Luka Tanpa Asa
Daftar Bagian
1. Pertemuan Kita
FADE IN :1.INT. BANDARA JUANDA PAGIHANA(V.O.
2. Masa Lalu Nobuko
FADE IN:DISSOLVE TO:5.INT. RUMAH ADIGUNA (RUA
3. Aku Baik-Baik Saja
10.EXT. SMA NEGERI SATU GRESIK / TEMPAT PARKIR S
4. Tidak Terulang Lagi
FADE IN:18.EXT. SMA NEGERI 1 GRESIK / INT. RUANG
5. Ekor Haru
FADE IN:21.INT. RUMAH ADIGUNA / LANTAI 2 - PAGIH
6. Tentang Haru
FADE IN:30.INT. RUMAH ADIGUNA / INT. RUANG KELAS
7. Tidak Mau Menjadi Penggantinya
FADE IN:39.INT. RUANG KELAS X-1 PAGIZUNA(set
8. Kasar
FADE IN:46.INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG MAKAN
9. Hana Bercerita
FADE IN:1.INT. RUANG KELAS X-1 PAGIHana mera
10. Fake
FADE IN:53.INT. RUMAH HERMAWAN SIANGZUNA(O.S
11. Memanfaatkan
FADE IN:67.EXT. LORONG SEKOLAH PAGIPada saat
12. Rasa Campur Aduk
FADE IN73.INT. KAMAR HANA SORESore ini Hana
13. Kata-Kata yang Kejam
FADE IN:84.INT. KAMAR HANA MALAMINSERT:Hana
14. Menjauh
FADE IN:87.INT. RUANG KELAS X-1 PAGIHaru mer
15. Berdamai
FADE IN:DISSOLVE TO:102.EXT. DI PANTAI P
16. Ingin Berbicara Denganmu
FADE IN:106.INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HARU
17. Happy Birthday Kakak!
FADE IN:111.INT. RUMAH ADIGUNA / KAMAR HARU
18. Hidup Tidak Terlalu Membosankan
FADE IN:116.INT. RUMAH BU HERMAWAN / KAMAR ZENO
19. Serigala Berbulu Domba
FADE IN:121.EXT. HALAMAN BELAKANG SEKOLAH PA
20. Penyelamatan Hana
*PeringatanAdegan ini mengandung unsur kekerasan.
21. Terbongkar
FADE IN:127.INT. RUANG BIMBINGAN KONSELING S
22. Sepucuk Surat Merah Muda
FADE IN:131.INT. RUANG KLINIK PSIKOLOGI SIAN
23. Pernyataan Cinta
FADE IN:138.INT. RUMAH ADIGUNA / RUANG TAMU
24. Luka yang Terjahit Rapi
FADE IN:142.EXT. HALAMAN BELAKANG SEKOLAH PA
24. Luka yang Terjahit Rapi

FADE IN:

142. EXT. HALAMAN BELAKANG SEKOLAH – PAGI

Di belakang sekolah, Haru bersandar di tembok sembari menarik nafas dalam-dalam. Matanya menerawang ke atas, menatap langit biru yang cerah.

 

HARU

(V.O.)

Andaikan saja hari ini mendung. Pasti aku akan merasa bersyukur sekali. paling tidak, langit juga dapat merasakan apa yang aku rasakan.

 

Lantas Haru merogoh sesuatu di saku celananya. Ia mengambil seputung rokok dan menyalakan api di ujungnya. Namun belum sampai menghisap rokoknya, ia teringat kembali wajah Hana. Dia tahu kalau Hana tidak suka melihatnya merokok. Haru juga mengingat perkataan Hana waktu itu.

HARU

(berbicara sendiri sambil menatap rokok yang masih dipegangnya)

Hana bilang kalau merokok tidak baik untuk kesehatan. Fhuh, menyusahkan!

 

Sebatang rokok itu ia jatuhkan dan diinjaknya sampai hancur. Haru mengambil kembali sekotak rokok dari dalam saku celananya. Ia keluarkan semua isinya dan dihancurkannya ke tanah seperti nasib putung rokok sebelumnya. Entah kenapa kini perasaan Haru menjadi lebih lega. Ia pun menghela nafas panjang dan kembali menengadah ke langit.

 

HANA

(terkejut)

Kak Haru membuang semua rokoknya?

 

Haru terkejut kala melihat Hana berada tidak jauh darinya. Hana tampak sedikit kelelahan. Nafasnya tidak beraturan. Sepertinya dia sehabis berlari sebelumnya. Haru tidak menyahut. Di dalam dasar hatinya, ia merasa khawatir karena melihat Hana baru saja berlari. Ia takut terjadi apa-apa pada Hana lagi setelah ia sembuh dari sakitnya. Namun setelah melihat keadaan adik tirinya itu hanya sekedar merasa lelah saja, ia merasa lega. Hana berjalan mendekatinya. Gadis itu melihat kondisi rokok yang sudah dilumat dengan kaki Haru tadi.

 

HANA

(tersenyum)

Sungguh mengenaskan.

 

Melihat Hana yang tersenyum padanya, membuat Haru akhirnya luluh juga. Ia ikut-ikutan menyunggingkan senyum. Lalu Hana ikut-ikutan bersandar di tembok dan menengadahkan kepalanya ke atas. Ia memandang langit bersama dengan Haru.

 

HARU

(penasaran)

Kenapa kamu disini? Bukannya tadi ada yang menyatakan perasaannya padamu loh. Kalian sudah..

 

Hana melirik Haru sesaat.

 

HARU

(berseru)

Ah, lupakan!

 

Hana terkekeh mendengarnya.

 

143. INT. KANTIN – PAGI

FLASHBACK

Hana tidak menduga bahwa ia telah melakukan sesuatu yang berani untuk pertama kalinya. Ingatannya melayang kembali di saat Zeno menyatakan perasaannya kepada Hana di depan banyak orang. Hana tampak ragu untuk menjawabnya. Namun pada akhirnya ia menerima pemberian sekuntum bunga mawar putih itu. semua siswa bertepuk tangan menyambut pasangan baru di sekolahnya. Setelah kerumunan itu bubar, Hana meminta Zeno untuk berbicara berdua dengannya. Teman-temannya pun memberikan ruang untuk mereka berdua.

 

144. EXT. LAPANGAN BASKET – PAGI

Hana dan Zeno memutuskan untuk mengobrol di dekat lapangan basket.

 

HANA

(penasaran)

Apa kak Haru mengetahui tujuan dari kejutan ini?

 

Zeno menganggukkan kepalanya.

 

ZENO

(V.O.)

Aku sudah mengira bahwa di dalam relung hati Hana hanyalah ada sosok Haru. Padahal aku sudah memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya sekaligus meminta ijin dari Haru. Tidak disangka Haru mengabulkan keinginanku dengan syarat kalau aku tidak boleh membuat Hana menangis dan terluka lagi. Atas bantuan Haru, kejutan tadi berjalan dengan lancar. Namun ternyata kejutan tadi tetap tidak mampu meluluhkan hati Hana.

 

Hana memberikan kembali mawar putih yang sedari tadi dipegangnya. Zeno menatapnya tidak percaya. Namun Hana membalasnya dengan wajah haru.

 

HANA

(tersenyum dengan mata berkaca-kaca)

Terima kasih atas semuanya, Zeno. Terima kasih karena kamu sudah menjadi teman baikku. Terima kasih karena sudah memiliki perasaan yang tulus padaku. Sebelum aku kesini, aku tidak akan mengira bahwa aku akan bertemu dan memiliki teman-teman yang baik seperti kalian. Aku menyayangimu Zeno. Namun hanya sebatas itu. Jadi berikanlah mawar putih ini kepada gadis yang sama-sama memiliki ketulusan seperti dirimu.

 

Zeno mengambil kembali mawar putih tersebut. Rasanya ia ingin menangis saat itu juga. Penolakan Hana membuat hatinya terasa sakit. Namun kejujuran dari Hana cukup membuatnya mengerti bahwa yang ada di hati Hana hanyalah Haru.

 

ZENO

(tersenyum kecut)

Kamu pengecut, Hana.

HANA

(terkejut)

Apa?

ZENO

(memancing)

Kamu ingat kan tulisan apa yang tertulis di surat Zuna?

HANA

(terkejut)

Kamu membacanya juga?

 

Zeno menganggukkan kepala.

 

ZENO

(tersenyum getir)

Zuna memintaku untuk membacanya. Entah kenapa sekarang ia lebih berhati-hati dalam bertindak. Dia tidak ingin menulis sesuatu hal yang salah padamu. Tetapi jauh sebelum aku membaca surat itu, aku pun sudah tahu kalau sebenarnya kamu memiliki perasaan kepada kakak tirimu itu. Tetapi perasaanku padamu membuatku menepis semua pemikiran itu. Entah berapa lama lagi kamu menyembunyikan perasaanmu itu.

HANA

(bingung)

Tapi aku tidak yakin kalau apa yang akan aku lakukan nantinya itu benar. Kalau seandainya kak Haru memiliki perasaan yang sama padaku, lantas bagaimana pandangan orang-orang terhadap kami berdua nantinya?

ZENO

(memancing)

Apa kamu yakin menunda untuk mengatakan perasaanmu itu? Bagaimana kalau suatu hari nanti Haru bersama dengan gadis lain? Apakah kamu tidak menyesalinya?

 

Hana meringkuk sembari memeluk lututnya. Ia membayangkan bagaimana seandainya tebakan Zeno benar. Seperti kejutan yang diberikan oleh Zeno hari ini. Segalanya tidak terduga. Jika saat itu tiba, Hana tidak ingin menyesalinya dan mengubur segala perasaannya pada Haru selamanya. Dia menengok ke arah Zeno lagi. Belum mengatakan apa-apa, Zeno tersenyum padanya.

ZENO

(tersenyum tipis)

Saat mendengar penolakan darimu memang nyeri sih rasanya. Tetapi aku lega karena aku benar-benar sudah tahu jawabannya. Jadi.. apa Hana bisa seberani aku? Aku tidak tahu. Karena yang tahu hanyalah diri Hana sendiri. Benar kan, Han?

 

Hana tersenyum kembali memikirkan Zeno yang selalu mendukungnya.

 

HANA

(V.O.)

Aku memang akan merasa menyesal karena sudah menolak cowok sebaik dia. Tetapi aku juga tidak ingin membohongi perasaanku hanya untuk menyenangkan hati Zeno. Cowok itu lebih pantas bersanding dengan gadis yang lebih baik daripada diriku.

 

CUT BACK TO:

 

145. EXT. HALAMAN BELAKANG SEKOLAH – PAGI

HANA

(berbicara sendiri sambil memandang langit)

Jika pemandangan langit biru memenuhimu dengan sukacita, jika sehelai rumput muncul di ladang, memiliki kekuatan untuk menggerakkanmu, jika hal-hal sederhana dari alam memiliki pesan yang kamu pahami, bersukacitalah, karena jiwamu itu hidup.

 

Ucapan Hana membuat Haru menoleh ke arah gadis yang masih menengadahkan kepalanya ke atas. Gadis itu tampak begitu menikmati pemandangan di atas sana.

HARU

(heran)

Puitis banget.

HANA

(menoleh)

Itu kutipan dari Eleonora Duse. Aktris dari Italia, kak Haru.

HARU

(sambil menunjukkan wajah iseng)

Nggak kenal tuh.

 

Hana menjadi sebal mendengarnya. Haru terkekeh melihat wajah cemberut adik tirinya. Dia kembali menengadah memandang langit. Hana menelan ludah sesaat. Ia menatap Haru dengan berani.

 

HANA

(V.O.)

Ini saatnya!

 

Lalu Hana memejamkan matanya rapat-rapat.

 

HANA

(terbata-bata)

Su.. suki.. ano.. sudah lama aku...

HARU

(tenang)

Aku juga, Hana.

HANA

(membuka matanya kembali)

Ap.. apa???

HARU

(memegang kedua bahu Hana)

Entah sejak kapan aku merasakan sesuatu untukmu. Awalnya kebencian itu merasuki segala pemikiranku. Maafkan aku ya. Tetapi kamu harus tahu kalau lama-lama kamu menghancurkan pemikiran buruk itu. Tidak selamanya kebencian akan membuat segalanya menjadi baik. Kamu lah yang menyadarkanku. Kamu dan mama Nobuko membuatku merasakan kembali apa arti dicintai. Aku kira kita akan menjadi keluarga yang lengkap seperti impian papa jika aku mengubur perasaanku ini. Tetapi lama-lama rasa cintaku ini semakin besar padamu. Rasa sayang yang melebihi dari seorang kakak. Aku pun menyadari tidak pernah melihatmu sebagai seorang adik. Sedari pertama kali kita bertemu...

HANA

(berterusterang)

Aku juga merasakan hal yang sama padamu, kak. Sejak pertama kali aku bertemu denganmu, aku merasakan sesuatu yang berbeda. Lama-kelamaan perasaanku bertumbuh begitu saja. Status kita sebagai kakak-adik membuatku menyadari kalau perasaan itu tidak akan mungkin boleh tumbuh terus begitu dalam.

 

Haru langsung memeluk Hana dengan erat.

 

HARU

(tegas)

Han, kalau memang itu yang kita rasakan, kita tidak bisa mencegahnya. Kita harus memperjuangkan perasaan kita ini. Aku tidak peduli apa kata orang, aku akan tetap menyayangimu dan mencintaimu.

HANA

(membalas pelukan Haru)

Kak Haru...

HANA

(V.O.)

Seperti apa kata Zeno, perasaanku menjadi begitu lega. Akhirnya perasaanku terbalaskan juga. Tetapi aku pun tahu tantangan yang harus kami hadapi itu nantinya tidaklah mudah. Kak Haru pun juga sudah menyatakan bahwa ia tidak peduli apa kata orang lain dan aku juga harus berani untuk memperjuangkan perasaan kami juga.

HANA

(pelan)

Papa dan mama harus tahu, kak.

 

Haru melepaskan pelukannya. Ia mengelus pipi Hana lembut. Lalu ia kembali bersandar di tembok sembari menengadah ke arah langit. Hana pun melakukan hal yang sama.

 

HARU

(tersenyum)

Tentu saja. Sebelum kita memulai hubungan baru, papa dan mama adalah orang pertama yang harus tahu tentang hal ini.

 

Keduanya memandang langit bersama. Langit berwarna biru dengan goresan awan putih yang dirasa begitu indah untuk dinikmati bersama. Baik Hana maupun Haru merasa bahwa hari itu adalah hari yang terlalu berharga untuk disia-siakan.

 

HANA

(O.S.)

Sebuah luka yang tergores di tubuh tidaklah terasa sakit jika dibandingkan luka batin yang aku rasakan selama ini. Entah mengapa luka itu sudah lama menganga lebar dan diriku tidak mampu menjahitnya lagi. Sisa-sisa jahitan yang telah terputus itu terlihat menyedihkan. Ingin rasanya aku berteriak keras menunjuk ke atas langit untuk menurunkan keajaiban padaku. Namun ternyata Tuhan benar-benar mendengar doaku. Tidak hanya aku yang mendapatkan keajaiban untuk mengobati segala lukaku ini, tetapi orang asing yang bernama Haru Einstein juga turut merasakannya. Kami memang berasal dari dua tempat yang berbeda. Tetapi kami memiliki satu luka yang sama. Seperti luka tanpa asa. Luka dari masa lalu yang kami rasakan begitu dalam. Ukuran kedalamannya pun tak terkira hingga kami sama-sama berpikir untuk tidak lagi mengharapkan orang lain untuk mengulurkan tangannya pada kami. Karena kami tahu bahwa itu semua kan terbuang percuma. Lebih baik tersakiti sendirian. Pertemuan kami yang tidak terencana lambat laun membuat hubungan kami semakin dekat dan saling mengobati satu sama lain. sama-sama menjahit luka dan mengeringkannya hingga jahitan itu tak berbekas. Tentu saja tidak hanya sekedar hubungan kami saja yang membuat kami memutuskan kembali untuk hidup lebih kuat lagi. Papa, mama, Yumi, dan teman-teman disini turut menyembuhkan luka kami. Tak disangka banyak dari mereka yang mengulurkan tangan pada kami. Entah sejak kapan aku maupun kak Haru menerima uluran tangan mereka. Membangun kepercayaan kembali memang tidak mudah. Tetapi kehadiran orang-orang disekitarku membuatku memercayai kembali bahwa orang-orang yang baik dan peduli itu ada. Aku belajar untuk merasa bahagia hingga merasakan rasa sakit dari mereka. Namun itulah yang membuatku semakin menyadari apa arti dari hidup. Kak Haru merasakannya juga, bukan?

 

FADE OUT

 

END


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar