Ka'bah Guwai Datuk
2. ACT 1 SEQ1 KEJADIAN PEMICU
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

16.EXT.RUMAH DATUK MAD — SORE

Establish sebuah rumah nuwo sesat. Rumah panggung yang sebagian besar masih menggunakan ornamen kayu sebagai bahan utamanya. Lingkungannya masih sangat asri.

CUT TO

17.EXT/INT.RUMAH DATUK MAD.HALAMAN.TERAS — SORE

Aida duduk di sudut halaman sembari sibuk mengisi polibek kecil dengan tanah (media tanam cabe). Ditangannya terdapat sekop kecil. Sementara di depannya ada tumpukan tanah yang menggunung tapi tidak tinggi. Di sekelilingnya banyak barisan plastik polibek yang sudah terisi tanah, dan sebagiannya lagi sudah tumbuh batang muda cabe, serta sayuran. Datuk Mad keluar dari rumah, berhenti di teras

 

                       Datuk Mad
                  (Mengacungkan Hp ke Aida)
             Aida!

 

                       Aida
                  (menoleh)
             Iyu, Tuk.(Iya, Tuk)

 

Aida meletakkan sekop ke dalam ember di sisinya, melepas sarung tangan, lalu beranjak.


cut to

18.EXT/INT.RUMAH DATUK MAD.TERAS — SORE

Aida mengambil alih hp dari Datuk Mad. Nama Suci tertera sebagai penelepon. Datuk Mad duduk di kursi, sementara Aida tetap berdiri berbicara dengan suci.

 

                       Aida
             Assalamu’alaikum, Ci.


inter cut


19.INT.RUMAH SUCI.RUANG MAKAN — SORE

Suci duduk sembari berbicara di telepon. Mirza duduk di seberangnya sambil memainkan hp. Tapi diam-diam Mirza menguping pembicaraan Suci sembari senyum-senyum.

 

                       Suci
             Wa’alaikumussalam. Da, kamu lagi apa?

 

                       Aida
Biasalah, Ci. Lagi ngejambang. Tumben kamu nelepon? Kangen ya?

 

                       Suci
Ye ... geer! (beat) Aku sama Ratih mau ngajakin kamu ke musola nanti malem. Bisa kan? Udah lama kita nggak kumpul.

 

                       Aida
Insyaa Allah. Aku juga udah kangen sama kamu orang.

 

                       Suci
Ya udah, entar malam kami tunggu, ya? Anak-anak yang lain juga pasti seneng banget kalo kamu dateng. Secara ... Cuma kamu yang paling bisa ngidupin suasana di musola.


inter cut

20.EXT/INT.RUMAH DATUK MAD.TERAS — SORE

Datuk Mad memperhatikan Aida yang terlihat selalu senyum saat berbicara dengan Suci.

 

                       Aida
Iya iya, Insyaa Allah aku usahain. Da ... Ci. Wa’alaikumussalam.

 

Aida memasukkan hp-nya ke saku celana. Lalu balas menatap Datuk Mad.

 

                       Aida(cont’d)
                  (heran)
          Ngapi, Tuk?   (Kenapa, Tuk?)

 

                       Datuk Mad
      Umpu Datuk ghadu balak. Khadu kedau tunang?       (Cucu Datuk sudah besar. Sudah punya pacar?)

 

                       Aida
                  (tersipu)
           Apilah Datuk nih!  (Apalah Datuk nih!)

 

                       Datuk Mad
Heno ... ghagah sai bijo ghatong mit acagha Haikal, tunang niku, kan? (Itu ... laki-laki yang kemarin dateng ke acara Haikal, pacar kamu, kan?)

 

                       Aida
                  (menyipitkan mata)
           Ipa ngedok!  (Mana ada!)

 

                       Datuk Mad
             Sai balah puwaghi Suci. (Yang bilang saudara Suci.

 

                       Aida
                  (menepuk jidat)
Mapas, Tuk. Aida munih ampai pertama kali tungga. Khepa acak Datuk dapok nebak kihena tunangko? (Ya ampun, Tuk Aida juga baru pertama ketemu. Gimana bisa Datuk tebak itu pacar Aida.)

 

                       Datuk Mad
            Aida ghadu puka. Ghadu waktune kahwin. (Aida sudah dewasa. Sudah waktunya untuk menikah).

 

Aida sedikit murung. Tapi Cuma sesaat. Setelahnya langsung mengangkat wajah dan tersenyum.

 

                       Aida
Aida pagun haga andan Datuk, liyak Datuk nayuh mit mekkah. Aida ghabai, kantu Aidamehasang kahwin, nanti Aida mawat dapok tulung Datuk juwal ghampah lagi. Teghus ... duwit Datuk beni tesohne. (Aida masih ingin merawat Datuk, dan melihat Datuk pergi ke Mekkah. Aida takut, kalo Aida buru-buru menikah, nanti Aida nggak bisa bantu Datuk jual sayuran lagi. Terus ... uang Datuk akan lama kumpulnya).

 

Datuk Mad terharu, matanya berkaca-kaca. Langsung mendekap tubuh Aida. Aida sempat menitikkan air mata. Tapi langsung dihapus, dan merenggangkan pelukan.

 

                       Aida(Cont’d)
                  (menatap Datuk Mad)
Tuk, nanti di hadap Ka'bah, dang lupa bedu'a guwai Aida, yu? (Tuk, nanti kalo di depan ka’bah, jangan lupa doakan Aida ya?)

 

                       Datuk Mad
                  (gurau)
Tenong, nanti Datuk bedu'a tagan niku geluk dapok judu. Kik peghlu,gegoh puaghi Suci heno. (Tenang, nanti Datuk doakan kamu cepat dapet jodoh. Bila perlu sama sepupu Suci itu).

 

                       Aida
                  (bersungut manja)
             Datuk!

 

cut to

21.EXT/INT.RUMAH DATUK MAD.TERAS — MALAM

Datuk Mad duduk menghadap halaman sembari menikmati kopi. Suasana sekitar cukup sepi. Jalanan kampung lengang. Sayup-sayup terdengar suara senandung islam dari toa masjid. Sepeda motor berhenti di dekat tangga teras. Nurman dan Rosmuna naik ke teras. Rosmuna menenteng rantang.

Nurman
Assalamu'alaikum, Ayah.


Datuk Mad
(berdiri) Wa'alaikumussalam

Nurman mencium tangan Datuk Mad, diikuti juga oleh Rosmuna. Kemudian Rosmuna meletakkan rantang makanan di meja tamu, lalu duduk. Wajah Rosmuna terlihat datar tanpa ekspresi. Nurman masih berdiri menatap wajah ayahnya tanpa ekspresi.

 

                       Datuk Mad(cont’d)
            Mejong! (Duduk!)

 

Datuk Mad duduk, disusul juga oleh Nurman. Lalu, Aida keluar. Ada lipatan mukena di tangannya. Aida langsung menyalami Nurman dan Rosmuna tanpa berkata apa-apa, mengambil rantang makanan, lalu kembali masuk ke dalam rumah. Nurman dan Rosmuna juga masih bungkam.

 

                       Datuk Mad(cont'd)
                  (curiga)
            Gangu api? (Ada apa?)

 

(Beat) Nurman melempar pandang dengan Rosmuna.

 

                       Nurman
             Hikam ditagih utang, Yah. (Kami ditagih hutang, Yah).

 

                       Datuk Mad
                  (menghela napas)
(Beat)Nyak ghadu cawa. Mak ikin pesta balak! Sai penting Ekal kahwin. (Saya udah bilang. Nggak perlu hajat besar. Yang penting Ekal menikah).

 

                       Rosmuna
                  (memotong)
Api salahne kantu hikam haga ghukunken anak? Maghada Ekal anak sai hikam. (Apa salah kalo kami ingin membahagiakan anak? Apalagi Ekal itu anak tunggal).

 

                       Datuk Mad
Nyak mak cawa kantu kuti salah! Kidang, kucuk-kucukne kuti moneh sai susah. (Aku nggak bilang kalo kalian salah! Tapi ujung-ujungnya kalian sendiri yang susah).


cut to


22.INT.RUMAH DATUK MAD. DAPUR — MALAM

Dapurnya sangat sederhana. Hanya ada lemari kayu untuk tempat penyimpanan gerabah. Kompor di atas meja. Sementara meja makan ada di dekat pintu menuju ruang tengah. Aida membuat minum di meja makan. Tiba-tiba terdiam, mendengar kegaduhan di teras.

 

                       NURMAN(OS)
                  (keras)
Ghadulah, Yah! Mak wat gunane tanno sesol. Sikam mak peghlu besughah Ayah. Sai hikam peghlu tanno heno duwit! (Sudahlah, Yah. Nggak ada gunanya sekarang menyesal. Kami nggak butuh ceramah Ayah. Yang kami butuh sekarang itu uang).

 

Aida meraih nampan dengan dua cangkir teh di atasnya, lalu keluar.


cut to


23.EXT/INT.RUMAH DATUK MAD.TERAS — MALAM

Suasana cukup tegang. Nurman menatap bengis Datuk Mad. Rosmuna tak kalah judesnya.

Datuk Mad
Teghus, api sai dapok nyak tulung guwai kuti? (Terus, apa yang bisa ayah lakukan buat kalian?)

 

Nurman
Hikam haga kilu duwit jama Ayah. Sikam kan, makkung dapok jatah waghisan anjak Ayah. (Kami mau minta uang sama Ayah. Kami kan belum dapat jatah warisan dari Ayah!)

 

Datuk Mad terdiam. Aida keluar menyuguhkan teh tanpa menatap Nurman dan Rosmuna. Lalu kembali ke dalam rumah.


cut to


24.INT.RUMAH DATUK MAD.RUANG TAMU — MALAM

Aida tidak benar-benar masuk ke dalam. Dia berhenti di dekat pintu utama. Memasang telinga.


cut to


25.EXT/INT.RUMAH DATUK MAD. TERAS — MALAM

Datuk Mad masih diam. Sedikit tertunduk, berpikir. Nurman dan Rosmuna tampak tegang menanti jawaban Datuk Mad.

Rosmuna
Hikam mikegh ... mak wat salahne kantu Ayah jama Aida tippik gawoh di nuwa hikam.(Kami pikir ... nggak ada salahnya kalo ayah sama Aida tinggal saja di rumah kami).

 

Datuk Mad
(terbelalak, menahan emosi)
Sampai kalipa gawoh, nyak mak aga juwal nuwa ajo! (Sampai kapan aja, aku nggak akan jual rumah ini!)

 

Nurman
(berdiri, keras)
Ayah dang ghena, Yah! Hikam ajo kak susah. Haghusne Ayah tulung hikam! (Ayah jangan gitu, Yah! Kami ini lagi susah. Seharusnya ayah bantu kami!)

 

Rosmuna
Kantu Ayah mak aga tulung hikam, ano ghattine ... Ayah zalim jama Abang Nurman! (Kalo ayah nggak mau bantu kami. Itu artinya ... ayah tega sama Bang Nurman).

 

Insert


 

Aida semakin miris mendengar pertengkaran Datuk Mad dan Nurman. Ia langsung keluar.

 

Aida
(keras)
Alak! Kantu mighok Datuk mau aga juwal nuwa ajo, dang paksa! (Alak! Kalo memang Datuk nggak mau jual rumah ini, jangan maksa!)

 

Ekspresi Aida garang, penuh emosi.

 

Nurman
(menatap Aida penuh amarah)
Niku ano anak ghenik! Dang iluk campogh masalah hikam! (Kamu itu anak kecil! Jangan ikut campur urusan kami!)

 

Aida
Sikam mingan iluk campogh, kantu Alak marah jama Datuk. Kuti igheh! (Aku berhak ikut campur kalo Alak marah sama Datuk. Kalian keterlaluan!)

 

Rosmuna
(berdiri)
Hei! Niku dang lancang, yu! Bang Nurman gelung haga kilu hakne. Kejuju, jamma tuha niku ghadu lamon mengan banda jamma tuhane. Asal niku paham, muni niku lahegh, Ina mesti juwal emas guwai nebus niku di rumah sakit. Teghus ... muni Ayah niku kecelakaan, tiyan juwal kebun sai wat di gunung guwai bayagh operasi. Jadi, kantu tanno Bang Nurman minta ajang, wajagh kan? (Hei! Kamu jangan lancang, ya! Bang Nurman cuma mau minta haknya. Lagian, Ayah kamu udah banyak makan harta orang tuanya. Asal kamu tahu, pas kamu lahir, ibu terpaksa jual emas buat nebus kamu di rumah sakit. Terus ... pas ayah kamu kecelakaan, mereka jual kebun yang ada di gunung buat bayar operasi. Jadi kalo sekarang Bang Nurman minta bagian, wajar kan?)


Aida terkejut mendengarkan Rosmuna. Matanya berkaca-kaca. Emosinya mulai mengumpul. Mulai menangis.


Rosmuna(cont'd)
(bengis)
Niku jama gegoh Haidar! Tamak! (Kamu sama seperti Haidar! Serakah!)


Aida
(berteriak, lalu pelan)
Alak! Alak Muna kasi hina sikam. Kidang dan hina ayah sikam. (beat) Haghusne Alak Muna insap sual kedudukan di keluwagha. Alak Muna gawoh mantu. Alak mak berhak iluk campogh sual warisan Datuk. (Alak! Alak boleh hina aku. Tapi jangan hina ayahku! (beat) Harusnya Alak sadar soal kedudukan di keluarga. Alak cuma menantu. Alak nggak berhak ikut campur soal warisan Datuk.


Nurman kalap dan langsung bangkit.


Nurman
(emosi)
Kughang ajagh niku Aida! (Kurang ajar kamu Aida).


Nurman mau menampar Aida, tapi ditangkis oleh Datuk Mad.


Datuk Mad
(emosi, sangar)
Beghadu, Nurman! Dang peghnah niku singgul umpuku! (beat) Kantu niku hina hiya, jama gawoh niku hina didikkan nyak. (Berhenti, Nurman! Jangan pernah kamu sentuh cucuku. Kalo kamu menghina dia, sama saja kamu menghina didikkanku).


Nurman
(makin emosi)
Ghadulah, Yah. Sikam ghatong ija layon guwai sepok ghibbut. Sikam cuma aga minta hak. (Udahlah, Yah. Aku dateng ke sini bukan buat cari ribut. Aku cuma mau minta hak aku aja!)


(beat) Datuk Mad menatap Nurman dan Rosmuna bergantian. Ada emosi terpancar pada ekspresinya.


Datuk Mad
Tunggu dija! (Tunggu di sini)


Datuk Mad masuk ke dalam rumah. Aida membuntuti.


cut to

26.INT.RUMAH DATUK MAD. KAMAR — MALAM

Datuk Mad memasuki sebuah kamar yang sangat sederhana. Ranjang berupa dipan kayu. Di sisi ranjang terdapat lemari kayu yang cukup usang. Datuk Mad perlahan mendekat ke lemari, membukanya, kemudian mengambil sertifikat kebun yang terselip di antara lipatan pakaian.



Insert


Aida berhenti di ambang pintu kamar, memperhatikan Datuk Mad yang membelakanginya. Datuk Mad tampak menatap sedih map yang dipegangnya, sembari diusap, lalu mendekap mapnya. Aida berjalan mendekati Datuk Mad. Mengelus pundak Datuk Mad. Menatap sedih. Di scene ini suasananya benar-benar sangat sedih.


cut to


27.EXT/INT.RUMAH DATUK MAD.TERAS — MALAM

Nurman dan Rosmuna masih duduk dalam diam. Datuk Mad keluar, lalu duduk dan meletakkan map sertifikat di meja. Ekspresi Datuk Mad terlihat sedih.


Datuk Mad
Nyak mak kedau pilehan baghih. Cuma ajo sai nyak kedau. Semuga utang kuti lunas.Aku nggak punya pilihan lain. Cuma ini yang aku punya. Semoga utang kalian lunas.


Nurman dan Rosmuna saling menatap dengan ekspresi datar.


cut to

28.INT.MUSALA — MALAM

Suasana di dalam serambi musala cukup ramai. Beberapa rismawan dan rismawati sedang berlatih rebana dan menyanyikan lagu islami. Suci dan Ratih masih berbalut mukena. Ratih menyandar di tiang serambi, sementara Suci terus celingukan menantikan Aida yang tidak kunjung datang.


Suci
(sedikit kesal)
His ... kenapa juga nggak dateng-dateng, sih?


Ratih
Udah ditelepon, kan?


Suci manggut-manggut sambil terus mengarahkan pandangan ke halaman musala.


Ratih(cont'd)
Terus jawabnya gimana?


Suci
(beralih ke Ratih)
Ya ... bilangnya, sih, mau dateng!


Mirza keluar dari dalam ruang utama masjid. Ratih menyadari kedatangan Mirza langsung menegakkan tubuhnya, sedikit membenahi mukenanya agar lebih rapi. Dia tersenyum-senyum. Tapi Mirza tidak peka. Terlihat biasa saja.


Mirza
Kamu nggak pulang, Ci?


Suci
Nanti. Aku mau latihan hadroh dulu.


Mirza melihat ke arah risma yang sedang berlatih. Sementara Ratih masih terus menatap Mirza.


Mirza
Nah itu udah mulai!


Suci
Nunggu Aida, Mas. Nggak ada dia nggak asik!


Mirza
Ya udah, aku pulang duluan, ya! Assalamu'alaikum.


Suci
Wa'alaikumussalam.


Mirza pergi. Ratih terus memperhatikan Mirza.


Suci(cont'd)
Udah, ah! Capek nungguinnya. Mending kita ikut latihan sekarang aja!


Tiba-tiba Suci menarik tangan Ratih, dan langsung duduk bergabung dengan para risma.


cut to


29.INT.RUMAH DATUK MAD.RUANG SOLAT — MALAM

Sebuah ruangan kecil, tapi cukup untuk berjamaah dua orang. Dialasi permadani dengan lapisan sajadah di bagian atasnya. Tepat di dinding bagian depan imam, terdapat beberapa pigura. Bagian kanan kaligrafi tulisan Allah, sebelah kiri kaligrafi Muhammad. Sementara tepat di tengah agak bawah ada pigura berisi gambar Ka'bah. Datuk Mad dan Aida baru selesai dzikir. Datuk Mad menatap gambar ka'bah dengan tatapan nanar. Aida ikut merasakan kesedihan Datuk Mad.


Aida
(mendekat)
Tuk,kung sayuk kantu Datuk aga akuk sertifikatne lagi di Alak Nurman. (Tuk, belum terlambat kalo Datuk mau ambil sertifikatnya lagi di Alak Nurman.


Datuk Mad
(menoleh, menggeleng)
Nyak sayangkan Nurman. Pejah inji jadi cagha Nyak culukkan kasih sayang mit Nurman.(Aku sayangkan Nurman. Biarkan ini jadi caraku menunjukkan kasih sayang ke Nurman).


Aida tersenyum getir.


Datuk Mad(Cont'd)
Sejak beni, nyak haga lapah mit mekkah. Kidang halok Allah kung izinkan. Nyak peghcaya,kantu mighok Allah ulom nyak jadi tayuh-Ne di nuwa-Ne. Allah aga culukken cagha-Ne. Kipak ayin anjak hasil tesohken duwit ngetas ghampah. (Sejak lama aku ingin pergi ke mekkah. Tapi mungkin Allah belum mengizinkan. AKu yakin, kalo memang Allah mengundangku sebagai tamu di rumah-Nya. Allah akan tunjukkan jalan-Nya. (beat) Walau bukan dari hasil mengumpulkan uang panen sayuran).


Aida merangkul Datuk Mad sembari mengelus pundaknya.


30.EXT.KEBUN SAYUR.GUBUK — SIANG

Datuk Mad berdiri, tertegun di gubuk sembari menatap Nurman dan Rosmuna, yang sedang berbincang tentang batas lahan dengan si pembeli lahan yang berada di tengah hamparan kebun. Ekspresinya terlihat sedih. (Pada scene ini seolah Nurman sedang berdialog dengan si pembeli lahan, tapi tidak terdengar suaranya).

CUT TO


31. EXT.PEMATANG KEBUN — SIANG

Aida berlari di pematang lalu berhenti. Dari jauh dia memperhatikan Nurman, Rosmuna, pembeli lahan di tengah kebun, lalu berganti melihat ke arah Datuk Mad di gubuk. Merasakan kehancuran di hati, menangis. Lalu memilih pergi dengan berlari. (Di scene ini, Nurman masih berdialog dengan pembeli)


cut to

32.EXT. PINGGIR JALAN. DEKAT KEBUN — SIANG

Aida berlari mendekat ke sebuah batang pohon besar di pinggir jalan menuju kebun. Perasaannya masih sangat hancur. Dia menangis sejadi-jadinya. Sementara dari arah jalan, muncul Suci yang sedang naik motor. Suci melihat Aida, langsung menghampiri. Aida mengetahui kedatangan Suci, langsung menghapus air matanya.


Suci
(ngomel)
Da, semalem kamu ke mana? Aku sama Ratih, tuh, nungguin kamu! Kamu malah nggak dateng-dateng!


Aida langsung memeluk Suci dan menangis. Suci malah jadi bingung.


cut to


33.EXT.PINGGIR JALAN.BAWAH POHON — SIANG

Aida dan Suci duduk di bawah pohon, menghadap hamparan kebun sayur dengan pemandangan gunung tanggamus. Dari jauh tampak para petani bekerja. Jalanan tidak lengang, tapi juga tidak ramai. Aida sudah bercerita kepada Suci tentang permasalahan Datuk Mad yang membuatnya sedih. Suci terlihat sangat kesal.


Suci
Jahat banget, sih, Alak kamu itu, Da? Kalo aku jadi kamu, pasti udah aku maki-maki itu orang.


Aida
Aku juga nggak habis pikir, Ci. Tapi ...
(ragu)


Suci
(penasaran)
Tapi apa, Da?


Aida
Kata Alak Muna, Alak Nurman cuma mau minta haknya. Soalnya ... Almarhum ayahku juga udah dapet bagiannya, Ci. (beat) Aku jadi ngerasa bersalah, Ci.


Suci tersenyum, diam sebentar sembari natap Aida, terus menepuk pelan pundak Aida.


Suci
Menurutku ini bukan salah kamu, Da. (beat) Itu kan masa lalu ayah kamu! Kan, kamu pernah bilang kalo semua yang terjadi itu gak jauh dari tangan Tuhan.


Aida diam, menatap ke depan. Sementara Suci masih menatap Aida.


Suci(cont'd)
Sekarang bukan waktunya kamu buat sedih. Justru harusnya kamu menghibur Datuk supaya nggak sedih terus!


Aida beralih ke Suci. Memikirkan ucapan Suci.


34. EXT.RUMAH DATUK MAD.HALAMAN — SORE

Aida memasuki halaman dengan menaiki motor. Kemudian memarkir motornya di dekat tangga teras. Datuk Mad sedang sibuk memindahkan bibit pohon cabe ke dalam kotak kayu. Aida berdiri di dekat motor sembari memperhatikan Datuk Mad. Aida masih belum bisa melupakan kesedihan. Tatapannya masih sangat nanar. Datuk Mad menoleh ke Aida. Sejenak diam. Datuk Mad juga masih sedih. Tapi langsung menyembunyikannya dengan tersenyum.


DATUK MAD
Aida! Ija tulung nyak!(Aida! Sini bantu aku!)


Aida sedikit terkejut, setengah berlari mendekat ke Datuk Mad.


DATUK MAD(cont'd)
(kerja)
Hari sinji biang gham laku nayah. Jemoh ...nyak aga guwai biang sai nayah lagi.(Hari ini jambangan kita laku banyak. Besok ... aku mau bikin bibit yang lebih banyak lagi).


AIDA
(ikut kerja)
Maknane ... Ganta sumbegh penghasilan datuk gawoh sinji? (Berarti ... sekarang sumber penghasilan Datuk cuma ini?)


DATUK MAD
Alhamdulillah, Allah pagun juk ghejeki guwai gham. Gham pagun dapok mengan. Gham dipagun sehat. (Alhamdulillah, Allah masih kasih jalan rezeki buat kita. Kita masih bisa makan. Kita masih dikasih sehat.


AIDA
(berhenti,menatap Datuk Mad)
Sangunne Datuk mak sedih? (Memangnya Datuk nggak sedih?)


DATUK MAD
(berhenti, menghela napas)
Kasi gham sedih. Kidang dang hancogh! Unyinne gelung titipan. Gham haghus ikhlas kantu Allah akuk.(Boleh kita sedih. Tapi jangan berlarut! Semuanya cuma titipan. Kita harus ikhlas kalo Allah mengambil titipannya.


AIDA
Kidang, Tuk ... (Tapi, Tuk ...)


DATUK MAD
(memotong)
(Ghadu! Niku haghus ikhlas. Nanti dacok dapok gantine. (Sudah! Kamu harus ikhlas. Nanti bisa dapat gantinya).


Datuk Mad melanjutkan pekerjaannya. Aida masih tertegun.



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar