Daftar Bagian
1. SEKUENS 1A
Karin adalah gadis multitalenta. Semua orang menyukainya, semua orang menganggapnya gadis sempurna.
2. SEKUENS 1B
Karin adalah gadis multitalenta. Semua orang menyukainya, semua orang menganggapnya gadis sempurna.
3. SEKUENS 1C
Karin adalah gadis multitalenta. Semua orang menyukainya, semua orang menganggapnya gadis sempurna.
4. SEKUENS 2A
Karin mulai mencari cara untuk merawat KP serta kekurangan lain pada kulitnya. Tapi alergi terhadap
5. SEKUENS 2B
Karin mulai mencari cara untuk merawat KP serta kekurangan lain pada kulitnya. Tapi alergi terhadap
6. SEKUENS 2C
Karin mulai mencari cara untuk merawat KP serta kekurangan lain pada kulitnya. Tapi alergi terhadap
7. SEKUENS 3A
Selama bertahun-tahun, Karin mencoba menerima dirinya. Mencoba abai dengan sibuk menggapai mimpi. Ta
8. SEKUENS 3B
Selama bertahun-tahun, Karin mencoba menerima dirinya. Mencoba abai dengan sibuk menggapai mimpi. Ta
9. SEKUENS 3C
Selama bertahun-tahun, Karin mencoba menerima dirinya. Mencoba abai dengan sibuk menggapai mimpi. Ta
10. SEKUENS 4A
Kepercayadirian Karin runtuh saat dirinya mendapatkan ucapan serta tatapan tak mengenakkan dari oran
11. SEKUENS 4B
Kepercayadirian Karin runtuh saat dirinya mendapatkan ucapan serta tatapan tak mengenakkan dari oran
12. SEKUENS 4C
Kepercayadirian Karin runtuh saat dirinya mendapatkan ucapan serta tatapan tak mengenakkan dari oran
13. SEKUENS 5A
Karin mulai melakukan laser treatment hingga menghabiskan jutaan rupiah. Tanpa menyadari bahwa penju
14. SEKUENS 5B
Karin mulai melakukan laser treatment hingga menghabiskan jutaan rupiah. Tanpa menyadari bahwa penju
15. SEKUENS 5C
Karin mulai melakukan laser treatment hingga menghabiskan jutaan rupiah. Tanpa menyadari bahwa penju
16. SEKUENS 6A
KP Karin kembali timbul setelah 3 bulan berlalu. Dan ketidak percayadirian Karin makin menjadi saat
17. SEKUENS 6B
KP Karin kembali timbul setelah 3 bulan berlalu. Dan ketidak percayadirian Karin makin menjadi saat
18. SEKUENS 6C
KP Karin kembali timbul setelah 3 bulan berlalu. Dan ketidak percayadirian Karin makin menjadi saat
19. SEKUENS 7A
Karin mulai belajar untuk menerima kekurangannya dan meyakini pilihannya. Tapi pilihan itu harus mem
20. SEKUENS 7B
Karin mulai belajar untuk menerima kekurangannya dan meyakini pilihannya. Tapi pilihan itu harus mem
21. SEKUENS 7C
Karin mulai belajar untuk menerima kekurangannya dan meyakini pilihannya. Tapi pilihan itu harus mem
22. SEKUENS 8A
Karin akhirnya memilih untuk menerima kekurangannya dan mengabaikan siapapun yang tidak bisa menerim
23. SEKUENS 8B
Karin akhirnya memilih untuk menerima kekurangannya dan mengabaikan siapapun yang tidak bisa menerim
24. SEKUENS 8C
Karin akhirnya memilih untuk menerima kekurangannya dan mengabaikan siapapun yang tidak bisa menerim
25. SEKUENS 8D
Karin akhirnya memilih untuk menerima kekurangannya dan mengabaikan siapapun yang tidak bisa menerim
26. SEKUENS 8E
Karin akhirnya memilih untuk menerima kekurangannya dan mengabaikan siapapun yang tidak bisa menerim
12. SEKUENS 4C

39. INT. MEJA MAKAN - KAFE - MOMENTS LATER

Aiza menatap Karin dengan bingung. Karin terlihat muram.

Aiza melirik makanan di piring Karin yang masih sisa setengah.

AIZA

Kok gak diabisin?

KARIN

Aku udah kenyang!

AIZA

Udah kenyang atau lagi diet?

(Beat)

Badan kamu kan udah bagus. Ideal! Buat apa diet lagi?

KARIN

(Datar)

Aku gak lagi diet!

Aiza tertegun. Diam selama beberapa detik.

AIZA

Terus kenapa?

KARIN

Bete aja!

AIZA

Bete karena gak dapet inspirasi buat nulis?

KARIN

Mungkin.

Karin merengut. Aiza menghela napas panjang dan tersenyum.

AIZA

Yaudah, bete gak apa-apa. Tapi jangan cemberut gitu dong! Jelek tahu!

Karin langsung melirik Aiza datar.

KARIN

Terus kalo misalkan aku jelek kenapa? Kamu gak suka gitu?

Aiza tertohok. Diam. Terlihat kebingungan.

KARIN

Menurut kamu aku cantik gak?

Aiza mengangguk.

AIZA

Emang ada yang bilang kamu jelek?

Karin diam. Menghela napas panjang. Mencoba santai.

KARIN

Aku boleh tanya sesuatu?

AIZA

Boleh! Tanya apa?

KARIN

Kalo kamu dikasih dua pilihan perempuan untuk dijadikan istri kamu. Kamu lebih milih perempuan yang gak cantik tapi badannya mulus. Atau yang mukanya cantik, tapi badannya gak mulus, dan punya banyak kekurangan di balik pakaiannya?

Aiza diam. Tampak berpikir. Ia menatap Karin dengan heran.

AIZA

Kalo aku pribadi sih, pasti lebih milih yang gak cantik tapi badannya mulus.

Tatapan Karin mulai menyendu.

KARIN

Kenapa?

(Beat)

Emangnya kalo cantik doang kenapa?

AIZA

Ya... Gak apa-apa sih!

(suaranya memelan, terdengar segan)

Tapi kalo diibaratkan kado. Cuma bungkusnya aja yang bagus, dalemnya zonk!

Aiza tersenyum simpul.

Karin tersenyum getir.

KARIN

Terus, kalo misalkan kamu suka nih sama cewek. Dia cantik banget. Tapi sebenarnya dia punya kekurangan di balik pakaiannya.

(Beat)

Misalnya, di kakinya ada banyak bekas luka. Dia punya eksim, atau strawberry legs mungkin.

(Beat)

Terus, kalo kamu udah tahu kebenarannya. Kamu bakal tetep suka gak sama cewek itu?

Aiza tersenyum masam.

AIZA

Gak tahu deh!

(Beat)

Kalo misalkan cewek itu tetap bisa bikin aku nyaman. Mungkin aku akan tetap suka. Tapi kalo enggak, mungkin aku akan cari cewek lain. Yang biasa aja, tapi mulus.

Karin tersenyum getir.

KARIN

Oh, gitu?!

Aiza mengangguk. Ia lalu menatap Karin dengan intens.

AIZA

Tapi kamu gak gitu kan?!

Karin diam. Membalas dengan senyum getir. Matanya makin menyendu. Wajahnya kian muram.

Karin mulai tak nyaman.

KARIN

Aku pulang, ya!

Karin menyampirkan tasnya. Meraih laptop.

Aiza langsung beranjak dari duduk.

AIZA

Aku anter!

KARIN

(Menukas)

Gak usah!

40. INT. KAMAR SASHA - NIGHT

Karin berbaring di atas tempat tidur Sasha sambil menatap langit-langit kamar. Kedua tangannya memeluk guling.

Ponsel Karin berdering. Aiza menelfon. Tapi Karin tidak peduli.

SASHA

Karin! Kak Aiza dari tadi udah nelfon berkali-kali lho!

(Beat)

Kenapa gak lo angkat aja sih?

Karin lalu meraih ponselnya. Ia kemudian mematikan ponselnya. Lalu mendorong ponselnya ke dalam bantal.

KARIN

Ca...

(Beat)

Kayaknya gue tahu deh, tabungan gaji sama penghasilan gue mau gue pake apa!

Sasha sedang duduk di kursi menghadap laptop di atas meja belajar. Ia sedang mengedit naskah.

SASHA

Emangnya lo mau beli apa?

KARIN

Gue mau laser treatment!

Sasha terkejut. Lalu menoleh ke belakang. Menatap Karin dengan alis terangkat.

SASHA

Gue pikir lo udah lupa sama cita-cita lo yang satu itu!

KARIN

Selama bertahun-tahun gue emang nyoba nahan untuk gak ngelakuin itu.

(Beat)

Selama bertahun-tahun juga gue berusaha untuk nerima diri gue.

(Beat)

Tapi kayaknya, orang-orang disekitar gue seolah nuntut gue untuk jadi seseorang yang sempurna. Apalagi waktu denger jawabannya Kak Aiza.

(Beat)

Gue langsung nge-down banget! Belum lagi tatapan jijik orang-orang di toilet waktu itu. Bikin gue makin minder.

Sasha menghela napas panjang.

SASHA

Karin... Gak semua yang menurut orang lain bagus itu bagus juga buat lo!

(Beat)

Lo ngajuin pertanyaan yang sama, dan dapat jawaban yang sama, bukan berarti semua laki-laki itu sama.

Karin diam. Bergeming.

SASHA

Lagipula, bukannya lo selalu bilang kalau Kak Aiza itu baik, ya?

KARIN

Justru karena dia baik gue jadi ngerasa gak pantes!

(Beat)

Dan jawaban dia itu bikin gue ngerasa, kalo gue bukan cewek yang akan cocok sama dia.

SASHA

Jadi sebenernya lo tuh suka apa enggak sih sama dia?

KARIN

Nggak tahu!

Sasha mendengus. Kesal. Ia menepuk keningnya geram.

SASHA

Lo tuh jadi orang emang gak pernah jelas, ya, Rin!

(Beat)

Labil!

Sasha mengembuskan napas kasar.

Karin merengut.

SASHA (CONT'D)

Lo udah deket sama dia hampir 3 tahun. Tapi sampe detik ini lo masih gak tahu lo suka sama dia atau enggak?!

(Beat)

Lo beneran gak tahu, atau gak yakin?!

KARIN

Gak yakin!

SASHA

Kenapa gak yakin?

KARIN

Gue takut, kalo misalkan gue udah buka hati, dan nerima dia. Di tengah jalan dia gak bisa nerima gue.

(Beat)

Karena kalo ibarat kado. Gue ini bungkusnya doang yang bagus. Dalemnya zonk!

SASHA

Kok lo ngomongnya gitu?

KARIN

Emang kenyataannya gitu kan?!

(Beat)

Nyokap gue aja risih sama kulit gue. Apalagi orang lain.

Sasha diam. Tertegun selama beberapa saat.

SASHA

Terus... Lo maunya gimana?

KARIN

Gue kan udah bilang. Gue mau laser treatment.

(Beat)

Supaya kulit gue mulus kayak cewek-cewek pada umumnya. Supaya gue bisa lebih percaya diri.

SASHA

Lo yakin?

(Beat)

Lo kan alergi sama lotion dan bahan-bahan kimia gitu. Lo gak takut kalau itu bakal berisiko tinggi?

Karin menghela napas panjang. Lalu bangkit dari rebah. Mengubah posisi menjadi duduk.

KARIN

Gue emang masih belum terlalu yakin. Tapi kalo gue gak nyoba, selamanya gue bakal begini terus.

Sasha mengembuskan napas panjang.

SASHA

Yaudah, terserah deh! Kalau emang itu bisa bikin lo bahasa, ya suka-suka lo!

(Beat)

Tapi kalau kenapa-napa, resikonya lo tanggung sendiri, ya!

(Beat)

Jangan lupa, minta izin ke nyokap lo dulu!

Sasha kembali melanjutkan pekerjaannya.

Karin bergeming. Ia terlihat agak ragu.

41. KAMAR NITA - RUMAH - NIGHT

Karin dan Nita duduk di atas ranjang secara berhadapan. Karin baru saja memberitahu keinginannya untuk melakukan laser treatment. Tapi Nita tampaknya tidak setuju.

NITA

Aduuh... Kak...

(Beat)

Kamu tuh macem-macem aja deh! Buat apa sih laser-laser kayak gitu?! Nanti kalo jadi makin parah gimana?

KARIN

Gak akan jadi makin parah, Ma! Justru ini tuh bakal nyembuhin KP nya!

Nita menggeleng.

NITA

Siapa yang jamin bakal sembuh?

(Beat)

Kamu tuh beruntusan item-item begitu karena keturunan dari Ayah. Cuma memang sih, punya kamu lebih parah.

(Beat)

Tapi bukan berarti kamu boleh perawatan aneh-aneh pake laser gak jelas itu! Nanti kalo bahaya kan kamu juga yang rugi!

Karin merengut. Wajahnya muram.

NITA (CONT'D)

Lagian ya, Kak! Biayanya juga mahal. Sayang uangnya.

(Beat)

Mending kamu pake buat urusan lain yang lebih penting, yang lebih bermanfaat.

KARIN

Kata Mama, Karin boleh pake uang Karin sendiri buat beli apapun yang Karin mau. Asalkan bermanfaat.

(Beat)

Laser treatment kan bermanfaat, Ma! Bisa bikin kulit Karin jadi mulus!

Nita menggeleng.

NITA

Enggak, enggak! Pokoknya Mama gak setuju!

(Beat)

Meskipun itu uang kamu, tapi kamu anak Mama!

(Beat)

Nurut apa kata Mama!

Karin tersenyum masam. Memperlihatkan tatapan memohon.

KARIN

Tapi, Ma...

Nita menggeleng.

NITA

Enggak!

(Beat)

Resikonya tinggi!

CUT TO:

42. MEJA - RUANG DOKTER - DAY

Karin sedang berkonsultasi dengan dokter spesialis kulit. Dokter itu, Gita, 38, memberitahu banyak hal pada Karin.

Dr. GITA

Sebenarnya, karena KP nya Mbak itu muncul karena faktor genetik. Saya gak bisa jamin kalau misalkan setelah dilaser pun keratosisnya bakalan hilang permanen.

(Beat)

Ada kemungkinan, keratosisnya akan muncul lagi. Tapi untuk tenggat waktunya tergantung keadaan kulitnya sendiri.

(Beat)

Kalau misalkan permukaannya itu lembab, mungkin waktu untuk muncul laginya akan lebih lama. Sebaliknya, kalau permukaannya kering. Kemungkinan besar kembalinya akan lebih cepat.

(Beat)

Karena itu, setelah dilaser pun, Mbak harus sering-sering memberikan perawatan. Sering-sering pakai lotion, supaya kulitnya gak kering.

Karin tertegun. Matanya menatap Dr. Gita penuh harap.

KARIN

Tapi, Dok! Saya alergi lotion. Kulit saya juga rentan sama produk-produk perawatan yang mengandung bahan-bahan kimia.

Dr. GITA menghela napas panjang. Lalu tersenyum.

Dr. GITA

Kalau memang, Mbak benar-benar mau melakukan perawatan ini, saya bisa kasih pelembab yang kandungannya aman untuk tipe kulit sensitif.

(Beat)

Tapi meskipun begitu, resiko timbulnya reaksi gatal atau kemerahan mungkin masih ada. Cuma jadi lebih kecil.

Karin bergeming. Menghela napas panjang sambil berpikir.

Dr. Gita menatap Karin dengan alis terangkat. Menunggu jawaban.

Dr. GITA

Jadi gimana? Mau coba bagian lengan dulu?

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar