Rewind (Script)
7. ACT TWO (Part 3)

47. INT. FOOD COURT – REST STOP – SIANG

Sera mengaduk bubur ayam pesanannya dengan pandangan menerawang. Sesekali melirik kertas yang tadi diberikan Halizah. Di hadapan Sera, Juno makan, tapi tidak berhenti memandang gadis itu. Sera menunduk dalam kemudian menghembuskan napas panjang.

JUNO
Bubur itu bisa jadi nasi kalau kamu hanya terus-terusan aduk.
SERA
(Mendongak dengan lemas) Ngaco … Mana ada …

Sera mendorong mangkuk buburnya menjauh. Namun, Juno mendorongnya kembali.

JUNO
Ayo, cepat makan! Ini sudah waktu makan siang. Kalau kamu enggak makan, enggak bakal aku bantuin lagi.

Sera menyipit kesal, tapi dia menyuapkan bubur ke dalam mulutnya.

JUNO (CONT’D)
Habiskan. Besok aku akan menemanimu ke sana dan kita bisa cari tau sama-sama soal orang itu. Jadi jangan khawatir.

Sera tiba-tiba menyudahi makannya, mendorong mangkuknya ke samping, dan memajukan badan mendekati Juno.

SERA
(Berbisik) Kira-kira ada hubungan apa, ya, papa dengan seorang narapidana? Kenapa kita disuruh ketemu orang ini?

Sera menoleh ke kiri dan kanan, memastikan tidak ada orang yang mendengarnya.

SERA (CONT’D)
Apa menurut kamu papa pernah terlibat tindakan kriminal?
JUNO
Tenang aja. Aku yakin Om Wij enggak lakuin kejahatan apa-apa. Om Wij bahkan nangis pas ikan peliharaannya mati. Pikir aja, kejahatan apa yang bisa dilakukan dengan hati selembut itu? Mungkin orang ini cuma kenalan papamu, tapi kebetulan dipenjara.

Kening Sera berkerut dia masih terlihat ragu.

SERA
Atau … apa mungkin orang ini yang bunuh papa?
JUNO
I don’t think so. Kayaknya suster Halizah baru aja tau soal kematian papa kamu tadi. Enggak mungkin, kan, dia kasih kita nama pembunuhnya kalau tau Om Wij udah meninggal aja enggak.
SERA
Kalau gitu, mungkin aja suster Halizah tau orang ini punya dendam ke papa atau semacamnya. Makanya dia suruh kita ketemu orang ini. (Menatap putus asa) Orang ini bisa kita jadikan tersangka, ya enggak sih?
JUNO
Entahlah. Kita enggak bisa menyimpulkan secepat itu. Kita bakal nemuin orang ini besok, nanya dia soal papamu, dan setelah itu baru kita bisa pikirin beberapa kemungkinan. Oke? Sekarang kembali makan. Kamu nyisahin setengah setengah mangkuk.

Juno mendorong kembali bubur tadi ke hadapan Sera. Sera mengambil sendoknya malas-malasan.

SERA
Oke …

Juno bangkit dari kursinya.

JUNO
Aku ke toilet dulu, ya. Kamu mau nitip beli sesuatu lagi, enggak?

Sera menggeleng. Juno mengangguk baru meninggalkan meja mereka.

CUT TO :

48. INT. FOOD COURT – REST STOP – SIANG

Juno berjalan keluar dari toilet food court. Saat dia mendongak, dilihatnya meja tempat dia dan Sera makan, yang berada jauh di sisi ruangan. Terlihat Sera sedang berbicara dengan sesorang. Juno menyipitkan matanya untuk melihat lebih jelas. Orang yang bicara dengan Sera menoleh sekejap, Wanita Bertudung Hitam—tudungnya terbuka dan tersampir di bahu. Juno yang tersadar segera berlari kikuk, melewati keramaian dan meja-meja yang disusun terlalu dekat satu sama lain. Baru setengah jalan, kita melihat si Wanita Bertudung Hitam mengenakan kembali tudungnya dan meninggalkan Sera. Juno memperlambat larinya saat melihat wanita itu keluar dari pintu samping dan menghilang ke jalanan belakang. Tiba di mejanya, Juno masih saja melihat ke pintu tempat wanita tadi keluar.

JUNO
Kenapa wanita itu mendatangimu?

Sera mengikuti arah pandang Juno.

SERA
Kamu kenal dia?

Juno menggeleng lalu berpaling ke Sera.

JUNO
Dia ngomong apa tadi? Apa yang kalian bicarakan?
SERA
Bukan hal penting sih, tapi rasanya agak aneh. Dia nitip pesan.
(Menunjuk tempat duduk Juno tadi dengan dagu) Dia tau aku enggak makan sendirian. Katanya dia pengen nitip pesan buat teman makanku.
JUNO
Nitip pesan apa?
SERA
Katanya ‘kesempatan bisa datang dua kali, begitu juga dengan kebahagiaan dan kesedihan. Kamu tidak bisa pilih apa yang akan kamu dapatkan. Hidup selalu penuh rahasia dan kejutan tersendiri, bukankah begitu?’. Kurang lebih kayak gitu sih dia ngomongnya.
JUNO
Rahasia dan kejutan?
SERA
(Mengangguk-angguk) Terus dia ngasih aku bunga ini.

Sera memutar-mutar bunga liar yang tadi diberikan Wanita Bertudung Hitam.

SERA
Makanya aku bilang aneh, soalnya nitip pesan kayak gitu terus ngasih aku bunga ini. Ini kan bunga liar yang ada di depan food court. Aku tadi liat …

Juno tidak lagi memperhatikan perkataan Sera. Dia kembali memandangi pintu tempar si Wanita Bertudung Hitam keluar.

JUNO
(Menggumam) Apa maksudnya?

CUT TO :

49. EXT/INT. MOBIL JUNO – JALANAN – PAGI

Juno dan Sera sedang dalam perjalanan menuju Lapas Garuda. Di luar, deretan pohon yang membatasi jalan mulai berganti menjadi pagar beton tinggi. Sera merapatkan dirinya ke kaca jendela.

SERA
(Berbisik dengan nada tidak percaya) Kita sudah hampir sampai.

Kemudian Sera menoleh ke Juno.

SERA (CONT’D)
Aku mulai mual. Padahal pas ketemu suster Halizah kemarin aku enggak kayak gini. Aku takut dengar hal-hal aneh dari orang ini.

Juno mengelurkan tangan dan menggenggam tangan Sera.

JUNO
Kalau kamu takut gimana kalau aku aja yang masuk? Biar aku yang ketemu dia.

Sera tidak menjawab. Dia lagi-lagi memandang ke luar jendela dengan raut resah.

CUT TO :

50. EXT. PARKIRAN LAPAS GARUDA – PAGI

JUNO
Kamu yakin mau ikut masuk? Katanya tadi mu—

Juno mendadak menyandar pada kap mobil dan memegangi kepalanya karena merasakan pening. Sebuah kilasan peristiwa muncul di pikirannya.

51. INT. LAPAS GARUDA – RUANG KUNJUNGAN– PAGI – (PAST STORY)

Sera berdiri saat melihat petugas lapas membawa seorang narapidana laki-laki, HARDI (48). Sera duduk kembali setelah Hardi duduk dan memandangnya bingung. Sera meraih telepon, diikuti Hardi, kemudian Sera mengatakan sesuatu. Hardi tampak tenang mendengarkan beberapa saat, lalu tiba-tiba dia berdiri kaget. Hardi menggumamkan sesuatu, setelah itu dia berteriak teriak sambil memukul kaca pembatas dengan tangan dan telepon yang digenggamnya. Petugas lapas datang menenangkan dan membawa pergi Hardi yang masih berteriak-teriak. Sera memandangi Hardi dengan tatapan tidak percaya dan mulai menangis. Sera menangis dengan napas sesak.

52. EXT. PARKIRAN LAPAS GARUDA – PAGI

Juno sontak memegangi pergelangan tangan Sera yang hendak pergi.

JUNO
Jangan masuk! Biar aku aja yang ketemu dia.

Sera hanya memandang heran.

53. INT. LAPAS GARUDA – RUANG KUNJUNGAN – PAGI

Juno duduk di ruang kunjungan lapas. Dia meremas tangannya gelisah (memikirkan kilasan peristiwa yang muncul di pikirannya). Tak lama, petugas lapas membawa seorang narapidana laki-laki, HARDI (48), yang memandangi Juno bingung. Saat laki-laki itu sudah duduk, Juno mengangkat gagang teleponnya, diikuti Hardi.

JUNO
Selamat pagi Pak Hardi, perkenalkan nama saya Juno …
HARDI
(Memiringkan kepalanya bingung) Juno? Juno siapa ya? Rasanya saya tidak punya kenalan namanya Juno.
JUNO
Saya …
(Beat)
Saya anak Pak Wijaya. Dokter Wijaya Darpa Kusuma.

Hardi tiba-tiba berdiri, terkejut.

HARDI
(Menggumam) Pembunuh … Pembunuh …

Juno menahan napas melihat kejadian yang sama dengan kilasan balik yang dilihatnya tadi. Hardi mulai mengamuk, memukul-mukul kaca pembatas di antara mereka.

HARDI (CONT’D)
Pembunuh! Dia pembunuh! Dia yang bertanggung jawab!

Petugas lapas mulai menarik Hardi pergi. Juno ikut berdiri, memukul kaca pembatas, menuntut penjelasan dari Hardi.

JUNO
Apa maksud Anda? Siapa yang Om Wijaya bunuh?
HARDI
(Memberontak sambil dibawa pergi) KARENA DIA! DOKTER ITU BERTANGGUNG JAWAB! TIDAK AKAN TERJADI KALAU SAJA …

Petugas lapas menutup pintu ruangan, membuat Juno tidak bisa lagi melihat dan mendengar Hardi.

CUT TO :

54. EXT/INT. MOBIL JUNO – PARKIRAN LAPAS – PAGI

Juno masuk ke dalam mobilnya. Sera yang menunggu di dalam langsung menyerongkan badan ke arah Juno.

SERA
Jadi gimana? Orang itu bilang apa?
JUNO
Apa waktu itu dia juga ngomong kayak gitu?
SERA
(Terheran-heran) Hah?
Juno tersadar. Dia buru-buru berdehem dan menggeleng.
JUNO
Maksudku … Dia tidak bilang apa-apa. Dia tidak kenal Om Wijaya.
SERA
(Menyipit curiga) Really?

Juno menggumam mengiyakan. Mengabaikan Sera, dia menjalankan mobilnya keluar dari parkiran lapas.

55. EXT/INT. MOBIL JUNO – JALANAN – PAGI

Sera melipat tangannya, tidak berhenti memandangi Juno dengan tatapan menyelidik. Juno menatap lurus ke jalanan, berpura-pura tenang, tapi di mengigit bibir kiri bawahnya.

SERA
Kamu bohong, kan? Ada yang kamu tutupin, kan?
JUNO
Enggak.
SERA
Bohong. (Menunjuk bibir Juno) Kamu selalu gigit bibir kiri bawah kamu kalau lagi mikir keras. Orang itu bilang apa?

Juno hanya melepaskan gigitan bibirnya lalu kembali diam.

SERA
Jun …

Juno masih bergeming.

SERA (CONT’D)
Kalau kamu enggak bilang, aku bakal buka jendela mobil dan teriak-teriak ke luar kalau aku diculik.

Juno berbalik dan mendesah frustrasi melihat Sera.

SERA (CONT’D)
(Menaruh jarinya di tombol pengontrol jendela) You know I will do it.
JUNO
Dia mengatai Om Wijaya pembunuh. Pembunuh atau bertanggung jawab atas terbunuhnya seseorang, semacam itu. Tidak begitu jelas karena dia mengatakannya sambil mengamuk.

Ekspresi Sera berubah kaku. Juno menoleh khawatir dan Sera mengalihkan wajahnya memandang keluar jendela.

CUT TO :

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar