WHEN WE TALK WHAT A LOVE IS
Daftar Bagian
1. Bagian 1
1. INT. RUSUNAWA UNIT RAKO/KAMAR MANDI - EARLY
2. Bagian 2
4. E/I. RUSUNAWA /LIFT AFTERNOON - INTERCUT 4
3. Bagian 3
6. INT. RUSUNAWA UNIT RAKO/RUANG MAKAN - MID N
4. Bagian 4
8. INT. KANTOR KERTAS PUTIH KREATIF RUANG RAPA
5. Bagian 5
12. INT. RUMAH VERA RUANG MAKAN - EVENING 12
6. Bagian 6
16. INT. RUSUNAWA/UNIT RAKO KAMAR MANDI - NIGH
7. Bagian 7
20. INT. WARTEG DAY 20Hari begitu panas. War
8. Bagian 8
23. EXT. DEPAN RUSUN/INT. BALKON LANTAI 10 INT
9. Bagian 9
28. INT. RUSUNAWA UNIT RAKO - NIGHT 28OMITTE
10. Bagian 10
32. INT. RUSUNAWA UNIT RAKO - DAY 32Rako dud
11. Bagian 11
38. INT. RUSUNAWA - UNIT RAKO KAMAR MANDI - NI
12. Bagian 12
41. INT. RUSUNAWA - UNIT RAKO KAMAR RAKO - NIG
13. Bagian 13
47. INT. BANGUNAN KOSONG DAY 47OMITTED48. IN
14. Bagian 14
53. INT. RUSUNAWA - UNIT SEPHIA RUANG MAKAN -
15. Bagian 15
56. I/E. RUSUNAWA/LIFT/ROOFTOP INTERCUT - MOME
16. Bagian 16
CUT TO:57. EXT. ROOFTOP CONTINUOUS 57Dika da
17. Bagian 17
63. I/E. RUSUNAWA/ROOFTOP THE NEXT DAY 63OMI
18. Bagian 18
72. E/I. RUSUNAWA EVENING 72OMITTED73. INT.
19. Bagian 19
77. EXT. ROOFTOP NIGHT 77OMITTED78. RUSUNA
20. Bagian 20
84. EXT. JALAN RAYA CONTINUOUS 84OMITTED85. IN
21. Bagian 21
89. INT. RUSUNAWA UNIT SEPHIA - CONTINUOUS 89
22. Bagian 22
95. INT. BUS CONTINUOUS 95Musik sedih mengal
23. Bagian 23
101. EXT. ROOFTOP CONTINUOUS 101Musik slow mul
24. Bagian 24
104. E/I. BUS CONTINUOUS 104Musik sedih meng
25. Bagian 25
112. I/E. WARTEG YUNI THE NEXT DAY (MORNING) 1
26. Bagian 26
119. EXT. RUMAH FAISAL BALKON - NIGHT 119Rak
27. Bagian 27
120. E/I. DEPAN RUMAH FAISAL/MOBIL THE NEXT DA
28. Bagian 28
127. UNIT SEPHIA CONTINUOUS 127Kipas angin m
11. Bagian 11
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

38. INT. RUSUNAWA - UNIT RAKO — KAMAR MANDI - NIGHT 38

 

Musik sedih mengalun. Suasana kamar Rako temaram. Dia tidak menyalakan lampu.

 

Rako duduk di tempat tidur. Menyandar ke dinding.

 

Rako membuka handphone. Membuka aplikasi lowongan kerja.


 39. INT. RUSUNAWA - LIFT/LANTAI DASAR — THE NEXT DAY (MORNING) 39

 

Rako sengaja berdiri paling belakang agak rapat ke dinding. Ia menggigiti kuku. Di dalam lift ada tiga orang lain. Ada karyawan kantoran. Ada anak sekolah. Ada juga seorang Perawat Perempuan.

 

Lift berhenti. Pintu membuka. Sephia masuk dituntun seorang bocah laki-laki 10 tahun, DIKA, adik bungsunya.

 

Rako sontak melepas tangannya dari mulut. Dia kaget melihat Sephia.

 

Sementara Sephia merasakan pandangan Rako padanya. Dia membaui aroma parfum Rako.

 

Pintu lift menutup. Lift kembali bergerak.

 

Lift berhenti. Pintu membuka. Orang-orang keluar.

 

Rako keluar paling akhir. Ia ragu hendak menyapa Sephia atau tidak. Ia pun sengaja berjalan mendahului Sephia.

 

Tiba-tiba---

 

SEPHIA

(ke Rako)

Selamat pagi.

 

Rako seketika berhenti. Ia menelan ludahnya. Kaget karena Sephia tahu keberadaannya.

 

Rako berbalik. Ia menatap Sephia. Lalu ke Dika. Dika menatapnya penasaran.

 

Sephia tersenyum. Ia dan Dika berhenti.

 

DIKA

(Ke Sephia)

Kakak kenal sama kakak ini?

 

Sephia menganggukkan kepala.

 

DIKA (CONT’D)

(Sambil menatap Rako penuh tanya)

Udah lama kenalnya?

 

Rako menatap bocah tengil itu.

 

RAKO

Belum.

 

Dika menoleh ke Sephia.

 

Sephia merasakan tatapan adiknya. Ia pun menganggukkan kepala.

 

DIKA

(Menghela napas lega)

Nggak masalah. (Ke Rako) Intinya aku bisa nitip Kak Vi ke Kakak, kan?

 

Rako terkesiap. Ia ingin menolak. Tapi---

 

DIKA (CONT’D)

Tenang aja. Kak Vi cuman mau beli bubur ayam aja kok di depan. Nanti Kakak tolong Kak Vi naik lift lagi. Ke Lantai 4. Udah itu aja. Aku ada ulangan soalnya. Jadi nggak boleh telat.

 

Rako menaikkan alisnya pasrah.

 

Sedangkan Sephia tersenyum-senyum.

 

Dika menarik tangan Sephia dan salim.

 

DIKA (CONT’D)

Aku berangkat. Assalamu’alaikum!

 

SEPHIA & RAKO

Waalaikumsalam.

 

Dika berlari-lari menuju ke luar.

 

Rako terus memandangi Dika sembari akhirnya tersenyum.

 

Setelah beberapa langkah, Dika berbalik dan mendekat ke Rako.

 

Rako menatap Dika bingung.

 

DIKA

(Ke Rako)

Lupa.

 

Dika menarik tangan Rako dan salim.

 

DIKA (CONT’D)

Nama aku Dika. Umurku 10 tahun. Baru kelas 4.

 

Rako menahan tawa. Ia menyukai kepolosan Dika.

 

RAKO

Kakak Rako.

 

Dika tersenyum.

 

DIKA

Nanti Kak Rako jangan lupa anterin Kak Vi!

 

Rako menganggukkan kepala. Dika berlari pergi.

 

LATER

 

Sephia dan Rako kembali berjalan. Mereka bersisian.

 

SEPHIA

Adik saya ngeselin, ya?

 

Rako tertawa kecil.

 

RAKO

Kalau saya bilang “nggak”, ketahuan peureus nya banget, kan?

 

Rako dan Sephia tertawa.

 

SEPHIA

Tapi kamu nggak perlu kok nurutin maunya adik saya? Kamu mau berangkat kerja, kan?

 

Rako tersenyum masam. Sephia merasakan kegetiran itu.

 

RAKO

Nggak juga. Saya kerja di rumah soalnya.

 

SEPHIA

Trading?

 

Rako menghela napas. Ia tak nyaman berbohong.

 

RAKO

Semacam itulah.
(Beat)
By the way, hari ini kamu ngajar lagi?

 

Sephia menganggukkan kepalanya antusias. Ia menoleh Rako.

 

Rako tertegun menatap mata Sephia. Ia menangkap keindahan yang luar biasa.

 

SEPHIA

Kamu tertarik buat belajar?

 

Rako tertawa kecil.

 

RAKO

Sebenernya enggak. Tapi kerjaan saya hari ini nggak banyak. Jadi saya pastiin ntar datang pas kamu ngajar.

 

Sephia tersenyum semringah.

 

RAKO (CONT’D)

Di tempat yang biasa, kan?

 

Sephia menganggukkan kepalanya antusias.

 

SEPHIA

Dan jam sembilan tepat.

 

RAKO

Oke.

 

Sephia mengulurkan tangan.

 

Rako bingung. Beberapa detik ia menatap tangan Sephia. Lalu ke wajahnya yang menunggu penuh harap.

 

Rako mengambil tangan Sephia. Mereka pun bersalaman.

 

Sephia tertawa kecil. Rako merasakan kebahagiaan Sephia hingga dadanya terasa hangat.


40. EXT. ROOFTOP RUSUNAWA — MOMENTS LATER 40

 

Musik lembut mengalun.

 

Rako, Sephia, dan tiga anak yang terdiri dari dua Laki-laki 12 tahun dan satu anak Perempuan 13 tahun duduk lesehan dengan posisi melingkar.

 

Sephia memegang sebuah gitar. Sementara tiga anak muridnya itu memegang sebuah replika gitar yang dibuat dengan alat seadanya. Yakni sebuah lempengan papan sepanjang 50 x 10 cm. Pada lempengan itu dipasangi senar sebanyak enam baris dalam posisi memanjang sepanjang papan.

 

Tanpa suara kita akan melihat Sephia fokus mengajar. Sementara tiga orang muridnya fokus menyimak.

 

Rako duduk menggambar di Ipad.

 

Rako menggambar Sephia dan ketiga muridnya.

 

LATER

 

Time lapse.

 

Sesi mengajar Sephia sudah selesai.

 

Sekarang kita akan melihat Rako dan Sephia duduk bersisian.

 

Pose Sephia bersila.

 

Sedangkan Rako menyelonjorkan kedua kaki. Kedua tangan menyangga tubuh di belakang punggungnya.

 

RAKO

Jadi kamu ngajar tiap hari? Murid-murid kamu, semuanya nggak sekolah?

 

SEPHIA

Ya. Saya ngajar tiap hari. Jamnya juga enggak pernah berubah. Jam-jam sebelum anak-anak itu pergi ngamen.

 

Rako merasa menyesal.

 

RAKO

(Nyaris tak terdengar)
Sori.

 

Sephia menganggukkan kepala sembari tersenyum.

 

SEPHIA

Mereka semua putus sekolah.
(Beat)
Yang perempuan namanya Dini. Dua kali tinggal kelas bikin dia takut sekolah. Di sekolah, dia juga enggak berhenti jadi bahan ejekan gara-gara baru bisa baca pas kelas tiga. Itu juga nggak lancar-lancar amat.

 

Rako diam.

 

SEPHIA (CONT’D)

Tapi suaranya bagus. Makanya pengen jadi penyanyi.

 

Rako tersenyum kecil.

 

SEPHIA (CONT’D)

Kalau yang namanya Boni, dia jadi malas sekolah gara-gara langgangan nunggak bayar SPP. Bapaknya dipenjara. Baru keluar empat tahunan lagi.

 

Rako menatap Sephia lekat.

 

SEPHIA (CONT’D)

Gilang. Dia sebetulnya pinter. Kata Boni dapat rangking terus di sekolah.
(Beat)
Tapi pas ulangan, gurunya bilang dia nyontek. Terus jadi bahan bully.
(Beat)
Dia sendiri bilang, berenti sekolah udah paling bener.

 

Sephia tersenyum sarkas.

 

Rako menghela napas.

 

RAKO

Mereka semua tinggal di sini?

 

SEPHIA

Boni sama Dini iya. Gilang enggak. Kamu nggak kenal Dini sama Boni?

 

Rako tersenyum sarkas ke dirinya sendiri.

 

RAKO

Saya nggak kenal banyak orang.

 

Sephia tersenyum. Dia paham penjelasan Rako.

 

RAKO (CONT’D)

Terus, alat yang tadi mereka pake buat belajar. Mereka bikin sendiri?

 

Sephia menganggukkan kepala.

 

SEPHIA

Saya hanya punya satu gitar. Jadi saya suruh mereka bikin alat peraga sederhana. Buat ngamen sendiri, mereka ngaku, kadang sewa kadang juga pakai kecrekan sambil terus nabung buat beli gitar.

 

Sephia menoleh.

 

Sephia dan Rako bertatapan.

 

Tetapi pandangan Sephia kosong.

 

Rako tertegun. Ia pun merasa grogi.

 

SEPHIA (CONT’D)

Kamu juga bikin dong, kalau beneran serius mau belajar.

 

Rako tertawa kecil.

 

Sephia menyusul tertawa.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar