DEVIL
1. KELUARGA NORMAN
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator
D E V I L


Written By Donny Sixx


01. EXT. KAWASAN MISKIN PINGGIRAN KOTA - RUKO TUA - DAY

FADE IN:

Kita melihat, langit begitu mendung dan berawan hitam. Di halaman depan ruko itu, ada seorang perempuan gila yang duduk bersimpuh, menutup matanya dan mengunci tangan, seperti berdoa tapi ucapannya tidak tidak keruan.

Di depan wanita gila itu, tergeletak sebuah KORAN. Perlahan angin meniup—membuka satu-persatu halaman Koran itu. 

INSERT:

Tepat di tengah halaman, terpampang sebuah iklan lowongan pekerjaan berbasis Organisasi terapi, dengan singkatan: M.D.O.

(Note: Adegan ini melatarbelakangi Main Title).

TITLE:


DEVIL


Tiupan angin menutup semua lembar halamannya. Sekilap, tangan seorang pria yang memakai pakaian rumahan, memungut Koran itu lalu berjalan pelan-pelan ke depan seraya melihat-lihat isinya.

DISSOLVE TO:

02. EXT. HALAMAN RUMAH KONTRAKAN - SIANG

Note: Bagian ini diikuti munculnya credit title standard.

Kita melihat, Pekarangan depan rumah yang kecil dan agak berantakan. Di situ terdapat barang-barang bekas rumahan yang berserakan—tidak terpakai dan benda-benda elektronik seperti TV merek lama, Radio tua dan benda sisa lainnya yang menumpuk. 

Di tempat jemuran, berbagai sepatu yang berbeda warna, bergelantungan—bergoyang ditiup angin.

SFX: Dari dalam terdengar suara menyikat sepatu .

CUT TO:

03. INT. RUMAH KONTRAKAN - TEMPAT PENCUCIAN SEPATU – SIANG

Tampak, tangan seorang wanita memegang sepatu kantoran warna hitam sambil menyikatnya.

Ia duduk di kursi kecil, di depan banyaknya tumpukan sepatu dengan wajahnya yang kesal. Ia adalah: MAYA (45) Istri Norman seorang Ibu rumah tangga.

MAYA
Sudah siang, nggak ada yang bantu. Semuanya, aku yang kerjakan. Mereka cuman enak-enakkan tidur. Bikin aku naik darah. (Mengelap keringat di kepalanya). Hufff.

Ia terhenti sejenak, kemudian, melepaskan cuciannya, lalu, berjalan ke luar memandangi langit.

MAYA
Gawat. Langitnya mendung.

Ia berbalik kembali ke tempat pencucian. Di depan pintu masuk ruangan tengah, ia melihat ke dalam. Ruangannya Kosong, hening dan sepi. Tak ada aktivitas sama sekali. Ia kembali duduk dengan wajah yang masam. Saat akan melanjutkan cuciannya, ia mendengar suara menguap dari dalam.

SFX: Huaem. Suara lelaki yang menguap. 

MAYA
(Kesal). Dasar orang-orang pengangguran!

Ia mengambil EMBER KOSONG yang ada di depannya, lalu mengisinya dengan air. Ia menentengnya menuju ke dalam. Jarum jam di ujung dinding tengah menunjukkan pukul setengah sebelas siang; 10:30. Di ruang tengah Maya berpapasan dengan Nami yang baru saja keluar dari kamarnya.

MAYA (Cont'd)
(Menatap serius). Baru bangun, ya?
NAMI
Iya, Bu.

Maya masih menatap serius pada Nami.

MAYA
Coba kamu tengok di sana?

Nami memandang ke tempat pencucian sepatu. Ia melihat banyak tumpukan sepatu yang belum dicuci. Ia tidak bersuara.

MAYA (Cont'd)
Cepat cuci muka, pekerjaan kita banyak hari ini.
NAMI
(Matanya melek) . Iya.

Nami berjalan menuju kamar mandi, sedangkan Maya mengarah ke kamarnya dan Norman. Sebelum Nami masuk ke kamar mandi, ia melihat KAI (23) Kakaknya sedang sibuk mengangkat-angkat Hp-nya ke atas mencari sinyal, di antara gantungan sepatu-sepatu di depan WC.

KAI
Susah amat sih nyari sinyalnya di sini... Udah sejam gue mondar-mandir, ke sana-kemari, tapi, belum juga muncul. (Kesal). Huh!

Nami menyapa dari belakang.

NAMI
Woi! Ngapain lo di situ?
KAI
Nyari sinyal. Dari tadi belum nemu. Bikin gue stres!
NAMI
Hmm... Itu...

Kai berbalik memandang Nami.

KAI
Apa?

Nami menunjuk dengan jari telunjuknya, sebatas dada ke arah WC.

NAMI
Itu...

Kai melihat ke WC.

KAI
(Heran). WC?

Kai memandang aneh Nami.

KAI (Cont'd)
Buat apa?
NAMI
Masuk aja.

KAI

Gue belum rasa BAB, Mi.
NAMI
Mending lo masuk.

Kai ragu-ragu. Ia menatap heran kembali pada Nami.

NAMI (Cont'd)
Sana masuk!
KAI
Iya, iya.

Ia masuk ke WC dan menutup pintunya.

KAI
Ada-ada aja tuh bocil, nyuruh gue masuk ke WC... (Duduk di toilet) Emangnya di dalem sini pake tower, apa? (Mengendus) Bau lagi. (Menggumam jijik) Um! (Menutup hidungnya dengan dua jari tangan kanannya)

Terpampang beberapa garis sinyal di sisi atas kanan layar HP-nya.

KAI
(Matanya membeliak). Huh? Tiga?

Ia melihat ada tanda kiriman pesan masuk dari Ken (23) temannya saat masih kuliah. Ia seakan tidak percaya kalau di dalam WC jelas menampung sinyal.

KAI
Gue nggak nyangka, ternyata WC ini ajaib.

Saking senangnya, ia berteriak.

KAI (Cont'd)

BERHASIL!

KAMAR MANDI --

Di kamar mandi, Nami yang sedang menyikat gigi, agak kaget mendengar suara Kai.

NAMI
Bocah.

WC --

Kai mencium kembali bau tak sedap di dalam WC.

KAI
Um! (Sembari menaikkan leher kaos menutup hidung dan mulutnya)

KAMAR MANDI --

Nami melanjutkan menyikat giginya dengan wajah yang masih kelihatan mengantuk di depan kaca.

KAMAR NORMAN DAN MAYA --

Norman (47) terlihat masih tertidur pulas, memiringkan badannya, memeluk bantal tidur dengan nyenyak sambil mengigau.

NORMAN

(Mengigau). Kaya... Kaya... Kaya.

Maya perlahan membuka pintu kamar. Ia melihat Norman masih tertidur pulas sampai wajahnya terlihat muram dan lesu. Ia lantas menaruh EMBER yang dipegangnya ke lantai. 

MAYA

(Tolak pinggang seraya menggelengkan kepala). Huh... bukan main si tua bangka ini, udah siang bolong masih aja molor. Pake ngelindur, lagi. Hidup aku makin hari- makin susah... Melarat.

Norman membalikkan posisi badannya terbaring menghadap atas dan tangan kanannya menggaruk ke leher. Air liurnya mengalir kental melekat di pipi—membasahi bantal. Tangan kirinya mulai mengarah ke bawah, masuk ke dalam celana. Ia tampak mulai mengulek-ulekan anunya.

MAYA
(Menggeram). Tua bangka sialan! Otak mesum.

Maya lalu membangunkan Norman dengan suara yang kuat.

MAYA
MAN, BANGUN!

Norman kelihatan tidak merespons, ia malahan asyik mengulek kan tangannya di dalam celana. Maya kembali membangunkannya dengan suara yang semakin kuat.

MAYA
NORMAN! BANGUN!!

Norman tak juga merespons.

MAYA

(Membuang napas). Huh! (Mencoba tenang sesaat).


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar