Growth: Story of the Inner Child
Daftar Bagian
1. Pre Chapter/Prolog
Di dalam ruangan 4 x 4 m yang tenang, Adisa hendak memulai konsultasinya dengan psikolog
2. [Perkenalan] Bagian 1 - Adisa yang Berwajah Datar
Liburan ini Adisa manfaatkan untuk mengunjungi sekolahnya dan menyantap kuliner favoritnya. Hanya be
3. [Perkenalan] Bagian 2 - Masa Kecil dan Impian
Adisa di masa lalu adalah anak yang cerdas dan berbakat. Namun banyak hal tidak mengenakkan yang ia
4. [Awal Permasalahan] Bagian 3 - Yang Sulit Diungkapkan
Avia tiba-tiba ditelpon Ibunya yang mengingatkannya untuk menjaga Adisa. Adisa dan Naya kembali bert
5. [Awal Permasalahan] Bagian 4 - Mimpi Buruk
Kejadian di masa kecil Adisa yang tak mengenakkan kemungkinan masih membayanginya hingga sekarang. I
6. [Permasalahan] Bagian 5 - Masa Lalu yang Menjawab
Adisa yang akhir-akhir ini susah fokus menemukan sesuatu yang hampir menjawab kebingungannya. Akhirn
7. [Permasalahan] Bagian 6 - Kecewa
Kehidupan bahagia orang-orang yang ia temukan membuatnya iri, hingga menyalahkan dirinya dan keluarg
8. [Konflik] Bagian 7 - Emosi yang Terungkap
Adisa pulang dengan keadaan basah kuyup. Ia yang sebelumnya tak begitu memerhatikan kondisinya, tiba
9. [Klimaks] Bagian 8 - Meluap
Sepulangnya dari rumah sakit, suatu kejadian membuatnya meluapkan isi hatinya yang terpendam.
10. [Anti-Klimaks] Bagian 9 - Melepas Luka Batin
Adisa memutuskan untuk konsultasi dengan Psikolog untuk menyelesaikan luka batinnya
11. [Penyelesaian] Bagian 10 - Memaafkan
Adisa akhirnya memaafkan orang tuanya dan meminta maaf. Hari-hari selanjutnya ia jalani dengan lebih
12. [Epilog] Satu Tahun Kemudian
Setahun berlalu, Adisa dkk kini sukses dengan impian mereka. Sebuah kiriman buket bunga membuat hati
2. [Perkenalan] Bagian 1 - Adisa yang Berwajah Datar

2) EXT-INT. LAPANGAN SMA HARAPAN KHATULISTIWA PONTIANAK-RUANG TATA USAHA-GERBANG SEKOLAH - JAM 1 SIANG

Pohon-pohon rindang berdiri kokoh di setiap sudut lapangan. Gedung di sisi kiri terlihat baru. Lapangan sepi karena jam istirahat siang baru berakhir. 

ADISA (V.O)

Namaku Adisa. Umurku 21 tahun. Mahasiswi semester 7 jurusan Teknik Industri di salah satu Universitas di Surabaya. Ya, aku anak perantau yang meninggalkan kota kelahiranku 3 tahun lalu.

Adisa melewati koridor sekolah tempatnya menuntut ilmu beberapa tahun lalu dengan bangga. Wajahnya yang tadinya datar sedikit cerah melihat Bu Wulan (50), gurunya dulu lewat dengan buku matematika di tangannya.

ADISA

Bu Wulan!

Adisa menyodorkan tangannya lalu mencium tangan Bu Wulan

BU WULAN

Adisa… orang Surabaya nih! Ikut acara alumni juga ternyata. Gimana kuliahnya? (sambil menepuk pundak Adisa)

ADISA

Tugasnya banyak bu… hehe. Tapi seru kok” 

BU WULAN

Lha iya toh, Teknik Industri kan mimpimu dari kelas satu.

ADISA

(senyum tipis) Hehe, iya Bu.

BU WULAN

(memegang pipi Adisa) Kamu kok masih keliatan lesu aja sih. Sudah kuliah, banyak-banyak senyum, dong.

ADISA

(tertawa kecil) Iya Bu, siap.

BU WULAN

Ya sudah, ibu ke kelas dulu ya (sambil berlalu ke arah kelas)

ADISA

(menundukkan kepala untuk memberi hormat) Iya, duluan ya Bu!

BU WULAN

Iya…

Bu Wulan lalu berjalan berlawanan arah dengan Adisa

ADISA (V.O)

(Ekspresi datar dengan mata yang sedikit kesal) Ini nih, yang sebenarnya aku gak suka. Tapi aku juga gak berani bilang kalau aku gak suka diginiin. Aku memang dari dulu terkenal dengan manusia minim ekspresi, dan suaraku yang kecil. Ini bukan disengaja lho ya, aku sendiri gak ngerti kenapa aku begini. Setiap aku sudah berusaha senyum, ngomong dengan lantang, ternyata masih kurang bagi orang-orang. Yah, mungkin sudah takdirku.

Ia menghela napas, kemudian menuju ruang Tata Usaha untuk mengambil ijazahnya yang sempat ada masalah sehingga baru terbit 2 tahun setelah ia lulus —tahun 2015.

ADISA

(mengetuk pintu) Permisi.

PETUGAS TU

(berteriak dari balik meja TU) Ya, silahkan.

Adisa mendatangi meja TU

ADISA

Saya mau ambil ijazah, Pak.

Petugas TU berdiri mendekat ke Adisa dari balik meja

PETUGAS TU

Nama dan angkatan?

ADISA

Adisa Setyorini. 2015, kelas 12 MIA 2. (dengan suara kecil)

Petugas TU mendekatkan telinganya ke wajah Adisa

PETUGAS TU

Siapa?

ADISA

(menarik napas) A-di-sa Set-yo-ri-ni. 2015, kelas 12 MIA 2. (sedikit berteriak)

PETUGAS TU

Lho, kamu yang ijazahnya bermasalah kan? Kok baru sekarang, kan tahun lalu sudah ada.

Petugas TU lalu mencari ijazah di lemari

ADISA

(Menggaruk kepalanya pelan) Lupa Pak, hehe maaf.

PETUGAS TU

(Menyodorkan ijazah dan stempel) Cap 3 jari di sini dan di sini ya. (sambil menunjuk ke ijazah dan SKHUN)

ADISA

(Melakukan cap 3 jari) Sudah, Pak. Terima kasih, saya ambil ya Pak.

Adisa lalu keluar dari ruang TU, dan langsung berjalan ke arah gerbang sekolah. Lalu, ia meraih ponselnya yang berdering dari dalam tasnya.

ADISA

Halo, Naya. Oh, udah di mobil? Oke, otw gerbang. (sambil berjalan keluar)

Mobil Jazz putih yang ia kenal sudah menunggu di depan gerbang. Adisa langsung membuka pintu di samping kemudi dan masuk tanpa permisi.

3) EXT. DI DALAM MOBIL, PERJALANAN MENUJU KEDAI MIE - SIANG

Di dalam mobil Naya (21) sudah menunggunya

ADISA

Ayo jalan, laper.

NAYA

Sabar dong. Btw, nanti Arvin juga join ama kita. (sambil memasukkan persneling dan menginjak gas mobil)

ADISA

Oh

ADISA (V.O)

Cewek blasteran di sampingku ini namanya Naya. Dia dan Arvin adalah sahabatku di SMA. Temanku gak banyak, tapi, aku bersyukur punya mereka yang menerimaku apa adanya. Waktu pertama kenal, sejujurnya aku agak minder sama Naya yang cantik dan populer. Tapi setelah kita kenal, justru kita punya banyak kesamaan. Bahkan, kami sekarang kuliah di fakultas yang sama. Tapi, dia di jurusan Teknik Kimia

NAYA

Iya, 3 hari doang. Kayaknya balik ke Surabayanya juga bareng kita.

Naya merapikan rambut panjangnya dengan tangan kirinya

Adisa

(Mengangguk pelan)

NAYA

Eh, mie kepiting ke arah situ kan?

Naya menunjuk ke arah kiri ketika di pertigaan

ADISA

He’em. (sambil memainkan ponsel di tangannya)

4) EXT-INT. KEDAI MIE KEPITING ACHAI - JAM 1.30 SIANG

Mereka sampai di Bakmi Kepiting Achai 10 menit kemudian, lalu langsung turun dan menuju meja kosong tepat di belakang pemasakan. Mereka datang tepat setelah jam makan siang selesai, jadi tidak terlalu ramai.

Seorang pelayan (perempuan/24) mendatangi mereka dan menyodorkan menu

PELAYAN 1

(Menyodorkan menu) Silahkan.

NAYA

Bakmi kepitingnya 3, es tehnya 3. Ada lagi, Sa?

Adisa membuka dompet untuk memastikan jumlah uangnya

SFX. SUARA MESIN KENDARAAN

ADISA

Mau nyoba kwetiau kuahnya gak sekalian?” (dengan suara kecil)

NAYA

Hah?

ADISA

(Menarik napas) Mau kwetiau gak? (sedikit teriak)

NAYA

Oh, boleh deh. Tambah 1 kwetiau kuah ya mbak. (ucapnya ke pelayan)

PELAYAN 1

Baik, ditunggu.

Tiba-tiba, Arvin (21) datang dan langsung duduk di hadapan Adisa dan Naya

ARVIN

Halo Disa, Naya.

ADISA

Hai, Vin. Gimana nih akademinya?

ARVIN

Gimana yang mana nih? (sambil menegakkan posisi duduknya)

NAYA

Apa aja. Udah lama gak kabar-kabar nih.

ARVIN

Aku lagi ambil license buat pilot komersil. Moga aja tahun depan keterima jadi first officer...

Ucapannya terpotong ketika pesanan mereka datang.

ARVIN

Makasih mbak

Mereka lalu mengambil pesanan masing-masing

ADISA

Selamat makan. (lalu menyuap mie di depannya)

NAYA

(Ekspresi bahagia) Sumpah, ini enak banget gak ngerti lagi. Baksonya kepiting banget, mo mati. Seenak itu!

ADISA

(Menatap Naya sebentar, lalu kembali melahap makanannya)

ADISA (V.O)

Gimana, kebalikan banget kan, aku sama Naya?

Selesai makan, Adisa mengambil beberapa tisu untuk membersihkan hidungnya yang berair karena pedas. Sayangnya, es tehnya tinggal sedikit karena sudah banyak diminum sebelum makan. Ia diam menunggu pedasnya reda sendiri.

ARVIN

(tertawa kencang) Makanya, minumnya jangan dihabisin dulu, Dis.

ADISA

(Masih diam dengan wajah datar)

ARVIN

“Awas sakit perut.”

ADISA

(Mulai mereda) Gak papa, udah biasa. (dengan nada datar)

ARVIN

(memanggil pelayan) Mbak, es tehnya satu lagi.

ADISA

Eh, gak usah Vin.

ARVIN

Apaan, aku pesen buat aku sendiri. (tertawa)

NAYA

Yaa, geer.

Tak lama, es teh pesanan Arvin datang dari pelayan yang sama.

ARVIN

Makasih, mbak. (langsung meminumnya cepat)

Arvin lalu menyodorkan es teh yang tinggal separuh

ARVIN

Nih, pasti kamu males beli, kan

ADISA

(tertawa kecil) Bilang aja kalo mau parohan, Vin

ARVIN

Emang

ADISA

No, thank you. (langsung meraih es teh dan menghabiskannya)

NAYA

Dih, sama aja pelitnya.

ADISA (V.O)

Mungkin kalian bertanya, apa diantara aku dan Naya ada yang tertarik sama Arvin. Jawabannya, tidak. Entah kenapa, bagiku Arvin hanya teman. Aku akui, kalau sebagai cowok, dia menarik. Tetapi, sampai saat ini aku belum tertarik padanya.

Naya menyodorkan ponselnya yang menunjukkan wajah seorang cowok. Dia adalah orang yang sedang dekat dengan Naya

NAYA

Dia deketin aku, anak S2 Tekkim. Aslab aku.

ARVIN

Asep? (nada polos)

Naya mengetuk pelan kepala Arvin dengan HPnya

NAYA

As-lab, cuy. Asisten lab.

ADISA

Terus, kamu mau sama dia?

NAYA

(Memandang layar ponselnya) Hmm.. pengen liat dulu sih seberapa serius dianya.

ADISA

Awas kalo kayak kemaren lagi. Gak usah terlalu ditanggepin dulu kalau dia belum serius.

NAYA

Siap, bunda.

ADISA

Btw, guys…

Suasana langsung hening dan fokus ke Adisa

ADISA

Aku bingung, udah mau semester 7 tapi gak tau mau bikin skripsi apa.

ARVIN

(Tertawa kecil) Lucu ya, kamu tuh kalo lagi ngeluh, kesel, seneng, marahm suaramu tetap aja bisa datar gitu.

Melirik dengan ekspresi datar, tapi langsung membuat Arvin sadar

ADISA

Diem

ARVIN

Maap maap

NAYA

(Menepuk pundak Adisa pelan) Gak papa, Sa. Nanti pas udah masuk kuliah, kamu datangin aja semua dosen, tanya-tanya sama senior, ntar juga bakal dapet topik kok. Yang penting, gak terlalu nyusahin kamu

ARVIN

Iya Sa, santai aja.

Ponsel Adisa tiba-tiba berdering. Panggilan masuk dari Ayah. Adisa menatapnya sejenak dengan datar tapi matanya sedikit menyiratkan kepanikan. Tetapi akhirnya diangkat.

ADISA

Halo, Assalamu’alaikum, Yah.

AYAH ADISA (O.S)

Wa’alaikumsalam. Disa dimana?

ADISA

Bakmi Achai.

AYAH ADISA (O.S)

Sama siapa?

ADISA

Naya Arvin.

AYAH ADISA (O.S)

(diam beberapa saat) Tadi sudah ambil ijazahnya?

ADISA

Udah.

Hening beberapa saat, Adisa menunggunya sambil mengetuk-ngetukkan jarinya di meja

AYAH ADISA (O.S)

Habis ini kemana? Langsung pulang ya.

ADISA

Hmm…

AYAH ADISA (O.S)

Ya sudah, Assalamu’alaikum.

ADISA

Wa’alaikumsalam

Adisa meletakkan ponselnya. Wajahnya terlihat kesal.

ADISA

Kenapa sih, pake disuruh langsung pulang segala. Dari dulu kalo ngumpulnya bukan sama kalian, pasti ceramahnya lebih panjang lagi.

Naya merangkul Adisa sambil menepuk pundaknya

ADISA (V.O)

Entah kenapa, setiap ada telpon dari Ayah bawaannya serem. Yah, semacem takut dimarahin gitu. Padahal gak marah-marah banget juga.

NAYA

Gak papa… gak papa. Pelan-pelan juga kamu bisa meyakinkan Ayah kalo kamu udah gede.

ADISA

21 tahun tuh kurang gede apa sih.

ARVIN

Kurang lah, masih bocah kamu tuh.

ADISA

(Melempar gumpalan tisu kering)

ARVIN

(Berhasil menghindar, lalu mengambil tisu yang jatuh ke lantai) Gak boleh buang sampah sembarangan, Adisa… Kita harus ngurangin limbah!

ADISA

Bodo amat (dengan pelan dan datar)

ADISA

Naya, dan Arvin. Dua teman terbaikku, yang meskipun sering meledek sifat spesialku ini, tetep aku sayang.

Mereka lalu membereskan barang dan pulang

ARVIN

Udah? Ayo balik. (beranjak dari tempat duduk)

NAYA & ADISA (SEREMPAK)

(ikut beranjak) “Yuk.”  

Mereka bertiga lalu meninggalkan tempat duduk, lalu keluar kedai

NAYA & ADISA (SEREMPAK)

Duluan Vin (melambaikan tangan lalu masuk mobil)

ARVIN

Ya, hati-hati.

Arvin lalu mengenakan helm lalu menaiki motor CBR 250 hitamnya

4) EXT-INT. DEPAN RUMAH ADISA-DALAM RUMAH ADISA - JAM 3 SORE

Naya dan Adisa sudah sampai di rumah Adisa.

ADISA

Thanks, Nay. (sambil turun dari mobil)

NAYA

My pleasure. Duluan yaa! (melambaikan tangan, lalu pergi)

Adisa memasuki rumah abu-abunya yang sederhana. Tidak ada orang di rumah, karena ibunya sedang berurusan di luar. Adisa langsung bersiap untuk mandi dan sholat ashar.

5) INT. KAMAR ADISA - SORE

Di kamar, Adisa sedang sholat ashar dan berdoa. Seusai sholat dan merapikan alat sholatnya, ia berbaring di kasurnya sambil bermain HP. Kamarnya tidak begitu luas dengan kasur besar yang biasa ditempatinya dan kakaknya yang sekarang sedang koas di Surabaya. 

ADISA (V.O)

Aku tinggal dengan Ayah, Ibu, dan kakak perempuan bernama Avia yang sekarang lagi koas di Surabaya. Kami lahir dari keluarga yang sederhana. Bahkan waktu kecil, hidup kami bisa dikatakan pas-pasan. Kebutuhan pokok kami sih tercukupi, tapi gak bisa lebih. Ayahku seorang guru SMP, dan ibuku guru TK. Kak Avia dan aku beruntung karena dapat beasiswa di kampus favorit di Surabaya. Padahal, orangtua kami dua-duanya guru. Tapi, anak-anaknya gak ada mewarisi bakat ngajarnya, hehe.

6) INT. RUANG TENGAH-KAMAR ADISA - MALAM

Adisa menonton TV di ruang tengah bersama Ibunya (45) yang sedang sibuk dengan laporan dan materi untuk mengajar. 

IBU

(menghela napas)

ADISA

(langsung menoleh) Kenapa Bu? Kayaknya capek banget, ya?

IBU

(sambil mengerjakan laporan) Iya, besok diminta kepala sekolah, tapi masih banyak yang belum selesai. (dengan tenang)

ADISA

(mengerutkan dahi) Emang Ibu semua yang harus ngerjain?

IBU

Ada kerjaannya mbak Ela juga, tapi dia kan baru sembuh jadi Ibu bantu kerjaannya.

ADISA

Kalo dia masih bisa suruh dia kerjain sendiri lah, Bu! Itu kan tugasnya sekretaris. Lagian, tadi aku lihat mbak Ela belanja sayur di depan rumah!” (dengan nada tinggi)

IBU

Ya sudah, gak papa. Satu lagi.

ADISA

Jangan terlalu baik, Bu. Nanti dia malah keenakan! (dengan nada tinggi, ekspresi marah)

IBU

Disa, gak boleh ngomong gitu.

ADISA

(menurunkan emosinya) Soalnya tadi pagi baik-baik aja sih…

IBU

(melanjutkan pekerjaannya, tidak menanggapi Adisa)

Hening sejenak, Adisa menghela napas berusaha meredakan emosinya

IBU

Oh iya, besok Ayah pulang dari acara di Bandung

ADISA

(mengangguk datar) Oh…

Tak lama, Ibu selesai dengan laporannya. Ibu lalu membereskan kertas-kertas dan laptopnya, Adisa lalu membantu Ibu menaruhnya di atas meja ruang tengah.

ADISA

(berjalan ke arah kamarnya) Duluan, Bu. Maaf tadi bentak-bentak.

IBU

(tersenyum teduh) Iyaa… (dengan tenang)

Adisa kemudian masuk kamar, lalu menyalakan kipas angin gantung dan lalu naik ke kasur. Ia memainkan HPnya sebelum tidur.

Adisa melihat tanggal yang tertera, 19 Agustus 2018. Waktu liburannya tinggal seminggu sebelum ia harus kembali ke perantauan sebagai mahasiswa tahun terakhir.

ADISA

(memandang layar HP) Hmm… minggu depan udah harus balik ke Surabaya.

Adisa lalu melihat-lihat harga tiket pesawat, lalu membuka aplikasi chatting untuk memberi pesan pada Naya.

ADISA (MENGETIK PESAN)

Nay, pesen tiket buat Kamis depan yok. Jam 10 nih murah

Naya segera membalasnya

NAYA (BALASAN PESAN)

“Okee, aku langsung pesen nih.”

Adisa langsung menutup HPnya setelah membaca pesan Naya dan langsung tidur.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar