Kembali ke Bangku Taman
1. Keseluruhan Bagian


KEMBALI KE BANGKU TAMAN


Short Film Script

(A standalone story, adapted from the author’s novel)


Written by:

Achmad Afifuddin


© 2025 Achmad Afifuddin. All Rights Reserved.



DAFTAR ADEGAN (URUTAN KRONOLOGIS): 

FLASHBACK 1 – Kecelakaan Naodi 

FLASHBACK 2 – Pertemuan Ariq dengan Vivinan 

FLASHBACK 3 – Pertemuan Ariq dengan Naodi 

FLASHBACK 4 – Konfrontasi Ariq dengan Naodi & Vivinan 

FLASHBACK 5 – Pengakuan Ariq kepada Vivinan (V.O.) 

FLASHBACK 6 – Perpisahan Ariq dengan Naodi & Vivinan 

PRESENT    – Ariq sendirian di bangku taman 


1.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT – SEQUENCE (PRESENT) 

HUJAN LEBAT SEDIKIT MEREDA, TETAP DERAS mengguyur Taman sepi. LAMPU TAMAN YANG BERPENDAR REDUP - SESEKALI NYALA-MATI di samping bangku taman. 


SUARA GESEKAN DAUN BERINGIN terdengar JELAS diterpa ANGIN CUKUP KENCANG. 


Bangku taman di depan pohon beringin basah dan dingin. 


Ariq duduk di bangku, menunduk. Bajunya lembap, rambut meneteskan air. 


Tangannya gemetar. Memeras cincin di jari tengah kanan dengan tangan kirinya. 

Ia berusaha mengontrol kecewa. 


Ariq menatap sisi bangku sebelahnya. Kosong. 


WIDE SHOT – TIMELAPSE: 

-  Timelapse terhadap PRESENT SCENE di bangku taman secara keseluruhan (dari akhir SCENE 1, SCENE 5, dan SCENE 13 hingga siang tiba). 

-  HUJAN DERAS - LAMPU TAMAN BERPENDAR REDUP SESEKALI MATI-NYALA, lalu MELEBAT – LAMPU BERKEDIP CEPAT, dan kembali berubah GERIMIS hingga berhenti sebelum pagi - LAMPU TAMAN KEMBALI MENYALA NORMAL. 

-  Masih gelap saat LAMPU TAMAN KEMBALI NORMAL, Ariq beranjak meninggalkan bangku taman. Setelahnya, bangku selalu kosong. 

-  Malam berganti pagi, lalu siang. LAMPU TAMAN DIMATIKAN. 


2.  EXT. JALAN – TROTOAR – AFTERNOON - SEQUENCE (FLASHBACK 3) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi berlangsung halus dari timelapse END SCENE 1 menuju siang. 

Waktu terasa berjalan linear, meski secara naratif ini adalah lompatan dari PRESENT ke FLASHBACK. 


Terik matahari menyinari trotoar basah, mulai mengering. 

Tidak ada satu kendaraan pun lewat. 


Ariq dan Vivinan berbincang sambil berjalan menyusuri trotoar. 


VIVINAN 

Kamu tetap di bangku taman? 

Sejak sepuluh hari yang lalu? 


Ariq mengangguk. 


VIVINAN 

(merayu) 

Berarti cuma aku dong yang bisa bikin kamu 

baikkan? 


ARIQ 

Ge-er lo! 


VIVINAN 

Ngaku aja sih.... 

Ayo bilang, “Vivinan cantik,” gitu! 


ARIQ 

Idih! 


VIVINAN 

(kesal, tapi manja) 

Ariq rese! 


Langkah Ariq terhenti, melihat Naodi duduk di trotoar dengan kebingungan. 


Vivinan sadar, sosok wanita itu adalah kekasih Ariq. 


VIVINAN 

(membujuk) 

Gapapa, Ariq. 


Vivinan menarik tangan Ariq, mendekati Naodi. 


ARIQ 

Na... Naodi? 


NAODI 

(terkejut) 

Mas? 


Ariq dan Naodi berpelukan. Mereka menangis haru. 

Vivinan tidak bereaksi. 


ARIQ 

(menunjuk Vivinan) 

Ini Vinan, 

teman yang baru ku kenal di sini. 


Vivinan dan Naodi berkenalan canggung. 


Ariq meraih dan menggenggam tangan Naodi. 


ARIQ 

Vinan, ayo kembali ke taman. 


VIVINAN 

(terbata) 

Anu... aku harus pergi ke suatu tempat, 

Ada sedikit urusan. 


Ariq dan Naodi menatap Vivinan heran. 

Vivinan pergi meninggalkan Ariq dan Naodi. 

Ariq dan Naodi menyusuri trotoar menuju Taman. 


MONTAGE: 

- Ariq dan Naodi bergenggaman tangan, berjalan menyusuri trotoar. 

- Naodi tersenyum lepas. 

- Ariq membalas senyuman, tapi raut wajahnya penuh pertimbangan. 


3.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – AFTERNOON – CONTINUOUS

ANGIN BERHEMBUS PELAN.  

SUARA GESEKAN DAUN BERINGIN terdengar SAMAR. 


Ariq dan Naodi duduk berdekatan di bangku taman.  

Naodi memeluk Ariq dari samping, kepalanya bersandar di bahu. 


ARIQ 

(pelan) 

Naodi?


NAODI 

Iya, Mas. 


ARIQ 

Kamu nggak ingin kembali? 


Naodi menggeleng. Tetap memeluk.  


NAODI 

Dunia itu kejam, Mas. 


Ariq menghela napas. 


ARIQ 

Tetap saja... 


Naodi melepas pelukan. 


NAODI 

Kamu tidak suka aku di sini, ya? 


ARIQ 

Bukan begitu. 


NAODI 

Lalu? 


ARIQ 

Aku... aku khawatir.  

Soal kamu, sekolah kamu, cita-cita kamu, dan... 


NAODI 

(memotong) 

Aku khawatir sama kamu, Mas. 


ARIQ 

(melanjutkan) 

... dan aku khawatir dengan nasib kamu di sini.  

Ayah dan ibumu, teman-teman kamu,  

semuanya pasti khawatir juga. 


Naodi memegang daun telinganya — terlihat tanda titik koma. 


NAODI 

Kenapa? Karena aku belum sepenuhnya ada di sini? 


Ariq menggeleng. Menatapnya lembut. 


NAODI 

Bagiku bukan masalah, Mas.  

Asal aku bisa selamanya sama kamu. 


Ariq diam. Naodi kembali memeluknya. 


MONTAGE HALUS: 

-  Ariq menggenggam tangan Naodi. 

-  Keheningan yang berat. 


ANGIN BERHEMBUS SEDANG.  

SUARA GESEKAN DAUN BERINGIN MULAI JELAS. 


ARIQ (V.O.) 

Aku harus mengembalikan Naodi. 

Tapi sepertinya... tidak ada cara lain. 

Aku harus menyakitinya. 


MONTAGE: 

- Daun beringin bergesekan. 

- Cahaya sore berubah jadi siluet malam. 

- LAMPU TAMAN MULAI DINYALAKAN, REDUP. 


4.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT – SEQUENCE (FLASHBACK 2) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi berlangsung halus dari montage END SCENE 3 menuju malam. 

Waktu terasa berjalan linear, meski secara naratif ini adalah FLASHBACK yang berbeda. 


Seekor ngegat datang dan menempel pada LAMPU TAMAN YANG BERPENDAR REDUP. Suara dengungan ngegat terdengar jelas. 


Ariq dan Vivinan sudah duduk di bangku taman. Suasana canggung. 


Vivinan duduk sedikit menjorok, menyentuh Ariq dengan ujung jari. 


VIVINAN 

(nada gemas) 

Kamu bisa lihat aku, kan? 


Ariq diam, seakan tidak peduli. 

MULAI GERIMIS. 


VIVINAN 

(menahan kecewa) 

Huh, sombong! Padahal aku cuma ingin kenalan. 


ARIQ 

(berbisik lirih) 

Dasar cewek aneh! 


Vivinan menjauh sedikit, tapi tetap di bangku yang sama. 


Sunyi. LAMPU TAMAN REDUP SESEKALI NYALA-MATI.

 

ANGIN SEDIKIT KENCANG MENIUP DAUN BERINGIN – beberapa daun gugur. 


GERIMIS BERUBAH DERAS. 

Vivinan mulai menangis lebay, sedikit meraung. 


Ariq menatapnya sekilas.  

Wajah Vivinan tampak hilang-muncul di antara cahaya lampu.  


Ariq merasa bersalah karena mengabaikan Vivinan. 


5.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT – CONTINUED (PRESENT) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi halus dari END SCENE 4. 

HUJAN TETAP DERAS – seolah waktu berjalan linear, meski secara naratif ini adalah lompatan dari FLASHBACK ke PRESENT. 


ANGIN SEDIKIT KENCANG meniup DAUN BERINGIN – beberapa daun gugur. 


LAMPU TAMAN REDUP SESEKALI NYALA-MATI. 


Ariq masih duduk di bangku taman.  

Setelah menatap sisi bangku yang kosong, ia mendongak, menatap ranting di atasnya. 


LAMPU TAMAN BERKEDIP MAKIN CEPAT. 


HUJAN DERAS TAMBAH LEBAT.  

Wajah Ariq semakin basah. 


Ia menatap ranting itu lama - perasaan kecewa kembali memuncak. 


ANGIN KENCANG MENGGERAKKAN RANTING POHON BERINGIN.  

Daun- daunnya berguguran.


6.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT (FLASHBACK 4) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

HUJAN LEBAT seperti END SCENE 5.  

Transisi berlangsung halus - seolah waktu berjalan linear, meski secara naratif ini adalah lompatan dari PRESENT ke FLASHBACK. 


HUJAN SANGAT LEBAT. 

LAMPU TAMAN BERKEDIP CEPAT. 

ANGIN BERHEMBUS KENCANG – banyak daun beringin berguguran. 


Naodi berlari, lalu duduk di bangku taman.  

Ia menangis tersedu. 


Langkah tergesa Ariq dan Vivinan terdengar dari kejauhan. Keduanya menghampiri Naodi. 


ARIQ 

Naodi... 


NAODI 

(membentak, menangis) 

Jangan bicara denganku! 


VIVINAN 

Maaf, Kak Naodi... tapi aku dan Ariq hanya — 


NAODI 

(memotong cepat) 

Pergi! 


Vivinan mundur, tapi Ariq menahan, tatapannya panik. 


ARIQ 

(jeda) 

Kamu nggak boleh pergi... sayang. 


Naodi berhenti menangis. 

Keduanya menatap Ariq — terkejut dengan ucapan tersebut. 


VIVINAN 

(membeku) 

Ariq? 


ARIQ 

(terbata tapi tegas) 

Aku mencintainya, Naodi... (beat) Vivinan. 

Dia satu-satunya yang mengerti aku di sini. Aku dan Vinan bernasib sama.

Kami adalah pasangan yang tidak dapat terpisahkan, bahkan oleh kematian, selamanya! 


LAMPU TAMAN TIBA-TIBA PADAM SEJENAK. 


Saat menyala kembali, Naodi berdiri. 


NAODI 

(dengan suara pecah) 

Kenapa, Mas!? 


Naodi menampar Ariq keras, ia kembali menangis. 


NAODI 

(suara tercekat oleh tangis) 

Jadi ini keputusanmu. 

Semoga... kamu bahagia, Mas. 


Naodi menutup wajahnya yang sembab dengan kedua tangan.

Tubuhnya semakin samar, lalu menghilang.


Ariq terpaku, napasnya berat. 


Vivinan melangkah pelan ke arahnya, air matanya jatuh satu per satu, disamarkan hujan. 


Vivinan menampar Ariq. 


VIVINAN 

(dengan suara lemah) 

Kamu jahat banget, Ariq... 


Vivinan pergi dari bangku taman. 

Meninggalkan Ariq sendirian di bawah hujan. 


LAMPU TAMAN BERKEDIP CEPAT – LALU MATI. 


7.  EXT. JALAN – TROTOAR – NIGHT - SEQUENCE (FLASHBACK 1)

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Lampu taman yang berkedip cepat lalu mati pada SCENE 6 bertransisi menjadi lampu-lampu mobil yang berlalu lalang dengan kedipan cepat di tengah hujan.  

Transisi berlangsung halus - seolah waktu berjalan linear, meski secara naratif ini adalah FLASHBACK berbeda. 


HUJAN LEBAT membasahi aspal.  

Lampu-lampu mobil berkelebat cepat di atas jalan yang basah. 


HUJAN MULAI MENGECIL, TERSISA GERIMIS. 


Naodi berlari menuju pinggir jalan. Wajahnya basah oleh air mata.  

Suara Ariq menggema di kepalanya – sedih, marah, dan kecewa. 


ARIQ (V.O.) 

Dasar pelacur! 


Naodi menyeberang tanpa menoleh.  


Ariq berlari mengejar - tapi terlambat. 


Suara rem berdecit panjang. 

Seseorang menjerit. 


Ariq terpaku.  

Ia melangkah goyah mendekati kerumunan, lalu mundur perlahan. 


Ariq berjalan cepat, matanya berkaca-kaca. Suara napasnya berat.  


Ariq menangis dengan perasaan bersalah. Ia mulai berlari.  


8.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT – CONTINUOUS

GERIMIS terdengar samar. 


LAMPU TAMAN MENYALA NORMAL. DAUN BERINGIN BERGERAK SANGAT HALUS KARENA RINTIK GERIMIS. 


Ariq berdiri di atas bangku taman, menatap ranting tebal di dekatnya.  

Tangannya gemetar saat mengikatkan seutas tali tambang ke ranting. 


Ia menatap tali itu lama — seperti menimbang sesuatu. 

Ia mulai menangis menyesali kecelakaan yang menimpa Naodi. 


HUJAN KEMBALI LEBAT. 


LAMPU TAMAN MATI MENDADAK.  


BLACK SCREEN. 


9.  BLACK SCREEN (FLASHBACK 5) 

HUJAN LEBAT terdengar jelas, tapi suara tangisan Vivinan lebih mendominasi. 


ARIQ (V.O.) 

(memelas) 

Vinan... Vivinan Prianka Putri Semesta. 


VIVINAN (V.O.) 

(marah, membentak sambil menangis) 

APA!? 


ARIQ (V.O.) 

Aku baru sadar,  

aku jatuh cinta dengan seorang wanita yang unik.  

Namanya Vivinan Prianka Putri Semesta. 


VIVINAN (V.O.) 

(masih sesegukan) 

Bohong! Aku pasti cuma pelarian! 


ARIQ (V.O.) 

Nggak, Vinan. 


VIVINAN (V.O.) 

(masih menangis) 

Lalu sejak kapan? 


ARIQ (V.O.) 

Sejak Naodi datang ke sini... 

Aku jatuh cinta sama kamu, sama sikap kamu,  

sama kepribadian kamu dalam menghadapi kedatangan Naodi.  

Sama semuanya! 


Tangisan Vivinan mulai mereda.  

SUARA HUJAN LEBAT kembali menguasai. 


VIVINAN (V.O.) 

(beat) 

Bagaimana dengan Kak Naodi? 


ARIQ (V.O). 

Naodi adalah masa laluku, Vinan. 


10.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT – CONTINUED (PRESENT) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi berlangsung halus dari SCENE 9 (BLACK SCREEN) menjadi Ariq di bangku taman dengan LAMPU TAMAN BERKEDIP CEPAT.  

Seolah waktu berjalan linear, meski secara naratif ini adalah lompatan dari FLASHBACK ke PRESENT. 


HUJAN MASIH LEBAT. 


Ariq masih mendongak, menatap RANTING POHON BERINGIN YANG BERGERAK CEPAT TERTIUP ANGIN.  


Ariq menghembuskan napas panjang. Mencoba melepaskan seluruh rasa kecewa. 


ARIQ (V.O.)

(lirih, berbicara ke dirinya sendiri) 

Andai dahulu aku tidak melakukannya... aku tidak akan pernah bertemu Vinan. 


LAMPU TAMAN YANG BERKEDIP CEPAT MULAI MELAMBAT. 

Sorotnya menyapu wajah Ariq – dan secara samar, tampak bekas jeratan di lehernya. 

Hanya sekilas, nyaris tak disadari. 


MONTAGE – KEDIPAN LAMPU TAMAN: 

-  Ariq tampak duduk mendongak, lalu menghilang sesaat di salah satu kedipan. 

-  LAMPU TAMAN BERKEDIP MAKIN LAMBAT HINGGA MENYALA NORMAL. 


WIDE SHOT – TIMELAPSE: 

-  LAMPU TAMAN TETAP MENYALA NORMAL SEMALAMAN. 

-  HUJAN MULAI BERHENTI. 

-  Bangku taman tetap kosong sampai pagi. 


11.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – DAY - SEQUENCE (FLASHBACK 6) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi halus dari WIDE SHOT SCENE 10 – 

“...Tidak ada siapapun di bangku taman hingga pagi tiba.” Seolah waktu berjalan linear, meski secara naratif ini adalah lompatan dari PRESENT ke FLASHBACK. 


Taman itu teduh. Air genangan sisa hujan berkilau tertimpa sinar matahari lembut yang menembus celah daun beringin. 


Naodi duduk di bangku Taman. Tubuhnya lemah. Beberapa bagian tubuh terbalut perban. 

Sebuah tongkat bersandar di sisi bangku. 


Naodi menatap jauh ke arah langit.  


Ariq menghampiri Naodi dengan langkah ragu. Ia duduk di sebelahnya, Naodi tidak merespon. 


DAUN BERINGIN BERGESEKAN HALUS tertiup ANGIN LEMBUT. Selembar dauh jatuh ke pangkuan, ia menggenggamnya.  


Naodi menutup matanya perlahan. Cahaya matahari semakin hangat. 


MONTAGE: 

-  Naodi membuka mata kembali, tersenyum tenang. 

-  Ia berdiri, meraih tongkatnya. 

-  Dengan langkah perlahan, ia menjauh dari bangku taman. 


Ariq masih duduk di bangku taman. 

Ia menghela napas panjang. Menyaksikan Naodi berlalu dari bangku taman. 


Ariq menunduk – penyesalan sekaligus penerimaan. 


Suara langkah mendekat. 

Vivinan datang menghampiri Ariq. 


VIVINAN 

(lembut) 

Ay? 


Ariq menengok, tersenyum tipis. 


Cahaya matahari menerik. ANGIN BERHENTI BERHEMBUS. 


Ariq berdiri menghampiri Vivinan, memeluknya. 


ARIQ 

Mari kita habiskan sisa waktu ini dengan indah, Vinan. 


Vivinan mengangguk dalam pelukan Ariq. 


VIVINAN 

Iya, Ayang. 


Ariq dan Vivinan pergi dengan bergandengan tangan. 


Cahaya matahari yang masuk ke sela-sela daun beringin semakin banyak. Siang itu sangat terik.  


TIMELAPSE – SIANG MENUJU SENJA: 

-  Cahaya matahari menembus celah daun beringin, berubah dari putih ke jingga. 

-  Bangku taman yang kosong sesekali diduduki pengunjung. 


12.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – SUNSET – CONTINUOUS

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi halus dari timelapse END SCENE 11.  

Saat sunset, Ariq dan Vivinan kembali ke bangku taman. 


Mereka duduk — tertawa, saling menggelitik, menggoda satu sama lain. 

Tawa mereka pecah sore itu. 


Perlahan tawa itu mereda.  

Hening mendadak menyelimuti suasana. 


SUARA DAUN BERGESEKAN MULAI TERDENGAR HALUS. ANGING BERHEMBUS PELAN. 


VIVINAN 

(menatap langit yang mulai menggelap) 

Sudah hari ke tujuh sejak aku datang.  

Sepertinya sore ini aku akan dipanggil, Ay. 


Ariq mengangguk. Mencoba tegar dengan berusaha tersenyum. 


Mereka terdiam. ANGIN BERHEMBUS SEDANG, menggugurkan beberapa daun beringin. 


Bunyi alarm di cincin Vivinan memecah keheningan. Mereka saling berpandangan — air mata menetes bersamaan. 


MULAI GERIMIS. 


VIVINAN 

Aku sayang banget sama kamu.  

Terima kasih telah membuatku merasa hidup, Ariq. 


Vivinan memeluk Ariq. Ariq menyambut pelukan.  

Mereka memeluk erat. 


ARIQ 

(berbisik tulus) 

Aku lebih sayang sama kamu, Vivinan Prianka Putri Semesta. 


Vivinan mencium Ariq.  

Air mata mereka bercampur dengan GERIMIS YANG MAKIN DERAS. 


ANGIN BERHEMBUS SEDANG - KENCANG. Menjatuhkan daun beringin di sekitar Ariq dan Vivinan. 


Mereka melepas pelukan, tetap saling menatap, ingin mengingat setiap garis wajah masing-masing. 


ARIQ 

(tersenyum) 

Aku akan segera menyusul. 

Sampai bertemu di tempat yang tenang, ya? 


Vivinan mengangguk pelan. 


Vivinan berbalik. 

Ia berjalan menjauh dari bangku taman.  


HUJAN DERAS MAKIN LEBAT.  

ANGIN BERHEMBUS CEPAT, membuat RANTING BERINGIN BERGERAK TIDAK KARUAN. 


Ariq menatap kosong ke depan, terdiam di bangku taman. 


Cahaya jingga memudar.  

LAMPU TAMAN DINYALAKAN TAPI BERPENDAR REDUP. 

LALU BERKEDIP CEPAT. 


Ariq mulai berusaha mengontrol kecewa. 


CUT TO PRESENT. 


13.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT – CONTINUED (PRESENT) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi halus dari END SCENE 12 - “...LAMPU TAMAN DINYALAKAN...LALU BERKEDIP CEPAT.” KEDIPAN PERLAHAN KEMBALI MELAMBAT. Pada salah satu kedipan, posisi Ariq yang menatap kosong ke depan berubah mendongak seperti sesaat sebelum END SCENE 10. Seolah waktu berjalan linear, meski secara naratif ini adalah lompatan dari FLASHBACK ke PRESENT. 


HUJAN LEBAT BERUBAH GERIMIS. 


KEDIPAN LAMPU TAMAN SEMAKIN MELAMBAT HINGGA MENYALA REDUP, SESEKALI NYALA-MATI. 


Ariq menurunkan pandangan perlahan. 

Tetes air hujan mengalir dari rambutnya ke pipinya — tak terbedakan dengan air mata. 


Ia duduk diam, menatap kosong ke depan. 


ARIQ 

(penerimaan) 

Aku di bangku taman... kembali sendirian. 


Ariq memejamkan mata. Napasnya tenang. 


LAMPU TAMAN KINI MENYALA NORMAL – SEMAKIN MENGUAT.  


alarm cincin di jarinya tiba-tiba berbunyi.  

Ariq terkejut. Ia menatap cincin tersebut - matanya berbinar samar. 


ARIQ (V.O.) 

Apakah ini... panggilan untuk berpindah? 


Ia berdiri perlahan, melangkah pergi dari bangku.  


LAMPU TAMAN BERCAHAYA SANGAT TERANG. Cahayanya memantul di bangku kosong – dan di genangan hujan yang beriak halus oleh GERIMIS. 


14.  EXT. JALAN – TROTOAR – NIGHT – CONTINUOUS (PRESENT) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi halus dari END SCENE 13 dengan cuaca gerimis tipis.  

Framing, tone pencahayaan, dan atmosfer emosional menyerupai END SCENE 7, menciptakan kesan waktu berjalan linear dari SCENE 7 meski secara naratif ini RESUME FROM SCENE 13. 


GERIMIS. 


Aspal basah memantulkan cahaya lampu jalan yang temaram. Tidak ada satu pun kendaraan lewat. 


Ariq berjalan cepat, matanya berkaca-kaca. Suara napasnya berat. 

ia tampak seperti bayangan dirinya di masa lalu - sesaat sebelum END SCENE 6.  


Ariq tersenyum dengan perasaan berbunga-bunga. Ia mulai berlari.  


ARIQ (V.O.) 

Vivinan... aku akan menyusulmu. 


VIVINAN (V.O.) 

Ariq... aku memilih jalan yang berbeda agar kamu bebas. 

Langkahku kini menuntunmu keluar dari tempat ini. 

Sementara langkahmu akan menuntunku menjadi  

sesuatu yang baru. 

Jangan tangisi perpisahan ini, ya? 



Sesekali Ariq melihat cincin yang masih berbunyi. 


TRANSITION SEQUENCE – TIME REVERSAL 

Lampu-lampu jalan mulai berkedip cepat, bayangan kendaraan melintas *mundur*, air GERIMIS – LEBAT - GERIMIS (FROM PRESENT SCENE) yang jatuh kembali ke langit, dan langit malam perlahan memudar menjadi jingga senja. 

*Waktu berputar mundur* 


15.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – SUNSET (FLASHBACK 6) 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi lembut dari SCENE 14 – cahaya sunset menyinari Taman. Terlihat Ariq dan Vivinan berpelukan. 

(Kembali ke momen yang sama dengan SCENE 12.)

...Vivinan memeluk Ariq. Ariq menyambut pelukan. Mereka saling memeluk erat. 


ARIQ 

(berbisik tulus) 

Aku lebih sayang sama kamu, Vivinan Prianka Putri Semesta. 


Vivinan mencium Ariq.  

Air mata mereka bercampur dengan GERIMIS YANG MAKIN DERAS. 


VIVINAN (V.O.) 

Jika kisah kita benar-benar harus selesai, aku akan melakukan segala hal untuk memperpanjangnya, Ariq. 

Namun, apabila tidak ada cara lain, aku akan tetap berusaha untuk membebaskanmu dari belenggu alam ini. 

Aku akan menanggung semua konsekuensi itu. 



ANGIN BERHEMBUS SEDANG - KENCANG. Menjatuhkan daun beringin di sekitar Ariq dan Vivinan. 


Mereka melepas pelukan, tetap saling menatap, ingin mengingat setiap garis wajah masing-masing. 


ARIQ 

(tersenyum) 

Aku akan segera menyusul. 

Sampai bertemu di tempat yang tenang, ya? 


Vivinan mengangguk pelan. 


Vivinan berbalik. 

Ia berjalan menjauh dari bangku taman.  


HUJAN DERAS MAKIN LEBAT.  

ANGIN BERHEMBUS CEPAT, membuat RANTING BERINGIN BERGERAK TIDAK KARUAN. 


Ariq menatap kosong ke depan, terdiam di bangku taman. 


MONTAGE: 

-  Cahaya jingga memudar 

-  LAMPU TAMAN DINYALAKAN TAPI BERPENDAR REDUP. LALU BERKEDIP CEPAT. 

-  Ariq diam di bangku taman, mulai berusaha mengontrol kecewa. 

-  HUJAN LEBAT SEDIKIT MEREDA, TAPI TETAP DERAS. 

-  Wajah Ariq yang tersorot lampu terlihat muncul-hilang. 

CUT TO PRESENT. 



16.  EXT. TAMAN – BANGKU TAMAN – NIGHT – CONTINUED (FLASHBACK 2) 

RESUME FROM SCENE 4 

-VISUAL CONTINUITY NOTE- 

Transisi berlangsung halus dari montage END SCENE 15. LAMPU TAMAN YANG BERKEDIP CEPAT MULAI MELAMBAT BERTAHAP. Wajah Ariq yang tersorot lampu terlihat muncul hilang kini menyoroti wajah Vivinan yang sedang menangis lebay dengan sedikit meraung. Wajahnya juga tampak hilang-muncul. seolah waktu berjalan linear, meski secara naratif ini adalah FLASHBACK yang berbeda. 


HUJAN DERAS. 


Ariq menatapnya sekilas. Wajah Vivinan tampak hilang-muncul.  


Ariq merasa bersalah karena mengabaikan Vivinan. 


ARIQ 

(kaku) 

Kamu yang tadi sore... tertabrak pick-up tahu bulat di depan taman, ya? 


Vivinan mengangguk. Wajah sembabnya terlihat kesal karena diabaikan Ariq sebelumnya. 


Vivinan penasaran. Ia kembali mendekati Ariq. 


VIVINAN 

Kalau kamu? 


Ariq terdiam sejenak. 


LAMPU TAMAN KINI BERPENDAR LEMAH, SESEKALI MATI NYALA. 


Ia menarik sesuatu dari balik kerahnya, memperlihatkan tali lusuh yang masih melingkar di lehernya. 

Di lehernya juga terlihat luka jerat, cukup jelas. 


ARIQ 

Gantung diri, sudah delapan hari. 


Vivinan menatapnya dengan campuran iba dan kaget. 


VIVINAN 

Oh... 

(jeda) 

 pasti gara-gara pacar yang dari tadi kamu tunggu, ya? 


Ariq menoleh cepat. Menatapnya dengan tatapan jengkel. 


ARIQ 

Sok tahu! 


Vivinan tersenyum kecil, setengah geli. 


VIVINAN 

Sudah delapan hari... kok kamu masih di sini? 


ARIQ 

Terjebak di alam ini. 


VIVINAN 

(penasaran) 

Karena? 


ARIQ 

Bunuh diri. 


HUJAN DERAS MEREDA, TERSISA GERIMIS.  LAMPU TAMAN KEMBALI MENYALA NORMAL. GESEKAN DAUN BERINGIN TERDENGAR SANGAT PELAN. 


Dengung ngengat kembali terdengar jelas.  


-end- 


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar
Komentar (0)