Bunga Matahari
9. 9. Kasa dan Masa Lalunya

INT. KELAS KASA — SIANG

Bel istirahat sudah berbunyi, satu persatu murid meninggalkan kelas mereka dengan tujuan yang sama yaitu kantin sekolah. Lalu di depan kelas Kasa ada Ale juga Wisnu yang berdiri di sana dan ketika Kasa dan Rintan sudah keluar dari ruang kelas.

Ale mencengah mereka atau lebih tepatnya mencegah Kasa untuk tidak pergi dengan cara berdiri di hadapannya.


ALE

Sa, tolong ikut gue sebentar.


Kasa berdecak sebal dan menatap dingin pada Ale yang menghalangi langkah kakinya.


KASA

Lo kayaknya suka banget ya gangguin gue?


Untuk detik ini Ale bergeming, Ale menulikan telinganya kemudian meraih pergelangan tangan Kasa untuk dibawa pergi bersamanya. Sempat ada pemberontakan dari kasa, tapi karena tenaga Ale jauh lebih kuat Kasa memilih untuk pasrah.


Sementara itu dua anak manusia yang ditinggalkan dengan kompak merepons dengan menggeleng-gelengkan kepala sembari memperhatikan Kasa juga Ale yang semakin menjauh dari pandangan keduanya. Dan beberapa saat kemudian Rintan menghela napas seraya menolehkan kepala menatap Wisnu.


RINTAN

Ale kenapa sih? Akhir-akhir ini dia suka banget nongol di depan Kasa? 


WISNU

(mengangkat bahu yang artinya 'tidak tahu')

Gue juga nggak tahu, kenapa Ale jadi gencar banget deketin cewek. (tersenyum geli)


RINTAN

Omong-omong. Masalah lo sama teman lo udah selesai?


WISNU

Udah, kalau belum. Gue nggak mungkin sekolah. Omong-omong, makasih ya udah bantuin gue. (tersenyum simpul)


RINTAN

(tersenyum malu)

Sama-sama.


WISNU

Ngantin bareng, yuk?


RINTAN

Ayok.


Dengan langkah kaki yang beriringan juga senyum tipis di wajah masing-masing, Wisnu dan Rintan pergi menuju tempat yang sama.


CUT TO:


EXT. HALAMAN BELAKANG SMA KASTURI — SIANG

Di halaman belakang sekolah, Kasa lepas paksa tangan Ale yang masih memegang pergelangan tangannya. Kasa masih menatap Ale dengan tatapan yang dingin.


KASA

Lo kenapa sih, Le? Sehari aja nggak usah ganggu hidup gue kayaknya susah banget buat lo lakuin!


Untuk beberapa saat Ale terdiam, tujuan sebenarnya bukan untuk mengganggu hidup Kasa melainkan untuk menyadarkan dia jika keputusannya berhenti menulis adalah keputusan yang salah.


ALE

Enggak gitu, Sa. Gue cuma--


KASA

Cuma apa? Cuma maksa gue buat lanjutin cerita karangan gue itu? Iya, kan? (berdecak sebal) Denger ya, Le. Kalau tujuan lo cuma pingin bikin gue lanjut nulis. Usaha lo percuma, bener-bener percuma.


ALE

Oke, gue tahu dan gue ngerti. Lo pasti punya alasan karena berhenti nulis, tapi bisa nggak lo berpikir sekali lagi mengenai keputusan lo itu?

(beat)

Gimana perasaan pembaca lo yang udah baca cerita lo yang belum selesai? Dan lo sadar nggak tentang mereka yang masih setia nungguin lo?


KASA

Udahlah, Le. Lo nggak usah kayak gini dan jangan bertindak lebih jauh lagi. (menghela napas panjang) Gue tahu niat lo baik, tapi sayangnya gue nggak bisa ngelakuin apa yang lo inginkan karena buat gue semuanya udah berakhir.


Usai berkata Kasa melangkah pergi meninggalkan Ale dengan keterdiamannya.


DISSOLVE TO:


FLASHBACK:

INT. KAMAR KASA — MALAM

Kita melihat Kasa yang duduk di bangku meja belajarnya dengan pandangan yang tertuju pada laptop.

FADE IN wajah Kasa yang serius menatap layar laptopnya juga jari-jari Kasa yang mengetik di atas keyboard.

CLOSE UP layar laptop Kasa, di mana Kasa sedang mengetik karangan ceritanya di halaman Microsoft Word.

CLOSE UP jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam lewat empat puluh menit.

Kasa mengembuskan napas, merentangkan kedua tangannya yang terasa pegal kemudian tersenyum simpul seraya menutup laptop karena sudah menyelesaikan tugas kecilnya.

Kasa baru menyelesaikan naskah novelnya juga sudah mengirimkannya ke pihak penerbit, berharap semoga naskah novel buatannya berhasil memikat pihak penerbit.


CUT TO:


ANOTHER FLASHBACK:

INT. KAMAR KASA — SORE

Kasa sedang mendudukkan dirinya di bangku meja belajar dengan pandangan yang terfokus pada layar laptop.

FADE IN wajah Kasa yang tegang menatap layar laptop.

Karena ketegangan yang masih dirasakan sekadar meredakan ketegangan yang dirasa, Kasa menyalurkannya dengan cara menggigit ujung kuku ibu jarinya. Sementara tangan satunya lagi digunakan untuk menekan tombol refresh berkali-kali.

Sampai hal yang ditunggu oleh Kasa pun muncul, di halaman web yang sudah di memperbarui itu terpampang jelas nama-nama pemenang lomba menulis.

CLOSE UP daftar nama-nama pemenang.

Dari nama pertama sampai nama terakhir yang dibaca dengan teliti bahkan berkali-kali. Dan bahunya seketika menurun saat tahu bahwa namanya tidak ada di daftar pemenang.


CUT TO:


ANOTHER FLASHBACK: 

EXT. KORIDOR SMA KASTURI — SIANG

Rintan dan Kasa sedang berjalan di koridor sekolah dengan tujuan menuju perpustakaan untuk meminjam buku pelajaran.

Karena ponsel yang ada digenggaman tangannya bergetar pandangan Kasa langsung tertuju pada benda elektronik itu. Dan seketika langkah kaki Kasa berhenti saat mendapati notifikasi dari akun Gmail-nya dari pihak penerbit.

CLOSE UP pesan Gmail dari pihak penerbit yang mengatakan naskah novel yang Kasa kirimkan telah ditolak.

FADE IN wajah Kasa yang sedih karena mendapat penolakan untuk kesekian kalinya.

Sementara itu Rintan yang memperhatikan gestur tubuh Kasa, menaikkan sebelah alisnya.


RINTAN

Kenapa, Sa?


KASA

(mengedipkan mata dan menoleh)

Enggak kenapa-kenapa, emangnya gue kenapa?


RINTAN

Muka lo kelihatan sedih gitu.


KASA

(tersenyum tipis)

Perasaan lo aja kali.

(beat)

Ayok, ke perpus nanti keburu bel loh.


CUT TO:


ANOTHER FLASHBACK:

INT. KAMAR KASA — SORE

Tanpa mengetuk pintu kamar terlebih dahulu dengan seenaknya Linta memasuki kamar Kasa. Kasa yang terlalu fokus mengetik cerita karangannya di laptop sampai tidak menyadari Linta yang berjalan mendekatinya.

CLOSE UP layar laptop yang memperlihatkan beberapa paragraf halaman kerja di microsoft word.

Linta melipatkan kedua tangan di depan dada memperhatikan kegiatan apa yang sedang Kasa lakukan. Linta menyunggingkan senyum miring saat tahu Kasa sedang menulis sebuah cerita karangannya kemudian Linta tertawa dengan maksud meledek.


LINTA

Lo itu kebiasaan banget, ya?


KASA

(refleks menoleh)

Eh, Lin. Kamu kok nggak ngetuk pintu dulu sebelum masuk?


LINTA

(mendesah pelan)

Menurut gue masalah gue yang ngetuk pintu kamar atau enggak, itu sama sekali nggak penting, ya. Karena yang paling penting itu gue sebagai sepupu yang baik udah pernah mengingatkan hal ini berkali-kali sama lo.

(beat)

Hal yang lo lakuin saat ini tuh percuma nggak ada hasilnya, kenapa? Karena dengan lo menjadi penulis itu sama sekali nggak ada gunanya.


Perkataan Linta yang menusuk itu membuat kedua tangan Kasa tidak bergerak alias tidak mengetik seperti sebelumnya meski kepala Kasa sudah dipenuhi oleh berbagai macam kalimat yang tersusun rapi.


LINTA

(tersenyum geli)

Cita-cita lo itu bener-bener nggak jelas, ya? Pantesan aja orang tua lo juga nggak jelas ada di mana.


Linta melangkah menuju lemari Kasa. Sementara Kasa mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat menahan emosinya agar tidak meledak.


LINTA

Gue pinjam baju lo, ya. Kemeja yang kemaren baru dibeli nyokap gue.


KASA

Iya, ambil aja. Bajunya ada di lemari.


Mendapat izin dari Kasa, Linta segera membuka lemari mencari kemeja berwarna biru garis-garis. Berhasil menemukan kemeja membuat Linta tersenyum lebar.


LINTA

Saran gue, mending lo ubah deh cita-cita lo itu ke hal yang lebih berguna. Jadi dokter, polwan, pengacara, guru, pengusaha itu jauh lebih bergunakan ketimbang lo jadi penulis.


Kasa terdiam bermenung mencerna semua perkataan yang terdengar oleh kedua telinganya. Karena urusannya hanya meminjam kemeja milik Kasa, Linta segera pergi dari kamar itu sama sekali tidak memedulikan Kasa yang sakit hati akibat perkataan Linta.


CUT TO:


ANOTHER FLASHBACK:

INT. KAMAR KASA — MALAM

CLOSE UP sedikitnya jumlah viewers di novel karya Kasa yang diunggah di sebuah platform.

Kasa menghela napas lelah wajahnya terlihat sedih karena jumlah viewers yang tidak bertambah padahal Kasa sudah berusaha dalam melakukan promosi juga membuat cerita yang menarik.

Karena kecewa Kasa menutup laptop-nya lalu membenamkan kepalanya di atas meja belajar dan kedua tangan digunakan sebagai bantalan.


ANOTHER FLASHBACK:

INT. BILIK TOILET SMA KASTURI — SORE

Kasa duduk di atas kloset duduk di toilet dengan kedua tangan yang menggenggam ponsel. Untuk sejenak Kasa menenangkan diri dengan cara mengatur pernapasan karena sebentar lagi Kasa akan melihat hasil pengumuman pemenang dari lomba menulis yang dia ikutin untuk kesekian kalinya.

Dirasa perasaannya sudah tenang dan berusaha untuk optimis Kasa segera mengeklik link hasil pengumaman.

CLOSE UP daftar nama-nama pemenang di halaman website.

Untuk kesekian kalinya tidak ada nama Kasa yang tertera di sana dan lagi-lagi hal tersebut membuatnya kecewa.

KASA'S PIECES OF MEMORIES FLESHING IN HER HEAD

Perkataan Linta yang tiba-tiba muncul di kepalanya. 

....Hal yang lo lakuin saat ini tuh percuma nggak ada hasilnya, kenapa? Karena dengan lo menjadi penulis itu sama sekali nggak ada gunanya....

....Cita-cita lo itu bener-bener nggak jelas, ya? Pantesan aja orang tua lo juga nggak jelas ada di mana....

....Saran gue, mending lo ubah deh cita-cita lo itu ke hal yang lebih berguna. Jadi dokter, polwan, guru, pengusaha itu jauh lebih bergunakan ketimbang lo jadi penulis....

Kasa yang sudah lelah mendesah pelan seraya memejamkan kedua mata dan memutuskan untuk menyerah dalam mewujudkan cita-citanya.


FLASHBACK ENDS


BACK TO: 


Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar