frans lebih besar pada Elena dibanding cintamu kepada Istrimu sendiri. Namun, karena Adhi adalah orang yang logis, menurutnya saat itu Elena memang lebih baik dan cocok jika disandingkan denganmu dibanding Frans.

RERE
(Pada Fatma) Mengapa Kita baru tahu permasalahan ini?

FATMA
(Heran) Aku juga tidak tahu Kak

ANI
Adhi membuat keputusan berat itu setelah berpikir keras. Namun, Frans tetap bersikeras mengejar Elena, meskipun, Kau tahu, Elena adalah wanita baik-baik dan istri yang setia. Jadi, Adhi berusaha membereskan masalah yang Ia buat sendiri itu tanpa mau melibatkan dan memberatkanmu sedikitpun Rafi.


RAFI berdiam, menundukkan kepalanya.


ANI (cont’d)
Tetapi yang terjadi sudahlah terjadi. Kau hanya perlu percaya pada Istrimu Elena, Rafi.


RAFI mengumpulkan pikirannya lagi.


RAFI
KEMANA PERGINYA FRANS JALANG ITU!


RAFI pergi meninggalkan ruang keluarga.


CUT TO:

127. INT. PERPUSTAKAAN RUMAH – MALAM

Terlihat buah apel segar berwarna merah terang sedang di potong kulitnya menggunakan pisau tajam berukuran sedang oleh ELENA. ELENA duduk di kursi dekat pintu ruang perpustakaan lantai dua rumah yang setengah terbuka. Setelah memotong kulit apel itu, ELENA menaruh pisau dan apel di atas meja. ELENA terlihat gelisah, kakinya Ia getarkan berulang kali. ELENA memandang ke langit-langit ruang perpustakaan, sedih, menarik napas panjang. Setetes air mata ELENA turun di pipinya, ELENA buru-buru menghapusnya. Terdengar suara langkah kaki yang cepat juga berat. Terlihat tangan seseorang membuka gagang pintu ruang perpustakaan yang setengah terbuka.


CUT TO:

128. INT. LORONG KAMAR LANTAI DUA – MALAM

RANI dan MAWAR mengecek kamar LARAS. RANI mencoba membuka gagang pintu kamar LARAS tetapi terkunci.


RANI
Di dapur tidak ada, di teras juga tidak ada. Laras juga tidak ada di kamarnya!

MAWAR
Jadi Laras membocorkan mengenai hubungan belakang Elena dan Frans pada Rafi?

RANI
Ya! Tapi kemana perginya Dia?

MAWAR
Mmm sejujurnya Aku sudah mengetahuinya lebih dulu di malam pertama kali Jack datang. Laras memberitahukan hal tersebut padaku dan Jack untuk proses penyelidikan.

RANI
Oh ya?! Jangan percaya apa yang dikatakannya! Ia selalu saja berusaha untuk membuat konflik di keluarga ini!


LARAS muncul dari ujung lorong kamar lantai dua, RANI dan MAWAR melihatnya. RANI berjalan cepat ke arahnya. Tiba-tiba, terdengar suara teriakan PEREMPUAN dari ruang perpustakaan. RANI, MAWAR, dan LARAS bertatap-tatapan heran, langsung berlari ke sumber suara.


CUT TO:

129. INT. PERPUSTAKAAN RUMAH – KONTINU

RANI, MAWAR, LARAS syok melihat FRANS yang tergeletak tidak berdaya dengan pisau menancap cukup dalam tepat di jantung FRANS. Perlahan darah merah mengucur keluar dari dada kiri FRANS. FRANS meninggal di tempat. ELENA duduk terdiam kaku di lantai. RANI mendekat ke ELENA, merangkul ELENA sekuat mungkin. LARAS dan MAWAR terdiam berdiri.

 

CUT TO:

130. EXT. TERAS DEPAN - MALAM

Terdengar suara ambulans, terparkir di pekarangan depan. PARA PERAWAT keluar dari ambulans membawa tandu dan peralatan perlengkapan lainnya.

 

CUT TO:

131. INT. PERPUSTAKAAN RUMAH – KONTINU

Mayat FRANS digotong oleh PERAWAT dengan kain tertutup di atasnya. Semua orang sudah berada di perpustakaan lantai dua rumah. POLISI langsung memasang garis polisi dan menjadikan ruang perpustakaan Tempat Kejadian Perkara (TKP).

 

RANI
BENARKAH RAFI YANG MELAKUKANNYA? (menangis semakin menjadi) AKU TIDAK PERCAYA!


ANI, RERE, dan FATMA berpelukan, menangis. YUDHI hanya menggaruk-garuk pipinya.


YUDHI
Lalu di mana Dia?

LARAS
Aku sempat berpapasan dengannya sesaat sebelum bertemu Mawar dan Rani. Pak Rafi langsung bergegas kabur melewatiku.


PRAS dan HENDRA juga berada di TKP.


ANI
CATAT ITU POLISI! KALIAN HARUS CEPAT MENEMUKAN RAFI!

PRAS
Kami akan berusaha semaksimal mungkin Bu!

HENDRA
(Berbisik pada PRAS) Lalu bagaimana dengan Detektif Jack. Apakah sudah ada kabar darinya?


MAWAR yang berada dekat dengan PRAS dan HENDRA mendengar nama JACK disebutkan, mendekat ke PRAS dan HENDRA. RANI mengekor di belakang MAWAR.


MAWAR
Permisi, maaf sepertinya Aku mendengar Kalian menyebut nama Jack. Apakah Kalian tahu mengenai keberadaannya? Ia menghilang setelah Kami pulang dari rumah sakit.

PRAS
(Kikuk) Mmm Kami juga berusaha mencarinya tetapi belum ada kabar lebih lanjut darinya. Serahkan saja pada pihak kepolisian Nona.

RANI
LALU DIBAWA KEMANA KAK ELENA JUGA TADI?
 
HENDRA
ELENA masih sangat syok dan sudah ditangani oleh tim psikiater. Saat kondisinya sudah mulai stabil, Kami akan menanyakan duduk kejadian perkara sebenarnya di ruang perpustakaan ini. Mohon bersabar Nona.

RANI
AKU TIDAK TAHAN! BIARKAN AKU BICARA PADA ELENA JUGA! (Rani kemudian memegang kepalanya yang mulai pusing) ADUH!

MAWAR
Kau butuh istirahat sejenak untuk menurunkan rasa syok.

RANI
(Merasa sedih kembali) Entahlah Mawar. Pertama Adhi. Lalu Ayah. Kemudian Frans.

 

RANI linglung dari posisi berdirinya. MAWAR langsung membopongnya.


MAWAR
Lebih Kau istirahat dahulu di kamar. Aku akan mengantarkanmu ke kamarmu dan membuatkanmu teh hangat.


MAWAR membantu RANI menuju kamarnya. RANI berjalan tergopoh-gopoh.

 

CUT TO:

132. INT. KAMAR RANI – MALAM

RANI duduk di atas kasurnya, menangis terisak-isak. MAWAR masuk membawakan teh di atas nampan. MAWAR menaruh nampan di meja, mengambil suatu bungkusan putih di sakunya. MAWAR merobek bungkusan putih itu, menabur isinya berupa serbuk putih ke teh tadi. RANI sudah mulai berhenti menangis. MAWAR menghadap ke kamera dan menatap penonton dengan mata yang memicing.


MAWAR
Jangan bilang Kalian mencurigaiku sebagai pelakunya? Ahaha SSSTTT! Aku bukan pelakunya! Bubuk tadi hanyalah obat penenang yang biasa Aku bawa ditasku sebagai psikolog.


MAWAR berjalan menuju RANI membawakan teh.

 

MAWAR
Ini Rani, minumlah dahulu. Dua hari belakangan ini sangat berat bagimu.

RANI
Terimakasih Mawar.

 

RANI meminum teh.

 

RANI
Aku rasa Aku sudah tidak tahan lagi! Siapa pelakunya? Apakah kematian Ayah merupakan suatu kebetulan belaka? Dan mengapa Rafi tega membunuh Frans juga?

MAWAR
Bersabarlah. Aku yakin pasti Jack mempunyai jawabannya tetapi panggilanku masih belum dijawab olehnya.

RANI
(Berpikir dan menatap Mawar dengan fokus) Kau tahu Mawar, Jack terlihat terakhir kali dengan Rafikan? Saat Kita semua berada di rumah sakit?

MAWAR
Iya. Kau mendengarnya sendiri dari Kakakmu tadi.

RANI
Aku berpikir (Jeda) atau jangan-jangan Rafilah dalang dari semua ini?


MAWAR memasang ekspresi bingung.


CUT TO:

133. INT. RUANG MAKAN UTAMA – MALAM (FLASHBACK)

RAFI memantau dari jendela luar, ADHI sedang duduk di kursinya untuk makan malam.

 

RANI (V.O.)
Rafi berbohong mengenai alibinya yang sedang jalan-jalan sore dengan keluarganya. Padahal sebenarnya Ia merencanakan pembunuhan Adhi ini.

 

CUT TO:

134. INT. SETAPAK TANAH KOSONG BELAKANG DAPUR – MALAM (FLASHBACK)

RERE melalui jendela kamarnya melihat FRANS duduk merokok di balik semak-semak setapak tanah kosong belakang dapur. RAFI ternyata berada juga di setapak tanah kosong belakang dapur. RAFI dan FRANS tidak saling melihat.

 

RANI (V.O.)
Rafi sudah menunggu di tanah setapak belakang dapur.

 

Setelah menyeduh semua minuman, LARAS mengumpulkan semua bawahannya di area utama dapur, meninggalkan minuman pembuka. RAFI masuk dengan cepat menaburkan sianida di cangkir ADHI dan kabur dengan cepat juga.

 

RANI (V.O.)
Di saat Laras meninggalkan sejenak minuman pembuka tersebut, Rafi mengambil kesempatan itu untuk mencelupkan sianida tersebut di cangkir Adhi.

 

FRANS melihat semua tindakan RAFI tersebut. FRANS curiga, mendekat ke arah pintu belakang dapur, melihat ke dalam sudah terdapat FATMA.


RANI (V.O.)
Namun, Frans sempat melihat Rafi. Franspun menawarkan untuk menutup mulutnya dengan memeras Rafi.


CUT TO:

135. INT. KAMAR RANI – MALAM (PRESENT)

 

MAWAR
Memeras?

RANI
Iya! Mungkin Frans meminta sebagaian besar harta warisan bagian Rafi, atau bisa juga tentang cinta segitiga mereka dengan Elena. Kau melihat Elena jugakan saat Kita tadi mencari Jack dan bertemu Rafi di kamarnya?

MAWAR
Iya. Elena terlihat sangat sedih.

RANI
Sepertinya mereka sehabis membicarakan suatu hal yang sangat penting! Kemudian Rafi menanyakan keberadaan Frans pada Kita. Aku pikir saat itulah Elena dan Rafi memutuskan untuk melanjutkan rencana mereka.


CUT TO:

136. INT. KAMAR RAFI – MALAM (FLASHBACK)

 

RAFI
Ada hal yang ingin Aku bicarakan denganmu. Sebenarnya Akulah yang telah menaruh sianida itu di cangkir Adhi.

ELENA
Apa yang Kau bicarakan?

Rafi
Akulah pelakunya!

Elana
Kau bergurau Mas???

Rafi
Aku berbicara sejujurnya. Namun, Frans telah memergokiku saat Aku menaruh sianida tersebut. Dan sekarang Ia memerasku dengan berbagai banyak hal. Harta warisan, bahkan pernikahan Kita ini.


ELENA duduk lemas di kasur tidak percaya dan mulai menangis.

 

ELENA
Hah! Pantas saja saat sore sebelum tragedi, Kau sempat menghilang Mas! Kau berbohong dan berkata bahwa sedang jalan sore bersamaku dan Rifal. Padahal hanya Aku dan Rifal saja. Ternyata ... (Menghapus air matanya)
 
Rafi
Maafkan Aku. Tapi Aku memerlukan bantuanmu untuk membungkam Frans, Elena. Aku selalu mengetahui bahwa Frans selalu mengejarmu setiap saat. Namun, untuk kali ini tolong bantu Aku untuk menyelamatkan pernikahan Kita ini Elena.


ELENA menatap RAFI dengan penuh perasaan, RAFI membalas tatapan ELENA dengan penuh harapan.


RANI (V.O.)
Rafi yang terpojok terpaksa membuat rencana dengan Elena untuk menyingkirkan Frans. Elena akan melakukan apa saja karena Ia benar-benar setia dan mencintai Rafi sepenuh hati.


CUT TO:

137. INT. KAMAR RANI – MALAM (PRESENT)

 

RANI
Dan, terjadilah kejadian di perpustakaan tadi. Merekapun berhasil menjalankan rencana yang sangat berisiko itu. Elena kemudian bisa saja memalsukan kesaksiannya bahwa Franslah yang menyerang Rafi dahulu dan Rafi hanya berusaha melindungi dirinya.

MAWAR
(Menatap Rani penuh keheranan) Sebentar-sebentar Rani. Atas dasar motif apa Rafi membunuh Adhi?

RANI
(Menghelas napas) Aku melihat Kakakku Rafi tidak bahagia atas pernikahannya. Rafi merasa keputusan Adhi yang telah menjodohkannya dengan Elena telah merusak sisa hidupnya, padahal Elena benar-benar mencintai Rafi dengan tulus, tetapi tidak dengan Rafi pada Elena.

 

RANI merebahkan badannya di kasur. MAWAR kembali berbicara pada penonton.


MAWAR
(Menganggukkan kepala) Penjelasan nya sangat menarik. Tapi, aku tidak memberikannya obat yang salahkan?


RANI bangun duduk dengan cepat.


RANI
Jadi Jack terakhir kali bersama dengan Rafikan? Aku takut apa jangan-jangan,
 
MAWAR
Jack sudah menemukan bahwa Rafilah pelakunya dan saat Jack menjelaskan semuanya pada Rafi, Rafi lalu .... Tidak tidak tidak!

 

MAWAR berdiri dan berjalan bolak balik dengan cepat.

 

MAWAR
Jangan-jangan Jack telah disekap. Atau Dia di kunci di ruangan tersembunyi di rumah ini?
 
RANI
Tidak ada ruang seperti itu di rumah ini!
 
MAWAR
Atau Dia telah diculik, dibawa ke suatu tempat.
 
RANI
Jangan berpikiran yang aneh-aneh!
 
MAWAR
Atau Jack telah DIBUNUH JUGA?! AAAAA!!!

 

MAWAR dan RANI panik. Namun, tiba-tiba HP MAWAR yang tergeletak di atas kasur bergetar dan berbunyi. MAWAR mengambil HPnya, melihat panggilan dari JACK. MAWAR mengangkatnya dengan semangat.


 MAWAR
JACKKK!!! KEMANA SAJA KAU! AKHIRNYA. AKU SUDAH MENGKHAWATIRKANMU!

JACK (O.S.)
Maafkan Aku. Kudengar dari berita keadaannya semakin kacau! Aku segara ke sana dan akan mengungkapkan semuanya! Tolong kumpulkan seluruh anggota Keluarga Surya di ruang yang dipakai polisi untuk wawancara juga. Aku mengandalkanmu Mawar! Terima kasih!


TEEETTT! Suara telepon dari JACK terputus. Ekspresi MAWAR sangat bahagia dan senang. RANI juga tersenyum.


RANI
Syukurlah Mawar!
Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar