Kembali Ke Masa Muda
5. Bertemu Teman Lama

SCENE 7 INT, GEDUNG PERKANTORAN, PAGI

MAIN TITLE

Tahun 2020

Mauren terlihat keluar dari lift begitu pintu lift nya terbuka. Pertemuan singkatnya tadi dengan Alvaro masih menyisakan senyum bahagia di wajahnya. Pikirannya mulai melayang kemana-mana.

MAUREN (VO)

Apa tadi Al masuk lagi ke dalam lift cuma buat nyapa aku? (Masih dengan tersenyum sendiri)

Kemudian Mauren menepuk jidatnya sendiri seolah baru menyadari sesuatu.

MAUREN CONT'D

O... Iya, kenapa aku sampe lupa nanya, kenapa Al bisa ada di kantor ini juga? (Ujarnya sembari melangkah tergesa menuju sebuah ruangan)

MAUREN CONT'D

Tikungan pertama, belok kanan. Ruangan paling ujung.(Menirukan perkataan pria berisik yang sedari tadi menelponnya)

Mauren sudah berdiri di depan ruangan itu sekarang. Sejenak masih menatapi pintu kayu yang masih tertutup rapat di hadapannya itu sembari mengatur nafasnya agar tidak gugup. Baru setelahnya memberanikan diri untuk mengetuk pintu.

SEBASTIAN

Kamu? (Ekspresi wajah terkejut)

Bastian tiba-tiba muncul dari balik pintu sebelum Mauren sempat mengetuknya. 

Mauren balas menatap dengan sama terkejutnya.

Dari caranya menatap mereka seperti saling kenal. Mereka adalah teman lama saat SMA.

Sebuah slide bayangan langsung berkelebat di kepala Mauren.

FLASH BACK

Mauren dan Bastian saling tersenyum di bawah pohon rindang, mereka mengenakan seragam SMA, dan di tangan keduanya memegang es loli.

FLASH BACK OFF

SEBASTIAN

Jadi apakah kamu penulis itu? (Tanyanya dengan wajah sedikit gugup)

Sedangkan Mauren hanya mengangguk perlahan dengan ekspresi keterkejutan yang belum hilang dari wajahnya.

SEBASTIAN CONT'D

Masuklah, semua udah menunggu kamu, kalau kamu tahu ini sangat penting buat kamu, kamu pasti bakalan mikir dua kali buat telat dateng. (Serunya, wajahnya pun jadi berubah sedikit ketus)

Sedangkan Mauren hanya bisa ternganga tak percaya.

Tanpa mengubah ekspresi dingin dari wajahnya, tangan Bastian bergerak meraih pergelangan tangan Mauren dan segera menariknya ke dalam ruangan.

MAUREN (VO)

Eh ... apa-apaan nih? (Batinnya)

Baru saja Mauren ingin mengajukan protes, tapi sepertinya tak sempat lagi. Karena di ruangan itu sudah hadir beberapa orang dan sedang menatap ke arahnya juga Bastian.

Sejenak Mauren masih berdiri canggung dan kikuk, ini pertama kalinya dalam hidupnya, dan tak pernah terlintas sedikitpun di benaknya. Dia akan menandatangani sebuah kontrak besar.

Bastian menarik sebuah kursi dan mempersilahkan Mauren untuk duduk. Pria itu belum juga mengubah ekspresinya.

Mauren hanya bisa menurut kemudian duduk.

MAUREN CONT'D (VO)

Kenapa Bastian jadi berubah jadi cowok yang jutek gini? Apa karena aku Dateng telat? (Matanya melirik ke arah Bastian yang juga sudah tampak duduk di sisinya)

Kemudian Mauren memperhatikan sekitat. Di meja yang berbentuk lingkaran yang cukup besar itu, sudah tampak beberapa orang yang hadir, tak ada satupun kursi yang tersisa. Sepertinya memang hanya dirinya yang terlambat. Jadi mungkin itu penyebab seorang Bastian mendadak ketus padanya.

Dan mendadak wajah Mauren seperti tersadar akan sesuatu.

MAUREN (VO)

Tunggu bentar deh, Bastian itu siapa di sini?

SEBASTIAN

Baiklah, saya selaku pemilik PH. Art Media. Saya kira, meeting kita bisa di mulai sekarang, karena sang penulis yang terhormat ini, sudah hadir di tengah-tengah kita sekarang!(Berbicara dengan sedikit penekanan, menoleh ke arah Mauren dengan tatapan sedikit mengejek)

Mata Mauren seketika terbelalak tak percaya saat mengetahui siapa sebenarnya Bastian. Ia tak menduga pria berandalan yang dulunya adalah ketua geng motor saat SMA, sekarang sudah menjelma menjadi seorang eksekutif muda yang sukses.

Tapi kekagumannya terhadap Bastian tak bertahan lama, Mauren langsung melayangkan tatapan tajam pada pria yang duduk disisinya seusai pria itu menyelesaikan kalimat terakhirnya.

Walaupun ada sedikit ketegangan di awal. Namun meeting terlihat berjalan lancar.

Seseorang menyodorkan map berisi kontrak kerja. Mauren tersenyum dan menandatanganinya dengan penuh semangat.

Meeting pun berakhir, semua peserta meeting menjabat tangan Mauren dan Bastian secara bergantian.

Setelahnya ruangan menjadi sepi, semua orang sudah keluar ruangan, hanya tersisa Mauren dan Bastian.

Mauren terlihat seperti tak bisa menahan diri untuk melompat kegirangan. Ini adalah keberhasilan pertamanya setelah banyak kegagalan yang ia alami selama ini.

Mendadak slide bayangan tentang kegagalannya yang sering di tolak saat melamar pekerjaan membayang di benaknya.

FLASH BACK

Mauren menggunakan pakaian rapi, keluar masuk gedung untuk melamar pekerjaan. Tapi setelah wawancara ia selalu di tolak.

FLASH BACK OFF

Rasa bangga, terharu, bercampur menjadi satu hingga tanpa sadar Mauren menitikkan air mata.

SEBASTIAN

Pakai ini! (Mengacungkan sebuah sapu tangan ke hadapan Mauren)

Mauren mendongak menatap Sebastian.

SEBASTIAN

Ternyata kamu masih sama saja ya kayak dulu, cengeng! (Ejeknya seraya mendorong kursi dan berdiri)

MAUREN

Aku nggak cengeng, ini air mata bahagia, tau! (Sergahnya dengan nada kesal)

Dari tadi Mauren sudah mencoba bersabar dengan perlakuan pria yang kini sudah berdiri memunggunginya.

SEBASTIAN

Tapi tetap aja kan, keluar air mata, apa coba itu namanya kalo bukan baper(bawa perasaan)

Bastian memutar badannya menghadap Mauren kemudian menyeringai. Wajahnya terlihat menyebalkan sekali. 

MAUREN (VO)

Apa sih mau nya tuh cowok, baru juga ketemu, tapi kayak mau ngajak ribut. (Dengusnya kesal dalam hati)

MAUREN

Ya..., terserah kamu sajalah, nggak apa-apa juga kok kalo mau nyebut aku baperan. (Sahutnya dengan berlagak santai)

SEBASTIAN

Bukan aku yang anggap kamu baperan, tapi emang kamu suka baperan dari dulu. (Sahutnya tak mau kalah)

Mauren hanya bisa menggeleng tak percaya.

MAUREN (VO)

Salah apa sih aku sama dia, sampai dia segitu ketusnya sama aku? (Gumamnya lagi dalam hati)

Mauren menatap tajam ke arah Bastian sebelum akhirnya memutuskan untuk beranjak dari kursinya dan segera ingin berlalu dari hadapan pria itu. Kalo saja ia tidak ingat Bastian adalah partner kerjanya saat ini, ia pasti tak akan segan-segan untuk mengumpati pria itu.

Mauren menghentikan langkahnya sejenak saat hendak melewati Bastian.

MAUREN

Permisi tuan Sebastian yang terhormat, senang akhirnya bisa bekerja sama dengan anda! (Bermaksud menyindir balik Bastian)

Setelahnya melanjutkan langkahnya tanpa ingin menatap ke arah Sebastian.

Bastian hanya mengerutkan dahinya sebentar.

SEBASTIAN

Tunggu! (Ujarnya mencoba menghentikan langkah Mauren)

Mauren tampak memutar bola mata malas kemudian menghentikan langkahnya, tapi enggan membalik tubuhnya menghadap Mauren.

SEBASTIAN

Besok kamu harus tetap datang ke kantor ini untuk berdiskusi dengan team penulis naskah kami, pastikan jangan sampai terlambat lagi.

Mauren menghela nafas jengah malas.

MAUREN

Kayaknya tadi itu udah di bahas pas meeting deh! Yaudah, tenang aja, aku enggak bakal telat kok. Puas! (Mauren memberikan penekanan pada kalimat terakhirnya)

SEBASTIAN

Kalo lagi ngomong itu matanya liat ke orangnya! (Membalas perkataan Mauren dengan sama ketusnya)

Kata-kata Sebastian kali ini benar-benar membuat kesabaran Mauren terkuras. Mau tidak mau ia terpaksa membalik tubuhnya dan menghadap ke arah pria itu. Sebuah seringai kembali tersungging di bibir Sebastian. Merasa menang.

Bastian masih berdiri sembari memegang dagunya. Tanpa sadar gelang yang ada di pergelangan tangannya terlihat oleh Mauren.

Mauren tampak memerhatikan gelang tersebut dengan seksama.

MAUREN (VO) 

Gelang itu? (Tatapan tak yakin)

Bastian yang menyadari tatapan Mauren yang tiba-tiba terfokus pada gelangnya. Ia pun buru-buru menurunkan lengannya.

MAUREN

Kamu beli dimana gelang itu?(Tanyanya kemudian)

Sebuah slide bayangan kembali membayang di benak Mauren.

FLASH BACK

Saat itu di sekolah sedang di adakan festival, Mauren terlihat membeli sebuah gelang di sebuah stand milik murid lain.

FLASH BACK OFF

BASTIAN

Ngapain tanya-tanya, bukan hak kamu untuk menanyakan hal itu!(sahutnya ketus)

Bastian pun akhirnya melangkah berkala mendahului Mauren. Saat melewati Mauren, ia sempat melayangkan tatapan tajam pada wanita itu.

Mauren hampir tak percaya dengan jawaban yang di berikan oleh Bastian. Dia hanya bisa mengaga.

MAUREN (VO)

Astaga ... galaknya...

CUT TO

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar