Premonition (Forgive or Forget)
4. Monster tetapi Bukan Monster, Membunuh atau Dibunuh

1.INT. RUANG TUNGGU KLINIK-SIANG

Riri ternyata ketiduran di sofa ruang tunggu. Dia mengigau kembali.

RIRI

Tolong ... tolong!

(Sambil kepalanya gerak-gerak di sandaran kursi dan tangannya menegang)

Semua yang ada di ruang itu melirik ke arah Riri. Termasuk perawat yang tadinya sibuk membetulkan beberapa file di meja resepsionis. Dia langsung bergegas mendekati Riri.

PERAWAT

Mbak ... Mbak ...

Perawat itu mencoba menyadarkan Riri dengan menggerak-gerakkan bahunya. Namun Riri masih saja mengigau. Dia terlihat seperti terikat di kursi. Semua orang yang di situ menontonnya dengan wajah aneh.

RIRI

Jangan!

PERAWAT

Mbak, bangun!

(Perawat masih terus berusaha membangunkan Riri)

Tiba-tiba Riri langsung loncat. Otomatis mengagetkan semua orang terutama perawat yang ada di situ. Wajah Riri menegang, napasnya terengah-engah, matanya sedikit melotot kaget.

PERAWAT

Mbak, nggak apa-apa?

(Perawat menunjukkan wajah cemas)

RIRI

Dokter Rani sudah bisa saya temui sekarang?

PERAWAT

Ya sudah bisa, Mbak!

Riri langsung merih tasnya dan beranjak dari tempat duduknya dengan wajah penuh cemas. Dia berjalan menuju ruang Dokter Rani.

CUT TO:

2. INT. KLINIK-RUANG DOKTER RANI- SIANG

Dokter Rani (52 tahun) sedang menulis sambil duduk di sofa nyamannya. Riri mengetuk pintu lalu Dokter Rani melirik ke arah pintu. Riri muncul sambil sedikit mengangguk menatap Dokter Rani.

RIRI

Siang, Dok!

DOKTER RANI

Hei, sayang! Sini ayo duduk!

Rani langsung mengambil duduk di dekat Dokter Rani. Dokter Rani tersenyum melihat Riri yang sudah dianggapnya anak karena sudah lama mengenal Riri.

RIRI

Dokter ...

DOKTER RANI

Jangan katakan kamu bermimpi aneh lagi!

RIRI

Iya, itu Dok! Malahan mimpinya jadi semakin sering sekarang!

DOKTER RANI

Kasus kamu itu unik. Akan tetapi baru kemarin saya membaca jurnal penelitian tentang prekognisi. Terus ada satu bentuknya yang disebut premonition yang gejalanya mirip dengan yang kamu alami.

RIRI

Apa itu Dok? Apa sama seperti De Javu?

Riri langsung berubah menjadi tertarik. Wajahnya langsung mendekat ke arah Dokter Rani.

DOKTER RANI

Tidak, premonition ini berbeda dengan De Javu. Premonition itu seperti firasat yang dirasakan kalau akan terjadi sesuatu berupa kejadian yang mengerikan atau tidak menyenangkan.

RIRI

Tapi sepertinya ini murni mimpi deh Dok. Selama ini aku memimpikan orang-orang yang tidak aku kenal.

DOKTER RANI

Tunggu, Ri! Kamu ingat nggak waktu kamu usia sepuluh tahun, kamu pernah datang ke sini sambil terus menangis?

Riri terdiam sejenak, mukanya mulai layu, dia ingat sekali saat itu dia memimpikan sesuatu yang membuatnya sangat sedih.

RIRI

Iya, Dok. Aku ingat sekali karena aku bermimpi buruk tentang Babeh.

DOKTER RANI

Nah itu! Kamu datang ke sini karena saat itu tiga hari berturut-turut kamu memimpikan Babeh ditabrak motor sampai terpental. Begitu kan?

RIRI

Iya, Dok!

DOKTER RANI

Terus benar saja, Babeh kamu bener-bener tertabrak beberapa hari kemudian walaupun Alhamdulillah masih bisa diselamatkan.

RIRI

Iya walaupun sekarang jalannya sedikit terpincang-pincang karena dipasang pen di pergelangan kakinya.

DOKTER RANI

Itu berarti mimpi itu menjadi sebuah pertanda untuk kamu atau mungkin orang-orang di sekeliling kamu. Jadi mimpi kamu itu sepertinya bukan sekadar delusi tetapi sebuah firasat atau pertanda.

RIRI

Dokter, tetapi tidak semua mimpi aku menyangkut orang-orang terdekat. Aku kadang beberapa kali memimpikan orang-orang yang tidak aku kenal. Barusan saja, aku bermimpi seseorang membunuh orang lain hanya karena ingin menyelamatkan seorang perempuan. Aku juga sudah memimpikan ini tiga hari kemarin. Aku sampai kurang tidur. Itu sebabnya aku minta obat agar bisa tidur nyenyak dan tidak bermimpi buruk.

DOKTER RANI

Kamu yakin tidak mengenal orang-orang itu?

RIRI

Enggak sama sekali, Dok.

DOKTER RANI

Ehm … Tapi, kalau kamu ada waktu luang, coba kamu cari artikel tentang Precognition. Setelah itu coba kamu cek lagi apa gejala mimpi kamu mirip dengan yang digambarkan di situ. Saya mau bantu tetapi sepertinya kamu lagi sibuk banget. Jadi saya yakin kamu lebih pintar dalam menginvestigasi.

RIRI

Maksud Dokter investigasi tentang sebuah artikel berita kan? Jangan suruh aku jadi detektif, Dok!

DOKTER RANI

Hahaha. Tentu saja tidak! Baiklah aku resepkan beberapa obat untuk kamu ya! Satu lagi, kamu jangan terlalu stress atau banyak beban!

RIRI

Aku nggak lagi stress kok Dok! Aku hanya sedang mengejar penghargaan The Best Journalist.

DOKTER RANI

Oh ya? Kapan pengumumannya?

RIRI

Masih lama, Dok! Sekitar tiga bulan lagi!

DOKTER RANI

Oh ya? Kalau begitu, semoga berhasil! Kamu kan anak hebat pasti bisa berhasil dong!

RIRI

Oh, terima kasih Dokter! Dokter emang the best deh!

Dokter Rani langsung menuliskan resepnya. Riri merasa ponselnya bergetar, dia langsung meraih ponselnya dan ternyata Jay menghubunginya.

RIRI

Permisi sebentar ya, Dok!

Riri langsung melipir sejenak menjauh dari Dokter Rani dan mengangkat telepon Jay dengan pelan.

INTERCUT:

3. EXT. KANTOR POLISI-SIANG

JAY

Ri, elu di mana?

RIRI

Gue lagi berobat. Ada apalagi sih, Jay?

JAY

Buruan deh elu ke sini! Kalau enggak, elu akan ketinggalan berita!

RIRI

Emang elu di mana?

JAY

Kantor Polisi

RIRI

Ngapain elu masih di sana? Betah amat!

JAY

Menyerahkan diri ... Ya enggaklah, gue lagi mau ngeliput berita pembunuhan!

RIRI

Oh, ada kasus pembunuhan lagi!

JAY

Iya, makanya cepet elu ke sini!

RIRI

Sabar donk!

JAY

Cepet ke sini soalnya ini bakal jadi berita besar!

RIRI

Emang siapa yang membunuh dan siapa korbannya?

JAY

Yang dibunuh katanya Preman besar di Ibu Kota. Tunggu … tunggu! Tadi gue catet namanya siapa.

(Jay langsung membuka catatan yang disimpan di sakunya)

JAY

Halo, Ri! Elu masih di situ?

RIRI

Enggak, gue udah kabur ke Zimbabwe! Elu lama banget sih!

JAY

Iye, ini nama korbannya yaitu Don Keling yang katanya preman besar. Dia dibunuh oleh rekannya bernama Pain.

CLOSE UP: WAJAH RIRI YANG KAGET DENGAN MATA YANG MELOTOT, KENINGNYA MENGKERUT.

Riri teringat mimpinya yang tadi. Kalau tidak salah, nama orang-orang tadi sempat disebutkan di mimpinya.

JAY

Ri, elu udah kabur ke Zimbabwe? Kok diem aja?

RIRI

Gue masih di sini!

Jay

Cepetan elu ke sini atau penghargaan itu akan hangus.

RIRI

Jay, elu bisa nggak cari gambar pembunuhnya atau korbannya dulu. Aku langsung segera ke situ sekarang.

Riri menutup teleponnya sambil termenung sejenak dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

CUT TO BACK:

5.INT. KLINIK-RUANGAN DOKTER RANI-SIANG

Dokter Rani menangkap gelagat aneh dari Riri yang berdiri diam sambil menggeleng-gelengkan kepala.

DOKTER RANI

Kamu baik-baik saja, Ri?

Riri kembali duduk di dekat Dokter Rani.

RIRI

Dok, tolong sekalian tulis yang tadi Dokter beritahu ke saya.

DOKTER RANI

Yang mana?

(Wajahnya sedikit kebingungan)

RIRI

Itu Dok yang tadi Dokter bilang, Pre—

DOKTER RANI

Oh, Premonition atau Precognition.

RIRI

Iya itu, Dok. Oh ya Dok, apakah gejala Premonition itu memungkinkan kita berfirasat tentang orang lain yang mungkin tidak dikenal oleh kita?

DOKTER RANI

Bisa jadi, tetapi biasanya lebih sering terjadi kepada orang-orang yang paling dekat.

Riri terdiam sejenak kemudian Dokter Rani memberikannya selembar resep.

DOKTER RANI

Riri? —

RIRI

Eh, iya Dok!

(Dengan wajah sedikit kaget)

Dokter langsung tersenyum hangat dan memegang tangan Riri yang ada di atas paha.

DOKTER RANI

Riri, seandainya kamu ada masalah, kamu boleh bercerita. Saya sudah anggap kamu anak sendiri, jadi jangan sungkan untuk bercerita.

RIRI

Terima kasih, Dok! Mungkin lain kali,aku harus segera pergi ke Kantor Polisi soalnya ada berita besar hari ini.

DOKTER RANI

Oh, begitu! Ya sudah semoga sukses ya! Ini resep obatnya! Jangan lupa diminum! Terus jangan terlalu stress dan banyak pikiran! Kamu harus bisa belajar berbagi termasuk berbagi perasaan agar hati kamu bisa plong.

RIRI

Terima kasih banyak ya Dok! Jangan bosan lihat aku!

DOKTER RANI

Saya sih berharap kamu ke sini bukan hanya minta obat tetapi cuman mau ngobrol tentang pacar atau mungkin calon suami.

RIRI

Ah, aku belum memikirkan itu, Dok!

DOKTER RANI

Ya sudah, salam untuk Bunda ya.

RIRI

Siap, Dok! Nanti aku sampaikan. Aku pamit dulu ya Dok. Makasih banyak.

Riri langsung mencium pipi Dokter Rani dan memeluknya. Dia langsung pergi keluar dari klinik itu.

Dokter Rani masih memandang Riri sampai dia keluar dari pintu ruangannya. Lalu dia menghela napas.

DOKTER RANI

Aku pikir anak itu memang hebat. Dia bisa melupakan masa lalunya yang sangat tragis. Aku senang kalau dia begitu semangat menjalani hidupnya seolah dia telah melupakan masa lalunya yang kelam.

CUT TO BLACK:

6. EXT. KANTOR POLISI-SIANG

Riri tergesa-gesa menemui Jay yang sedang mengotak-atik kameranya.

RIRI

Rame banget!

JAY

Ya iyalah, soalnya ini berita besar!

RIRI

Elu udah dapat gambarnya?

JAY

Gue dapat sedikit aja! Ini gue cuman dapat sekilas gambar si Pembunuhnya.

(Sambil memperlihatkan kameranya)

RIRI

Ini pembunuhnya? Yang pakai kaos hitam dan celana jeans robek?

(Wajah Riri berubah menjadi kaget bagai melihat hantu)

JAY

Iye ...

(Jay langsung menatap wajah Riri yang berubah menjadi kaget)

JAY

Elu kenapa? Kayak lihat hantu aja. Ini kan bukan kasus pembunuhan pertama buat kita. Bahkan kita pernah meliput pembunuh berantai yang lebih kejam. Tapi perasaan elu biasa aja, kenapa sekarang elu keliatan gelisah?

Riri hanya diam dan gelisah. Wajahnya memperlihatkan kegelisahan.

RIRI

Elu udah tahu motif pembunuhannya apa?

JAY

Yang gue dapet sih katanya untuk melindungi adiknya yang diperkosa.

RIRI

Elu dapet nggak gambar adiknya?

JAY

Nah itu, kita semua nggak diizinkan untuk mengambil gambar. Entahlah, untuk kasus yang ini, sepertinya kita dibatasi banget buat menggali informasi lebih.

Riri langsung berbalik sambil melihat-lihat ke arah Kantor Polisi. Dia melihat banyak jurnalis yang sedang berkumpul juga.

RIRI

Yang lain sudah pada dapet gambar atau informasi tentang ini belum?

JAY

Belom! Si Nurdin saja yang biasanya jago nyalib kayak bus, tetep nggak dapat info apa-apa.

Riri langsung menolak pinggang sambil menatap kerumunan pencari berita. Tiba-tiba dia tertegun. Tangannya lepas dari dari pinggangnya. Dia langsung meraih tali rambutnya di saku kemudian Riri menalikan rambutnya.

JAY

Wah, Riri siap beraksi kalau sudah mengikat rambut seperti ini!

(Jay dari tadi memperhatikan gerak-gerik Riri)

RIRI

Jay, ayo ikuti gue!

Riri langsung berjalan cepat menuju ke parkiran motor yang berada beberapa meter dari tempatnya berada. Jay yang kebingungan kemudian mengekor Riri. Riri ternyata mendekati Boy yang terlihat sedang mengambil sesuatu di motornya. Riri langsung menepuk bahu Polisi itu.

RIRI

Hei, Pak!

(Sambil memukul bahu Boy)

Boy langsung melirik ke arah Riri dan kemudian memperlihatkan wajah bingung melihat Riri ada di belakangnya.

BOY

Eh, Mbak Bra!

RIRI

Ssttt!

(Sambil mendekatkan telunjuknya ke mulut dan mengedipkan mata lalu memberi pertanda agar rekan kerjanya tidak tahu)

JAY

Elu kenal sama Polisi yang ada di sini?

RIRI

Hehehe. Iya, gue gitu loh.

(Riri langsung melirik ke Boy dengan wajah yang paling manis)

RIRI

Pak Polisi yang ganteng dan baik hati, bisakah membantu saya untuk mencari berita tentang pembunuhan Don Keling ini?

Polisi itu terdiam sejenak, terus pergi begitu saja meninggalkan Riri dan Jay. Dia berjalan lurus menuju Kantor Polisi.

JAY

Ih, Ri! Elu sebenarnya kenal atau sok kenal sama Polisi itu?

RIRI

Diam dulu ah, Jay!

Riri lalu mengejar Boy dan Jay mengejar Riri.

CUT AWAY

RIRI

Pak, saya ini rakyat yang harus ditolong. Selain itu, masyarakat juga harus tahu kasus ini agar bisa menjadi sebuah pelajaran buat mereka.

Boy terus berjalan tanpa mengindahkan Riri tetapi Riri masih terus mengejarnya.

RIRI

Pak, saya mohon bantu saya! Saya tahu kalau orang yang dituduh pembunuh itu hanya ingin menolong adiknya.

(Riri langsung menggenggam lengan Boy)

Boy langsung terhenti dan melirik ketus Riri lalu dia melepaskan genggaman tangan Riri sambil menatap tajam ke arah Riri.

BOY

Apakah Anda berada di TKP saat pembunuhan itu terjadi?

(Riri menggelengkan kepala)

BOY

Apakah Anda melihat dengan kepala Anda sendiri saat terjadi pembunuhan itu?

(Riri sekali lagi menggelengkan kepala)

BOY

Oh ya, saya tahu betul di mana Anda dan bra Anda saat pembunuhan itu terjadi. Jadi kalau Anda mau memberikan kesaksian, saya bisa melaporkan Anda sebagai pelanggar hukum karena telah memberikan kesaksian palsu atas suatu kasus.

RIRI

Tapi, Pak—

BOY

Satu hal lagi, Mbak bra! Kami sebagai penyidik saja belum selesai mengumpulkan data dan sebagainya dalam kasus ini jadi untuk para jurnalis diharapkan bersabar.

Boy langsung meninggalkan Riri yang sekarang terpaku menatap kesal karena Boy meninggalkannya. Jay langsung menepuk bahu Riri.

JAY

Ri, kenapa sih Polisi itu manggil elu Mbak Bra? Apa nama elu udah diganti?

(Tangan Riri langsung berputar ke belakang dan menutup mulut Jay)

CUT TO BACK:

7. EXT. KANTOR POLISI-MALAM

Riri dan Jay masih berdiri di depan Kantor Polisi. Masih ada beberapa Jurnalis yang belum beranjak dari Kantor Polisi.

JAY

Mau sampai kapan kita di sini? Lagian kita kan sudah membuat berita tentang ini. Aku pikir sudah cukup deh. Kita balik aja yuk!

RIRI

Aku belum puas.

JAY

Lihat itu! Teman-teman yang lain juga sudah pada cabut. Kita ngapain di sini terus? Mana banyak nyamuk lagi.

(Jay berusaha menepuk nyamuk)

Riri langsung beranjak dari duduknya melihat Boy kembali ke motornya. Dia langsung berjalan menuju Boy kembali.

JAY

Ri, elu jangan cari masalah deh!

(Jay berusaha mengejar Riri yang berjalan cepat)

Tiba-tiba Riri berhenti beberapa langkah di belakang Boy sambil celingak-celinguk. Kemudian dia berjalan beberapa meter mencari batu dan menemukannya.

JAY

Ri, jangan gila deh! Jangan lempar Polisi itu pakai batu! Elu sama saja menyerang harimau di kandangnya!

Riri masih berjalan menuju Boy namun Jay menghalanginya. Jay berdiri di depan Riri dan menghalanginya.

RIRI

Awas, Jay!

JAY

Ri, gue nggak bisa biarkan elu melawan aparat hukum!

RIRI

Emang siapa yang mau melawan aparat hukum?

JAY

Lah, elu ngapain ngambil batu kalau bukan buat melempar Polisi itu?

RIRI

Oh, batu ini? Ini cuma buat gue genggam aja. Kata teman gue, kalau kita memiliki keinginan, kita harus mengucapkannya sambil menggenggam batu itu. Nanti keinginan kita akan terkabul.

Wajah Jay langsung merasa aneh dan bingung dengan penjelasan Riri.

CUT-IN: Wajah Boy yang diam-diam mendengarkan omongan Riri.

JAY

Elu kayaknya salah deh. Biasanya orang menggenggam batu itu buat nahan hasrat buat buang hajat bukan buat menyampaikan keinginan.

RIRI

Ah, elu! Makanya awas dong! Biar gue bisa buktiin kalau cara ini bakal berhasil.

Jay langsung menyingkir dan membiarkan Riri mendekati Boy.

RIRI

Pak Boy!

Kali ini Riri tidak memukul punggung Boy, dia hanya berteriak di belakang Boy. Lalu Boy perlahan membalik dan menatap Riri.

BOY

Iya, Mbak Bra.

RIRI

Jangan panggil aku Mbak Bra! Aku punya nama, panggil aku Riri.

BOY

Riri?

RIRI

Ya, Riri Suryaningrat. Ah nggak penting juga gue memperkenalkan diri gue.

Boy terdiam sejenak dengan wajah yang mengkerut seolah-olah pernah mengenal nama itu.

RIRI

Pak, please give me one chance to meet that guy!

BOY

Kenapa Anda begitu ingin mewawancarainya? Anda hanya ingin mencari berita eksklusif ya?

RIRI

Sumpah, Pak! Bukan itu! Kalau begitu berikan aku kesempatan untuk bertemu orang itu dan aku berjanji tidak akan membawa kamera atau mencatat apapun.

JAY

Eh, Ri! Maksudmu apa? Kita kan di sini memang sedang mencari berita eksklusif.

RIRI

Ssst! Diem ah!

(Riri menengok ke arah Jay sambil berbisik)

BOY

Kalau begitu untuk apa Anda mewawancarai orang itu?

Riri diam sejenak, dia lalu menghela napas sambil menatap tajam ke arah Boy.

RIRI

Hanya ingin membuktikan bahwa seorang monster bukanlah monster, mereka melahap korban pasti karena ada alasannya. Saya sudah banyak meliput berita pembunuhan, pencurian, penculikan ataupun perampokan. Masyarakat langsung menghakimi mereka sebagai sampah masyarakat, monster yang mengerikan, bahkan tak sungkan untuk menyumpahi orang itu. Padahal mereka masih manusia, aku yakin mereka melakukan itu karena hati nuraninya terdesak atau mungkin mereka hanya ada dalam dua pilihan membunuh atau dibunuh.

WIDE SHOT: BOY DAN RIRI BERDIRI BERHADAPAN SAMBIL BERTATAPAN. JAY BERDIRI DI BELAKANG RIRI SAMBIL MENATAP KE ARAH RIRI.

Boy lalu menghela napas panjang sambil menatap Riri.

BOY

Baiklah, kamu boleh menemui orang itu tetapi tanpa kamera dan catatan apapun.

(Boy langsung berjalan duluan menuju kantor Polisi)

Riri langsung berbalik ke belakang menatap Jay dengan penuh gembira. Dia tertawa lebar.

RIRI

Tuh kan berhasil berkat batu ini!

(Riri menggenggam batunya di depan wajah Jay)

JAY

Berhasil apanya? Apa yang mau kamu tampilkan kalau kamu tidak bisa mencatat atau merekam berita? Kamu itu jurnalis TV bukan jurnalis koran!

RIRI

Sudahlah urusan berita mah belakangan. Yang penting kita kenal dulu si Pembunuhnya.

JAY

Tunggu Ri! Gue merasa ada yang aneh sama elu! Biasanya juga elu nggak begitu antusias sama pembunuh-pembunuh di berita kita sebelumnya. Mengapa sekarang kamu begitu antusias sama kasus ini? Heran deh!

RIRI

Karena dia hebat bisa membunuh preman besar, legenda preman, Don Keling. Bukankah itu yang membuat banyak jurnalis datang ke sini?

JAY

Iya juga sih, dia kayak Rambo bisa membunuh preman besar seperti itu.

RIRI

Nah, kan? Ayo ah cepetan kita langsung menuju Polisi tadi. Jangan sampai dia berubah pikiran!

CUT TO:

7.INT. KANTOR POLISI-RUANG PENYELIDIKAN

Riri dan Pain duduk berhadap-hadapan, sedangkan Jay dan Boy berada di belakang Riri. Pain masih duduk dengan tangan diborgol dan menunduk.

RIRI

Apakah Pain itu nama asli Anda?

PAIN

Untuk apa aku menjawab pertanyaan Anda kalau Anda bukan penyidik? Aku sudah memberikan cukup banyak keterangan kepada Penyidik, jadi aku tidak wajib menjawab pertanyaan Anda.

Riri langsung melirik Jay yang ada di belakangnya. Lalu Riri membetulkan duduknya.

RIRI

Saya di sini bukan sebagai apa-apa. Saya tahu Anda melakukannya karena terpaksa. Anda membunuh Don Keling karena dia akan memperkosa dan membunuh adik Anda yang bernama Alexis. Namun sebetulnya, Don Keling juga diperintah orang lain untuk membunuh Alexis, benar begitu?

Pain langsung melirik dengan pelan ke arah Riri dan menatapnya tajam. Boy dan Jay juga terkaget-kaget mendengar ucapan Riri.

CUT AWAY:

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar