Justice, Please Stay Alive!
1. #Prolog - Scene 1
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Scene 1

Cast: Justice Setiawan, Bu Mei, Yoga,

Cameo: Liberty Nirmala

INT. KAMAR TIDUR - SORE HARI - MONTAGE

Sebuah kamar tidur yang nyaman, rapi, serta desain minimalis yang unik. Seorang lelaki tampak terburu-buru masuk ke dalam kamar. Ia duduk di meja belajar yang rapi dibantu penerangan lampu yang menyorot dirinya. Lelaki itu sedang mengetik sesuatu di laptopnya.

JUSTICE (V.O.)

Dear my lovely Bee, hari ini masih sama seperti sebelumnya...

FLASHBACK

EXT. SEKOLAH SMA TARANTULA - PAGI HARI

Justice (18) berjalan di koridor sekolahnya untuk masuk ke kelas 11-A. Nampak dari seberang, sekelompok anak lelaki sedang duduk-duduk di depan kelas mereka. Langkah Justice berhenti sebentar, ia ingin menghindari kerumunan itu. Tapi percuma, salah satu dari mereka telah melihatnya. Mau tak mau Justice harus berjalan melintasi sekelompok anak lelaki itu.

YOGA

(berteriak keras) Haloo, test*s. Mau pergi ke mana?

Diikuti cekikikan dari ketiga temannya.

Justice tidak menjawab sapaan mereka, dia menunduk takut sambil berjalan melewati sekelompok anak lelaki itu. Perasaannya sedih bercampur takut.

CUT BACK TO:

INT. KAMAR TIDUR - SORE HARI

Justice masih duduk tegap di depan laptopnya sambil melanjutkan mengetik.

JUSTICE (V.O.)

... Yoga dan gengnya mengangkat tubuhku dan mereka membawaku ke atas lemari sebelum pelajaran Pak Baskoro dimulai. Aku mengadu ke Pak Baskoro, tapi lagi-lagi mereka memukuliku sehabis pulang sekolah. Oh iya, bagaimana dengan kuliahmu? Bagaimana kabarnya kucing Olav? Aku harap kamu juga baik-baik saja. Miss you so much, Bee! 

Justice mengklik mousepad-nya di menu Send Message. sekaligus mengirimi foto selfie-nya. Dia menutup laptopnya, lalu menanggalkan seragam sekolahnya. Ia berniat pergi ke kamar mandi. Namun langkahnya terhenti sebentar saat melihat sosok ibunya menutup pintu rumah.

Justice tidak mau ibunya tahu luka memarnya. Akhirnya, Justice kembali ke kamarnya dan menyahut topeng Iron Man untuk menutupi luka memarnya. Ibunya tidak akan curiga jika Justice menggunakan topeng itu karena ia tahu topeng Iron Man itu adalah topeng favorit putra tunggalnya.

BU MEI

(Agak kaget melihat anaknya mengenakan topeng, tapi sikapnya biasa saja) Ice, Mama tahu kamu akan bosan dengan omongan Mama. Tapi, tolong banget ya nak. Kalau abis pulang sekolah, sepatunya langsung ditaruh di rak sepatu. Mama hampir kesandung, nih.

JUSTICE

Iya, Ma. Maaf lupa. Tumben Mama udah pulang? (sambil berjalan ke arah sepatunya yang berserakan, merapikannya di atas rak sepatu belakang pintu rumah)

BU MEI

(meletakkan tas jinjing dan plastik belanjaan di atas meja, lalu mengambil segelas air putih dari dispenser)

Iya, kepala Mama pusing. Mama mau istirahat aja malam ini.

Justice berjalan ke dalam kamar mandi. Ia mengunci pintu, lalu membuka topengnya di pinggir wastafel. Dia membasuh wajahnya dengan air. Menekan-nekan pipinya yang memar. Justice membuka tutup odol, lalu mengoleskan sedikit di jari telunjuknya.

Antara dapur dan kamar mandi memiliki jarak yang berdekatan. Mereka mengobrol bersahut-sahutan.

BU MEI

(Dari luar kamar mandi, Bu Mei tampak sibuk membuka isi belanjaannya di atas meja dapur) Ice, hari ini biar Mama aja yang masak.

JUSTICE

Katanya lagi pusing. Biar aku aja yang masak, nggak papa.

BU MEI

Nggak usah, Mama udah beli ayam potong ini, tinggal di masak bumbu kecap.

JUSTICE

(Masih sibuk dengan wajahnya, mengoleskan pipinya dengan odol) Terserah Mama, deh.

BU MEI

Tadi kamu makan apa di sekolah?

JUSTICE

Makan nasi rames Pak Abdul. Tadi dikasih gratisan es teh juga.

BU MEI

Enak dong. (sambil membuka kulkas) Tadi Mama makan nasi Padang kesukaanmu, Ice. Mama mau bungkusin, tapi kamu kayaknya bosan.

Justice tidak menjawab. Ia keluar lagi tetap menggunakan topengnya. Dengan santai Justice melintasi ibunya dan segera pergi ke kamar. 

Justice membuka lacinya, lalu mengeluarkan concealer untuk menyamarkan bekas lukanya. Justice mengoleskan krim berwarna coklat itu di area luka lebamnya secara perlahan. Seperti sulap, luka lebamnya seketika hilang.

MONTAGE

Ini bukan pertama kalinya bagi Justice memakai produk kecantikan itu. Saking seringnya dipukuli, ia membeli produk-produk kecantikan untuk menutupi lukanya.

Sebelum membeli, Justice mempelajari cara pemakaiannya melalui YouTube. Sejauh ini, Justice tidak salah beli. Salah satunya concealer itu, cocok untuk kulitnya yang putih pucat.

Usai menutupi luka lebamnya, barulah Justice berani menemui ibunya tanpa perlu menggunakan topeng Iron Man.

Dari lantai 2, Justice bisa melihat Bu Mei sedang teleponan.

BU MEI

(menggenggam telepon) Iya, Mas. Nanti aku coba bilang dia dulu, ya.

Bye, Mas.

Justice turun menapaki anak tangga setelah ibunya selesai dalam panggilan telepon. Justice tahu siapa yang baru menelpon Bu Mei, namun ia acuh.

BU MEI

Malam ini, Mama mau masak ayam kecap, ya.

JUSTICE

Boleh.

BU MEI

(tersenyum)

Bu Mei yang tadinya mengenakan baju formal kini sudah berganti pakaian daster seperti biasanya. Justice membaringkan tubuhnya di atas sofa sambil menonton tv, menunggu ibunya memasak.

BU MEI

Tadi Papa nelpon, katanya dia nunggu kamu datang ke rumahnya.

JUSTICE

Bilang sama dia, aku nggak akan ke rumahnya. Apapun alasannya.

BU MEI

Ice, sudahlah... mau sampai kapan sih, kamu musuhin Papa terus?

JUSTICE

Mungkin, selamanya.

BU MEI

(mengelus dada, menarik nafas panjang) Ice...

Justice tidak menanggapi lagi ucapan ibunya. Hubungan Justice dengan ayahnya sangat buruk, bahkan Justice menganggap ayahnya sudah tiada. Hal ini bukan karena alasan, sejak kecil ayahnya tidak pernah ada di sampingnya. Malah, ayahnya justru menjadi alasan mengapa ia tidak punya teman, dikucilkan oleh tetangganya, di pandang sebelah mata oleh orang-orang yang mengetahui faktanya.

Justice menghela nafas panjang, ia menatap kosong layar TV-nya. Pikirannya melayang dengan bayangan sosok pria paruh baya itu.

JUSTICE (V.O.)

Aku benci dia. Aku tak sudi memanggilnya sebagai ayah. Ayah macam apa yang hanya mengobrol dengan anaknya melalui telepon di sepanjang hidupnya?

JUSTICE (V.O.)

Aku bertemu ayahku beberapa kali. Ayahku adalah pejabat negara. Aku adalah anak dari istri sirinya, alias istri simpanan. Iya, mamaku adalah istri simpanan pejabat. Yang mau dimadu dengan istri-istri simpanan lainnya. Mamaku melahirkanku saat usianya masih 22 tahun.

BU MEI

(suara samar-samar) ...mau kamu itu ngobrol sama Papa. Ice, dengerin Mama ngomong, nggak sih?

CUT TO:

INT. KAMAR TIDUR - MONTAGE

Justice menelpon kekasihnya, Liberty (22) melalui Skype. Berbicara dengan Liberty membuat Justice bahagia dan tidak berhenti tersenyum.

JUSTICE (V.O.)

Mama memilih jalan hidup yang salah menurutku, hanya demi kekayaan, Mama tidak masalah menjadi simpanan pria yang usianya 20 tahun lebih tua darinya. Meski ayahku tetap menafkahi Mama, tetap saja tidak ada apa-apanya dengan status sosial yang melekat pada kami. Mama juga tidak menggantungkan uang kiriman Papa, ia tetap bekerja sebagai marketing real estate.

Justice masih mengobrol dengan Liberty semalaman suntuk.

JUSTICE (V.O.)

...Dan inilah hidupku yang menyedihkan. Anak dari istri simpanan yang selalu dipandang sebelah mata oleh orang-orang sekitar.

FADE OUT

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar