6. Darah #6

CUT TO

45. INT. RUANG MAKAN - MALAM

Erlan merayakan ulang tahunnya yang ke delapan belas tahun bersama ayahnya.

Erlan: Kadonya mana yah? (mengangkat alisnya)

Ervan masuk kedalam kamarnya mengambil kado.

Erlan (COND'T): Lama amat nagambeknya, udah seminggu juga.

Ervan: Nih? (menyodorkan bungkusan kadonya)

Erlan: (tersenyum bahagia) Thanks you yah..

Ervan hanya menganggukkan kepalanya dengan muka datar.

Erlan: Yah enggak seneng banget anaknya ulang tahun, ikhlas enggak nih??

Ervan: Ikhlas. (senyum terpaksa)

Erlan: Senyumnya juga enggak ikhlas, pelit amat?

Ervan: Ya udah kalau enggak mau? (hendak merebut kembali kado pemberiannya, dengan cepat Erlan menariknya)

Erlan: Mau atuh yah, masa mau diambil lagi (membuka bungkus kado)

Ervan: Hmm...

Wajah Erlan berubah, melirik kearah Ervan.

Erlan: Helm...

Ervan: Kenapa, Enggak suka??

Erlan: Motornya mana yah? (senyum jahil)

Ervan: Otw tahun depan.

Erlan: (wajah kecewa) Buat apa coba cuma helm doang, motor yang lebih penting yah? (mengeluh).

Ervan: Helm juga sama pentingnya.

Erlan: Enggak asyik banget yah.

Ervan: Ayah mau lihat kamu lulus sekolah dengan nilai baik dan tanpa masalah yang membuat ayah kecewa apalagi marah selama kamu menyelesaikan sekolah.

Erlan: Oke Erlan akan buktikan??

Ervan: Oke deal (mengulurkan tangan).

Erlan: Siap (menjabat tangan Ervan).

Ervan: Ayah harap kamu tidak menyerah di tengah jalan.

Erlan: Enggak akan, dan Erlan harap ayah tidak akan mengikarinya.

Ervan: Kita buktikan siapa diantara kita yang akan konsisten.

Erlan:Oke.


CUT TO

46. EXT. JALANAN - PAGI

Ervan menjalani rutinitas seperti biasa, setelah aksi ngambeknya kemarin, mengantar jemput Erlan sekolah, ervan merasakan kegigihan dan semangat anaknya demi sebuah motor impiannya.

Erlan: Ayah... semangat kerjanya? (Berteriak lantang, sekeliling ikut memperhatikan).


47. EXT. PERKEBUNAN - SORE

Ervan mengutaran niatnya untuk berhenti bekerja, duduk di tepi perkebunan.

Zaid: Gimana ada yang mau diceritain? (menyeruput kopi)

Ervan: (Senyum) Iya Om.

Zaid: Kamu sudah yakin dengan keputusan kamu? (meletakan gelas)

Ervan: Insyallah yakin om, (beat) terima kasih banyak om sudah menjadi tameng buat Ervan, (menengadah keatas langit) Banyak hal yang Ervan pelajari dari semua yang om kasih, maaf kalau Ervan kerap membuat om kesal.

Zaid: Kamu itu sudah om anggap keluarga, om sanagt senang dan bangga sama perjuangan kamu sampai sekarang.

Ervan: Semua karna campur tangan om dan Fikri.

Zaid: Semua orang memiliki gelap yang tidak kita tahu, jangan berkecil hati, bersyukur punya sosok sahabat seperti Fikri, dia yang lebih banyak ambil peran dikehidupanmu.

Ervan: Bener sih om, tanpa Fikri mungkin Ervan Enggak akan sampai ada disini, (matanya berkaca kaca) Kadang sikap egois itu menguasa, sampai lupa kalau Fikri itu segalanya buat Ervan.

Zaid: Jaga persahabatan kalian ya, (merangkul).


DISSOLVE TO

48. EXT. LAPANGAN SEKOLAH - SIANG

Established: Hari kelulusan, seluruh siswa memenuhi lapangan sekolah, merayakan hasil kelulusan.

Erlan: Wuy... elu enggak pada mau tanda tangan gue?? (teriak).

Alvin: Ngomong sama pantat, (menunjukan pantatnya)

Mereka tertawa bahagia saling berpelukan, mewarnai seragam putih abu mereka dengan berbagai warna serta tanda tangan dan ucapan nyeleneh.

Nampak Erlan memaksa ingin menanda tangani sepatu mahal milik Rio, Rio menolak terjadilah aksi kejar kejaran, dengan bantuan Alvin, Garin dan Soni, Rio berhasil ditangkap, Erlan melancarkan aksinya, Sesil mengabadikan moment gila itu dengan kamera canggihnya.


CUT TO

49. EXT. PERJALANAN - SORE

Erlan bersama temannya yang lain sedang melakukan konvoi bersama dijalanan, hal biasa yang hampir semua siswa lakukan saat merayakan kelulusan mereka.

Vanya: Seru ya mereka? (melihat Erlan dkk lewat), kangen sekolah (menyereput minumannya).

Fajri: Kangen Fano kali?

Vanya: (tatapan heran) kok jadi Fano sih? (cemberut), elu Melisa dong?

Fajri: Melisa?? (melirik Vanya mangangguk dan Vanya mengangguk)

Fajri: Hahaha... Melisa bukan hitungan mantan, hanya tahap pedekate, Mak comblangnya kurang aktif.

Vanya: Kurang aktif dari mana, gue ini Mak comblang terdebest, yang ada elu kelamaan, kagak geecep jadi diembat orangka? (menyenggol bahu Fajri yang sedang menyerut minumannya).

Fajri: Untung enggak keselek.

Vanya: Sering sering ngajak heling berkedok touring yee (tersenyum manis).

Fajri: Senengkan elu?

Vanya: Pastinya, butuh udara segar, mata juga seger liaht yang hijau hijau, seru perjalanan naik turun, apalagi kagak keluar duit, kan elu yang ngajak, boleh nambahkan laper? (mengelus perutnya menunjukkan exspresi memelas).

Fajri: Gini nih ngajak si jomblo.

Vanya: Iya deh yang LDR-an, ups LDR-an apa lost contacts (tersenyum jahil), elu mau pesen apa? (bangkit dari kursi).

Fajri: Samain aja.

Vanya: Siap bos (menghampiri penjual)

Fajri melihat menikmati es di gelasnya yang tinggal setengah, melihat pepohonan disekeliling, angin sepoy menambah kesan sejuk.


CUT TO

50. INT. STUDIO FOTO - MALAM

Erlan melakukan sesi foto bersama Kelima sahabatnya dengan berbagai tema.


DISSOLVE TO

51. EXT. HALAMAN RUMAH - PAGI

Dua tahun kemudian

Erlan sedang mencuci motornya ditemani musik kencang di ponselnya.

Ervan: Bos rajin amat pagi pagi udah mandiin kudanya?? (duduk memakai sepatu).

Erlan: (menunjukan jari metal) Semangat cari duit pak bos, keep rocking...

Ervan: Bos, bekel udah siap, jangan lupa matikan lampu kamar dan kipas angin sebelum berangkat ngampus.

Erlan: Uang jajan pak bos?

Ervan: Kemaren udah double bos.

Erlan: Pelit amat Pak bos?

Ervan: Kalau enggak pelit elu enggak bisa makan, jangan lama lama pake air mahal, tuh air tumpah kemana mana? (menunjuk kearah ember yang kepenuhan).

Erlan: Baik pak bos, punya bokap udah kayak emak emak bawel dan pelit minta ampun.

Ervan pura pura tak mendengar ocehan Erlan, berjalan melewati Erlan.

Erlan: Pak bos mau dianterin enggak??

Ervan: (senyum) Hatur nuhun kasep, tarif situ lebih mahal dari angkot. (menutup gerbang).

Erlan (COND'T): Tuh kan pelitnya melebihi emak emak, (geleng geleng kepala).


CUT TO

52. INT. RUMAH - PAGI

Ervan mematikan lampu dan kipas di kamarnya, lalu mengambil bekal makan siang dan botol minum di meja makan.

Alvin: Wuy... lama amat (teriak mengagetkan, tiba tiba muncul).

Erlan: Kaget jurig?? (menoyor kepala)

Alvin: (tertawa puas) bekel jangan lupa bekel,

Erlan: (memasukkan bekalnya kedalam tas) Berisik elu?

Alvin: Bokap kenapa suruh jadi chef aja sih?

Erlan: BERISIK....


53. EXT. PINGGIR JALAN - SORE

Ervan membeli gorengan pinggir jalan.

Ervan: Bang biasa bang? (memberi uang pas)

Tukang Gorengan: Siap.

Ervan mengambil ponselnya yang bunyi di saku celana.


INTERCUT ERLAN

Erlan: Yah token abis.

Ervan: Iya nanti ayah beli, kamu udah makan?

Erlan: Belum, nasi aja belum dimasak.

Ervan: Ya udah nanti ayah sekalian beli, jangan lupa masak nasi.

Ervan memasukkan ponselnya kembali kedalam saku celana, tatapan tertuju pada sosok wanita yang berjalan kearahnya.

Tukang Gorengan: (mencolek) Ini mas pesanannya, ngelamun aja??

Ervan: Oh maaf bang.. (mengambil pesanannya)

Ervan berjalan tergesa menghindar dari Anggun yang memanggil manggil namanya.

Anggun: Ervan tunggu Ervan..

Ervan semakin mempercepat jalannya dan masuk kedalam angkot.

Anggun: Ervan, tolong jangan menghindar? Ervan... (menangis kecewa)

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar