The Crazy Headmaster
1. Bagian tanpa judul #1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

BAB 1. SIdang Hari ini


Aku berdandan dengan begitu gantengnya, meskipun orang bilang walau aku ganteng, tapi aku memiliki style seperti jamet. Rambut macam landak, kacamata hitam sambil menikmati permen bertangkai yang kalau diukur setara dengan segelas susu. Aku menatap langit biru yang indah, meskipun ada awan yang menghiasi, tapi aku tetap santai meskipun sebenarnya, ini adalah sesuatu hari yang sangat menegangkan. Bagaimana tidak? Aku seperti seorang murid yang menunggu hasil ujian kelulusan. Apakah nomorku bakal keluar,atau tidak. Aku melihat para wartawan yang sedari tadi duduk, sambil berkipas, memperbaiki make-up, meliput, mewawancarai, bahkan mengabarkan kondisi terkini, yang akan terjadi pada hari ini kepada narasumber yang mereka dapatkan. Ku lihat awak media massa melakukan aktivitasnya. Tapi tak ada seorangpun yang mewawancaraiku

Sarla:
"<Tegak pinggang>, yang menyelesaikan kasus siapa? Yang diwawancarai siapa(Bicara sendiri). Sungguh mengherankan"
"Makanya, penampilan itu jangan kaya jamet"

Sarla:
"(Aku menoleh) (lalu menatap lesu)"
Rupanya itu Banyu, sahabatku yang datang dengan penampilan super-duper resmi sekali.
Banyu:
"(Lihat dari atas sampai bawah lalu geleng-geleng kepala)"
Sarla:

"Kenapa? Gantengkan? Mana ada jamet yang ganteng seperti I,you know?<Percaya diri> Cowok ganteng kaya cogan-cogan anime"

Banyu menatapku seperti kehabisan kata-kata. Dia tau, kalau poster dirumahku yang terpampang dengan jelas, itu adalah poster Samurai X. Sampai gaya rambutku, sebenarnya sudah kena tegur oleh pihak kepolisian. Akan tetapi, karena aku sudah berhasil menangkap puluhan tersangka kelas kakap, aku mendapat gelar yaitu si rambut bulu landak. Makanya, polisi menyarankan jangan rambutnya di potong, biar ada seninya.

Banyu:
" Masalahnya, kita ini sedang menunggu sidang. Bukan merayakan pesta bunkasai( sedikit emosi). Masih sempat-sempatnya cosplay di moment penting seperti ini"
Sarla:
"Masalahnya (mencoba menenangkan), masalahnya kemarin saya udah minta konfirmasi buat potong rambut. Tapi gak boleh sama atasan"
Banyu:
"<melipat kedua tangannya>, kok gak boleh? Gak masuk akal banget. Ini pasti akal-akalan doang. Biar gak mau potong rambut"

Andaikan dia tau, berapa kali aku meminta konfirmasi buat merapikan rambutku, pasti jawabannya jangan dipotong, biar orang tau kalau adalah polisi kebanggaan republik Indonesia. Jadi polisi sekaligus cosplay Jojo Bizare Adventure. Aku mau juga memiliki gaya rambut yang keren, minimal kaya oppa-oppa Korea jadilah.

Sarla:

"(Menatap dengan wajah datar). Enak jadi kamu, saya gak akan boleh potong rambut. Nanti habis ini kamu, yang gak akan bisa potong rambut, kalau kita menang dalam sidang ini"


Mendengar itu Banyu seperti tidak salah dengar dengan apa yang aku katakan. Ia kemudian memegang kepalanya, yang baru saja ia cukup dengan gaya rambut model two block. Ia akan tambah panik.

Banyu:

"Ia kah? (Panik), aduh kalau gak rapi ketampanan ku yang mutakhir ini, akan lenyap. Dan para cewek tidak akan terpikat pada pesonaku yang gagah macam Suga BTS( Mulai narsis)"

Sarla:

"(Jengkel dengan wajah deepan) Ku lempar kau pakai sendal"

Para wartawan mulai mendekati kami. Kami berdiri didepan pintu utama pintu sidang. Kilatan kamera yang menyambar, membuat kami seperti para selebriti.


Wartawan:
"Apakah anda seorang polisi yang menangani kasus ini?"

Sarla:
"Ia betul. (Mengeluarkan kacamata hitam), kami berdua sebenarnya(menunjuk Banyu)"
Banyu:
"(Mengangguk setuju)"

Wartawan:
"Apa kesulitan anda dalam menyelesaikan kasus ini?"
Banyu:
"Bagian paha saya terkena tembakan pistol. Sementara jamet Konoha (Salah bicara) Eh, maksud saya rekan satu team saya juga terkena libasnya. Bagian tubuhnya ada bekas sayatan"
Wartawan:
"Bagaimana pada saat itu anda bisa tersayat?"
Sarla:

"Saya waktu itu dalam menyelamatkan Banyu. Rekan team kami, ditembak sesama rekan polisi pula. Ada anggota polisi yang berkhianat dan malah bekerja sama dengan salah satu anggota Mafia. Mereka memiliki banyak jaringan. Bahkan kasusnya berhasil ditutupi oleh salah satu anggota dewan"

Wartawan:
"Wartawan? Berarti ada kemungkinan bahwa kasus ini ada campur tangan para pejabat?"
Banyu:
"(Giliran), Sepertinya begitu. Kami tidak tau siapa pejabat itu"

Beberapa saat kemudian, disaat kami dihujam oleh beberapa pertanyaan, pintu pengadilan di buka. Kami berdua kemudian masuk dan disusul oleh para wartawan yang mereka mulai mencari tempat duduk, untuk menjadi saksi mata atas sidang pada hari ini. AKu dan Bayu duduk didepan. Sambil menunggu semuanya mengambil posisi dan suasana untuk tenang, aku menelvon salah satu atasanku yang sangat aku hormati. Namun ada suara yang tidak asing memanggil kami.

"BANYU ... Sarla .."


Kami berdua mencari sumber suara yang memanggil kami. Rupanya ada seorang pria yang mengacungkan tangannya.


Sarla:

"Pak Budi !!!(Melambaikan tangan, memberikan kode) Pak!! Di sini!(agak sedikit teriak, sambil tersenyum)"


Pak Budi:

"(Menghampiri mereka dengan senyum sambil menoleh) Kalian udah berapa datang ke sini? Bapak udah nyari di Parkiran gak ada satupun yang nongol di sana? Capek bapak nungguin, sampai bapak diserang sama wartawan"

Banyu:
"(Menghela nafas) Pak, kita tadi ngeliat wartawan, pada aneh pak. Yang di wawancara siapa yang menyelidik siapa. Anehkan pak?"

Pak Budi:
"Bapak juga tadi, dihadang banyak pertanyaan. Tapi gak apa-apa, sesekali kita jadi selebriti( Menatap Sarla) Loh?(Heran) Kamu gak potong rambut"

Bagaimana aku menjelaskannya? Aku sudah meminta kepada atasan untuk biar rapi. Tapi mereka tidak mengizinkannya.

Sarla:
"(Memasang tampang memelas) Saya gak boleh pak sama atasan kepolisian. Jujur pak (Sambil memegang rambut saya malu ngeliat diri saya di cermin. Tapi pas saya nyamar, rambut saya yang panjang ini menambah eksistensi ketampanan saya"

Mereka berdua terlihat pasrah dan saling menatap satu sama lainnya mendengar curhatan ku. Sementara para wartawan lain, sedang mengarahkan kameranya. Aku mendengar, pintu bagian depat terdobrak begitu keras. Sehingga pandangan orang-orang yang hadir tersita.


Wartawan:
"Itu dia, Arif Kurniawan"

Wartawan:
"Foto-foto!( Sambil membidik gambar)"

Mereka terlihat seperti Triad yang berjalan dengan begitu wah, sangat perlente. Kalau ku taksir harga outfitnya kisaran, 15 ribu dollar. Uang yang dia pakai pastinya adalah uang Haram. Kami bertiga tegak pinggang melihat orang satu ini. Di belakangnya ada seorang selebriti yang menjadi korban sengketa Mafia, yang diiringi dengan pengacara kondang yang ku ketahui bernama Edgar Simamora. Ketika kami berdiri didepannya, dia melihat kami.

Edgar:
"( Ternsenyum)"
Banyu,Sarla,Budi:
"(Kompak membalas senyuman)"
Sarla:
"Saya ingat gimana dia menyelesaikan masalah ini bersama saya, dia bahkan rela mengorbankan nyawanya buat saya. Edgar ini bukan sembarang pengacara"
Banyu:
"Ya iyalah, bukan sembarang pengacara. Wong, dia itu di ancam sama anaknya, kalau sempat Pak Edgar membela anaknya, maka pak Edgar akan di usir dari rumah (Menjelaskan fakta)"

Sarla:
"Oh Dear God,Bagus dia kaya gitu bukan? AKu kalau jadi anaknya Pak Edgar juga begitu"

Semua hadirin di mohon duduk. Mereka sudah mengambil posisi masing-masing. Ada yang mengeluarkan gadget untuk mencatat apa yang sebenarnya terjadi, ada merekam siaran langsung dengan menggunakan ponsel, ada yang membidik gambar, sedangkan kami berperan sebagai orang biasa. Di samping pengacara, ada saksi, yang kalau seandainya mereka melihat rekaan kejadian itu, maka mereka akan disumpah terlebih dahulu. Tapi semua sudah selesai. Sidang kemarin-kemarin rasanya sudah alot.

Hakim:
"(Merapikan pakaiannya), hmm(berdehem). Setelah beberapa kali sidang,12 kali. Dengan mengumpulkan beberapa juri, saksi mata beserta barang bukti, ini adalah kasus tersulit yang di lalui oleh aparat penegak hukum( membenarkan posisi kacamata). Nyawa 2 orang polisi dan pengacara kondang menjadi taruhannya. Ini adalah sidang yang jauh lebih alot daripada sidang paripurna dewan pejabat. "

Benar, ini adalah kasus yang paling menyebalkan yang pernah aku tangani. Bahkan, mereka pintar membolak-balikan fakta, bahkan jabatanku seperti seseorang yang sedang ganti baju, copot pasang-copot pasang.

Hakim:
"Kita tau, bahwa ini merupakan tindak kriminal. Memalsukan dokumen, berpura-pura menjadi agen properti,Pasal 263 KUHP ayat 1 memalsukan dokumen, pasa 263 dengan berpura-pura menjadi agen property dengan kerugian yang ditaksir oleh mencapai 300 Milyar. Dengan ini dinyatakan, bahwa (mengambil palu) saudara Arif Kurniawan terbukti bersalah(ketuk palu 3 kali) dengan penjara 6 tahun, harta aset berdasarkan kesepakatan dikembalikan secara utuh"

Kemudian mereka bersorak bergembira. AKhirnya kerja sama kami berakhir dengan keberhasilan yang tidak disangka-sangka. Si Mafia, dijatuhi hukuman yang setimpal. Semua harta yang dimiliki bakal jadi milik korban.






Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar