3G : How To Be Perfect
1. KETIDAKADILAN HIDUP

FLASHBACK:

1.EXT.DI GERBANG RUMAH FANNY - MALAM

Terlihat ada seorang satpam yang sedang berjoget ria di depan gerbang sambil mengikuti iringan lagu dangdut di ponselnya.

SATPAM

Digeboy geboy mujair nang-ning-nong, nang-ning-nong pak guli pak, bang dung ding serr! Assiikk!

Pak Satpam menyipitkan mata saat melihat ada sosok berbaju putih berlari ke arahnya. Dia menatap sosok itu yang sudah ngos-ngosan di depannya dengan menenteng sepasang high heels, sedangkan kondisi kakinya nyeker.

Ambar menarik napas dalam-dalam. Mengintip rumah mewah dibalik gerbang.

AMBAR

Pak! Acara ulang tahunnya belum selesai, kan?

Pak Satpam mematikan lagu dangdut di ponselnya.

SATPAM

Belum.

AMBAR

Makasih, Pak. (Bersiap lari ke arah pintu gerbang)

SATPAM

(Menghadang pintu gerbang) Mau ke mana?

AMBAR

Saya mau masuk, Pak. Acara ulang tahunnya di dalam, kan?

SATPAM

(Menengadahkan tangantangan)

Mana surat undangannya?

AMBAR

(Mengernyit bingung)

Surat undangan?

SATPAM

Iya. Surat undangan. Kalo kamu mau masuk, harus ada surat undangannya dulu.

AMBAR

Tapi saya teman sekelas Fanny, Pak.

SATPAM

Non Fanny berpesan, jika ada tamu undangan yang tidak membawa surat undangan, mereka tidak bisa masuk ke acara ulang tahun Non Fanny. Jadi, saya hanya menjalankan amanat anak dari anak majikan saya.

AMBAR

Tapi, Pak, saya udah jauh-jauh datang ke sini. Masa Bapak mau ngusir saya.

SATPAM

(Menggeleng tegas)

Amanat tetaplah amanat.

Ambar menghela napas. Menatap rumah mewah itu dengan nanar.

AMBAR

Beneran enggak bisa, ya, Pak?

SATPAM

Nggak bisa.

Ambar mengubek-ubek saku bajunya dan menemukan dua koin pecahan seribuan.

AMBAR

(Menyodorkan uang koin)

Ini uang kembalian angkot tadi. Saya kasih buat Bapak, ya. Lumayan buat beli es teh jus. Enggak apa-apa, deh saya pulang jalan kaki yang peting saya bisa masuk, Pak. Bapak terima, ya. Saya ikhlas ridho, Pak. Serius, deh.

SATPAM

(Menghela napas sambil menatap uang koin di telapak tangan)

Kamu mau nyogok saya dengan uang dua ribu?

AMBAR

(Menggeleng cepat)

Bukan, Pak, bukan gitu. Ee... anggap saja saya sedekah ke Bapak.

SATPAM

Kamu menganggap saya pengemis!

Ambar tersentak.

SATPAM (CONT'D)

(Menyerahkan koin itu)

Ini. Ambil. Mending sekarang kamu pulang!

AMBAR

Tapi, Pak-

Suara derap langkah orang membuat Ambar menghentikan protes. Dia menoleh dan melihat dua sosok perempuan yang berlari ke arahnya.

SATPAM

(Menatap garang dua perempuan itu)

Mau apa?

KEKE

Ini bener rumah Fanny, Pak?

SATPAM

Iya. Benar. Ada apa?

KEKE

Saya satu sekolah sama Fanny, Pak. Katanya semua murid di sekolah diundang ke ulang tahunnya Fanny.

TIAR

(Membenarkan posisi kacamata)

Saya juga satu sekolah sama Fanny, Pak.

SATPAM

Begitu?

Kedua perempuan itu mengangguk bersamaan.

SATPAM (CONT'D)

Kalo begitu tunjukan surat undangan kalian.

Kedua perempuan itu saling melirik.

TIAR

Surat undangan?

SATPAM

Iya. Seluruh tamu resmi Non Fanny harus membawa surat undangan.

Kedua perempuan itu diam. Kembali saling melirik.

SATPAM (CONT'D)

Kalian enggak bawa surat undangan?

KEKE

Enggak, Pak.

TIAR

Terus kita enggak bisa masuk, ya, Pak?

SATPAM

Enggak bisa. Sekarang kalian silakan pulang.

Ketiga perempuan itu menghela napas, tapi kemudian saling melirik satu sama lain. Bertekad untuk berusaha satu kali lagi.

Ketiganya mendekat dengan wajah memelas.

AMBAR

Pak. Saya mohon. Biarin saya masuk, Pak. Tolongin saya sekali ini saja, Pak. Saya enggak akan melupakan kebaikan Bapak. Orang baik hatinya gede, Pak.

KEKE

Iya bener, Pak. Biar hati Bapak semakin lapang.

TIAR

Nanti saya bantu do'ain, Pak.

SATPAM

Kalian nyumpahin hati saya bengkak biar cepet mati?!

AMBAR

(Menggeleng)

Bapak salah paham. Bukan nyumpahin, Pak. Saya ngedoa'in Bapak yang baik-baik.

SATPAM

(Menunjuk anjing yang tertidur di samping gerbang)

Kalian mau saya usir atau pergi sendiri?

KEKE

Bapak jangan marah-marah dulu nanti cepet mati!

SATPAM

(Melotot)

Dasar remaja jaman sekarang nggak tau sopan santun. Shippoo!!

Anjing itu tiba-tiba terbangun.

Ketiga perempuan itu menatap waspada dan bersiap mengambil ancang-ancang.

TIAR

Bapak mau ngapain?

KEKE

Kita datang ke sini dengan niat baik-baik, Pak! Bukan bermaksud mau nyuri apalagi nyumpahin Bapak.

Pak Satpam menatap ketiga perempuan itu tajam.

SATPAM

Shipo! Kejar mereka!

Anjing itu menggonggong.

AMBAR

LARIII!!!

2.EXT.HALTE - MALAM

Deru napas ketiga perempuan itu saling bersahutan. Pakaiannya pun sudah compang camping tak karuan.

AMBAR

Mampus!

Ambar menyadari sesuatu. Dia membuka telapak tangannya. Ada satu koin, harusnya ada dua koin.

Tiar membenarkan kacamatanya yang melorot.

TIAR

Ada apa?

AMBAR

(Panik)

Uang gue ilang.

TIAR

Hah! Serius?

AMBAR

Iya. Kayaknya jatuh pas dikejar-kejar anjing tadi, deh.

KEKE

(Membenarkan posisi saudaranya di tiang halte)

Yang ilang berapa?

AMBAR

Seribu.

Serempak Keke dan Tiar melongo.

3. TALKING HEAD AMBAR

AMBAR (O.S)

Dari kejadian inilah, gue, Keke dan Tiar saling mengenal. Merasa kami satu nasib yang sama, kami pun menjadi dekat. Sampai detik ini kami masih bersama menjalani kehidupan yang kami anggap tidak adil ini. Gue ingin membuat perubahan hidup yang besar. Karena itu, gue, Keke maupun Tiar, butuh para pendengar setia untuk membuat hidup menjadi adil untuk kami.

Suka
Bagikan
Anda harus login atau daftar untuk mengirimkan komentar