Anak Muda di Kota Tua
1. prolog
Skrip ini masih diperiksa oleh kurator

Ayla menyentuh ujung keliman baju Radindra. Dia tampak menahan diri untuk tidak jatuh ke dalam pelukan cowok muda di depannya. Mereka sama–sama menahan napas.

Angin sore area pemancingan Janti mengelus wajah mereka yang sedang duduk lesehan di salah satu saungnya. Mereka di ambang perpisahan yang entah berujung pertemuan kembali ataukah tidak berujung selamanya.

Radindra


Berjanjilah untuk kembali lagi, mbak


Cowok bergigi gingsul itu menahan laju air mata yang telah mendesak di permukaan jiwanya.

Ayla

Aku...


Kalimat Ayla tidak selesai.

Radindra

Mbak mungkin memang harus pergi. Tapi hatimu biarkan tinggal untukku saja


Radindra mengelus jemari Ayla yang masih kukuh memegang sebagian kemeja cowok muda itu.


Kalau saja Radindra memperturutkan api mudanya, tak sulit baginya untuk mendesak gadis itu ke pinggir saung dan setidaknya mendapatkan ciuman di ujung kebersamaan mereka ini. Tetapi cinta putih yang bergema dari lubuk hatinya menahannya dari berbuat sesuatu yang bisa menodai kesucian cinta mereka.

Ayla sebenarnya bukannya tidak punya keinginan yang sama. Bahkan dia sudah membayangkan seperti apa ciuman yang akan dia pasrahkan pada Radindra di hari terakhir mereka berjumpa di kota tua ini. Sebelum dia meninggalkan cowok muda itu. Untuk pulang menemani ibunya yang kini sendirian di kota kecil Ayla. Dan entah apakah Ayla akan kembali bertemu dengan Radindra dalam kisah cinta yang berlanjut, ataukah memang ini ujung segalanya. Segala yang mereka ukir bersama setahun ini. Dalam kenangan–kenangan manis dan penuh harapan.

Gerimis mulai menari. Semakin membungkus kedua tubuh dan jiwa muda itu dalam kedinginan.



Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar